Rutin Periksa Kepadatan Tulang
HARI Osteoporosis Sedunia atau dikenal World Osteoporosis Day (WOD) dirayakan pada tiap 20 Oktober.
Acara perawatan kesehatan global ini diikuti dengan berbagai kampanye kesadaran dan kegiatan untuk mempromosikan diagnosis dini osteoporosis, pengobatan, dan tips pencegahan untuk tulang yang kuat.
Kampanye difokuskan untuk mendorong seseorang mengambil tindakan pencegahan untuk kesehatan tulang hingga menghindari risiko osteoporosis maupun komplikasi terkait di masa depan.
Dokter spesialis bedah tulang dr Oryza Satria SpOT (K) dilansir dari antaranews, Rabu (19/10/2022) memandang Hari Osteoporosis Sedunia merupakan momentum untuk mengenali cara-cara pencegahan di sepanjang fase usia seseorang.
“Kita memaknai hari osteoporosis adalah dengan cara pencegahan karena hal yang penting dari osteoporosis sekali lagi adalah pencegahan,” kata dokter dari RSUP Fatmawati itu.
Satria menegaskan pencegahan penting untuk dilakukan, bukan mengobati, mengingat osteoporosis sering kali tidak memunculkan gejala awal. Kondisi tersebut biasanya baru diketahui ketika seseorang mengalami patah tulang atau saat seseorang memeriksakan kondisi kepadatan tulangnya.
“Pencegahan osteoporosis untuk lebih mudahnya saya bagi dalam beberapa fase umur, yaitu anak-anak, dewasa muda dan dewasa, dan pada saat sudah lanjut usia terutama yang sudah terdeteksi osteopenia,” katanya.
Dikutip detikhealth dari Pace Hospital, osteoporosis merupakan kondisi medis ketika tulang menjadi sangat lemah dan rapuh. Biasanya tak ada gejala apapun kecuali patah tulang terjadi. Dalam kasus osteoporosis, tulang menjadi sangat rapuh sehingga seseorang rentan mengalami patah tulang akibat jatuh ringan, terbentur, atau gerakan tiba-tiba.
Kondisi ini lebih banyak dialami oleh lanjut usia (lansia). Juga, merupakan salah satu penyebab paling umum dari patah tulang pada orang tua. Karena sifat asimtomatik dari kelainan tulang ini, sangat penting untuk menjaga kesehatan tulang untuk mencegah komplikasi yang berhubungan dengan patah tulang.
Secara global, sebutnya, diperkirakan 1 dari 3 wanita dan 1 dari 5 pria berusia 50 tahun mengidap patah tulang osteoporosis, menjadikannya salah satu penyebab utama rasa sakit yang mematikan dan kecacatan jangka panjang pada orang lanjut usia. Juga, karena infrastruktur kesehatan yang buruk, fasilitas, aksesibilitas, dan kurangnya kesadaran, hanya 20 persen pasien dengan osteoporosis yang didiagnosis atau dirawat.
Tema Hari Osteoporosis Sedunia pada 2022 adalah ‘Step Up For Bone Health’, bertujuan mendorong masyarakat di seluruh dunia untuk memeriksa kepadatan tulang dan status kesehatan tulang secara teratur (terutama orang yang berusia di atas 50 tahun), serta menanamkan gaya hidup sehat untuk memperkuat kesehatan tulang.
Selain itu, tema ‘Step Up For Bone Health’ juga mengimbau seluruh organisasi kesehatan global dan pembuat kebijakan untuk menciptakan peluang yang lebih baik dan fasilitas yang dapat diakses bagi semua orang, demi memanfaatkan diagnosis dan pengobatan yang tepat waktu guna mencegah osteoporosis dan komplikasinya.
Pada usia anak-anak, yang bisa dilakukan yaitu mencapai potensi maksimal massa tulang dengan menanamkan motivasi agar bisa membiasakan diri melakukan aktivitas fisik dan olahraga secara rutin.
Kemudian pada usia dewasa muda dan dewasa, Satria menggarisbawahi pentingnya mencukupi kebutuhan nutrisi yang tidak hanya kalsium melainkan juga protein, mineral, dan vitamin D. Kebutuhan nutrisi harus terpenuhi dengan baik dan tepat, tidak kurang dan tidak lebih.
Selain itu, usia dewasa juga penting untuk mempertahankan berat badan ideal serta hindari rokok dan tidak minum alkohol secara berlebihan.
Sama seperti anak-anak, orang dewasa juga tetap dianjurkan untuk melakukan aktivitas fisik dan olahraga. Dia mengingatkan aktivitas fisik berbeda dengan olahraga. Aktivitas fisik dapat berupa jalan kaki sementara olahraga harus memiliki target yang terukur.
Pada usia lanjut, pemenuhan kebutuhan asupan nutrisi seperti kalsium, protein, mineral, dan vitamin D juga tetap diperhatikan. Demikian pula aktivitas fisik dan olahraga, dengan catatan harus disesuaikan dengan kondisi lansia dan tidak direkomendasikan melakukan olahraga yang kompleks karena sangat berisiko menimbulkan fraktur atau patah tulang.
“Hal khusus yang perlu diperhatikan pada usia lanjut adalah keseimbangan postur tubuh yang koordinasi dan kekuatan otot harus dijaga, karena ini berpengaruh terhadap nanti risiko dari penyakit jantung dan akan menimbulkan fragility fracture atau patah tulang,” kata Satria.
