Malam Ini, Pentas Calonarang di Gedung Ketut Maria Tabanan Tampilkan 108 Watangan
Watangan Laki-laki dan Perempuan, Usia 6–60 Tahun
TABANAN, NusaBali
Yayasan Mandala Suci bakal menggelar pentas Calonarang spektakuler di Gedung Kesenian I Ketut Maria, Tabanan, pada Minggu (30/10) malam.
Disebutkan spetakuler karena akan menampilkan 108 watangan/bangke matah. ‘Pelibatan’ sebanyak 108 bangke matah ini disebut baru pertama kali di Bali. Pendiri Yayasan Mandala Suci Ir Nengah Atmaja, mengatakan persiapan untuk pementasan Calonarang berjudul ‘Katundung Ratna Manggali’ ini sudah 99 persen. Termasuk para sisia yang diberikan anugerah untuk menjadi watangan juga sudah siap. “Sudah 99 persen persiapan kami. Besok (hari ini) tinggal jalan saja,” ujarnya, Sabtu (29/10).
Menurut Nengah Atmaja, digelarnya pementasan Calonarang ini selain untuk meraih rekor Museum Rekor Indonesia (MURI) dengan menampilkan 108 watangan, juga ingin melestarikan Calonarang itu sendiri. “Selama yang saya tahu, dan dari penuturan Dinas Kebudayaan, belum ada yang bisa dan yang berani menampilkan 108 watangan,” katanya.
Dijelaskannya, watangan yang akan dipersembahkan ini adalah sama dengan seda raga. Seda raga ini adalah melepaskan roh biar nyambung dengan yang disembah. “Dengan roh yang lepas, jadi badan ini syaratnya harus kaku, pucat, dan dingin layaknya bangke (mayat) yang diformalin,” ujar Nengah Atmaja yang juga Jero Bawati.
Sementara angka 108 ini, menurut Nengah Atmaja, ada makna filosofinya. Angka satu itu merujuk Tuhan yang Maha tunggal. Angka nol, juga merujuk Tuhan sunia atau kosong. Dan angka delapan artinya kehidupan tidak ada batasnya untuk mencari kebaikan. “Angka delapan itu nyambung (tidak terputus, Red), dan jika dijumlahkan, angka 108 ini berjumlah 9. Sembilan ini adalah angka sakti Dewata Nawa Sanga,” tuturnya.
Sebanyak 108 krama yang menjadi watangan ini adalah seluruh siswa Yayasan Mandala Suci. Menariknya yang akan menjadi watangan ada yang berusia 6 tahun hingga 60 tahun. Selain itu tak hanya laki-laki saja, perempuan pun ada yang ikut menjadi watangan. “Mereka yang menjadi watangan ini sudah melalui proses bhakti dan sudah mendapat anugerah. Artinya yang belum mendapat anugerah, belum bisa menjadi watangan, tidak diikutkan,” tegas guru spiritual ini.
Dia pun kembali menegaskan, Calonarang memang harus dilestarikan. Karena dalam pementasannya itu sarat dengan ilmu. Dan yang terpenting adalah untuk menyomia ilmu hitam yang mau mengganggu. “Dalam Calonarang itu ada ngundang-ngundang liak (mendatangkan makhluk jahat). Kemudian disomia dan ditemukan sang pencipta karena ilmunya ini digunakan untuk menyakiti orang,” kata Nengah Atmaja.
Dia pun menambahkan, digelarnya pementasan Calonarang di Gedung Kesenian Ketut Maria menunjukkan pementasan itu luar biasa. Bahwa kekuatan Hindu itu bisa dibawa ke mana saja, asalkan yang menjalankan spiritual bagus. “Untuk itu saya berharap pementasan besok (hari ini) berjalan baik,” harapnya.
Sementara itu, Ketua PHDI Tabanan sekaligus Bendesa Madya Majelis Desa Adat (MDA) Tabanan I WayanTontra, mengatakan tak masalah adanya pagelaran tersebut. Sebab pementasan Calonarang ini adalah balih-balihan. “Tidak ada masalah, tidak ada etika yang dilanggar,” ujarnya. *des
1
Komentar