Hal lain yang paling penting pada usia lanjut, apalagi jika sudah terdeteksi mengalami osteoporosis, yaitu mengurangi risiko penyakit jantung dengan cara faktor internal. Misalnya, apabila seorang lansia memiliki riwayat penyakit penyerta seperti stroke, demensia, parkinson, dan seterusnya, maka penyakit tersebut harus dikelola atau diobati.
Kemudian, perhatikan pula faktor eksternal seperti lingkungan rumah dan lingkungan kerja yang harus dimodifikasi sedemikian rupa terutama bagi lansia yang sudah terdeteksi osteoporosis.
Menurut Satria, di lingkungan rumah jangan sampai ada lantai yang tidak rata, itu kalau misalkan sudah terjadi gangguan koordinasi gerakan maka akan mudah sekali tersandung dan akhirnya jatuh. Kemudian lantainya kalau bisa jangan licin, sandalnya juga jangan licin. Kalau di kamar mandi, kasih pegangan supaya bisa bangun, karena di kamar mandi itu risiko jatuhnya juga tinggi.
Kementerian Kesehatan mengajak masyarakat untuk menerapkan gaya hidup aktif demi mencegah penyakit osteoporosis yang bisa diantisipasi sejak dini.
"Kami harap masyarakat semakin peduli atas kesehatan tulang, mari bersama terapkan gaya hidup sehat," kata Ketua Tim Kerja Kesehatan Olahraga Kementerian Kesehatan dr Ari Setyaningrum SpKO.
Ari menjelaskan osteoporosis adalah salah satu penyakit tidak menular yang tak hanya membebani ekonomi, tetapi juga menurunkan produktivitas kerja karena perawatan pasien osteoporosis pada umumnya membutuhkan waktu panjang.
Dia menjelaskan ada sejumlah langkah yang bisa diterapkan demi menjaga kesehatan tulang, yakni meningkatkan aktivitas fisik lewat olahraga yang benar, terukur, dan teratur. Olahraga dapat dilakukan minimal 30 menit per hari sebanyak tiga sampai lima kali setiap pekan.
"Olahraga meliputi aerobik, latihan kekuatan, kelenturan, dan keseimbangan. Ini perlu dilakukan agar dapat mengoptimalkan kondisi fisik," jelas Ari.
Selanjutnya adalah diet sehat yang kaya nutrisi demi kesehatan tulang. Dia meminta masyarakat untuk mengonsumsi makanan dengan zat yang menyehatkan tulang seperti kalsium, protein, vitamin dan mineral serta magnesium yang penting untuk kesehatan tulang.
Mendapatkan paparan matahari yang cukup demi mendapatkan vitamin D juga penting, serta menghindari konsumsi alkohol dan rokok.
Individu yang sudah punya faktor risiko diminta lebih waspada, seperti faktor usia, riwayat keturunan dan penggunaan obat-obatan jangka panjang tertentu.
"Kita harus segera mendeteksi dini untuk pencegahan," kata dia.
Ari juga berpesan kepada masyarakat untuk menjaga dan mempertahankan berat badan sebagai upaya pencegahan.
"Osteoporosis ini silent disease, jadi kita perlu lakukan upaya bersama mitra dan pemangku kepentingan terkait untuk mencegah dan mengendalikannya," ujar dia.
Dokter Dito Anurogo MSc dalam tulisannya di antaranews, Selasa (25/10/2022), menyebutkan, tulang menyediakan struktur untuk tubuh, perlindungan untuk organ, dan penyimpanan mineral, seperti kalsium dan fosfor, yang penting untuk perkembangan dan stabilitas tulang.
Individu terus membangun tulang dan akan mencapai puncak massa tulang pada usia sekitar 30 tahun, setelah itu mereka mulai kehilangan massa tulang dengan mantap.
Meskipun puncak massa tulang sangat tergantung pada genetika, banyak faktor yang dapat dimodifikasi yang memengaruhi massa tulang, seperti nutrisi, olahraga, dan penyakit dan/atau obat-obatan tertentu.
Sepanjang hidup, tulang dirombak. Maksudnya, tulang terus-menerus diserap oleh osteoklas dan diganti dengan tulang yang baru, yang dibuat oleh osteoblas. Proses ini memungkinkan untuk pemeliharaan kekuatan mekanik dan perbaikan.
Ketidakseimbangan dalam aktivitas remodeling di mana resorpsi melebihi pembentukan dapat mengakibatkan perubahan patofisiologis yang terlihat pada osteoporosis.
Secara sederhana, penyebab osteoporosis utama adalah ketidakseimbangan antara pembentukan tulang dan resorpsi selama proses rekonstruksi tulang, di mana kecepatan penyerapan tulang lebih besar daripada pembentukan tulang, yang menyebabkan peningkatan pergantian tulang.
Gangguan homing, gangguan kemampuan diferensiasi osteogenik, dan penuaan sel punca mesenkim (MSC) adalah patogenesis (proses perjalanan) penting dari osteoporosis. Lingkungan mikro yang tidak seimbang dan pengaturan imun yang tidak teratur juga memiliki dampak utama pada terjadinya dan berkembangnya osteoporosis.
Hari Osteoporosis Sedunia pertama kali diperingati pada tanggal 20 Oktober 1996, yang diselenggarakan oleh Perhimpunan Osteoporosis Nasional Inggris bekerjasama dengan Komisi Eropa. Kemudian pada tahun 1997 International Osteoporosis Foundation (IOF) menyelenggarakan World Osteoporosis Day (WOD).
Sejak awal, Berbagai organisasi telah mendukung hari itu, dan pada tahun 1998 dan 1999, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mensponsori hari tersebut dengan maksud untuk meningkatkan kesadaran akan osteoporosis dan penyakit tulang metabolik. Pada 1999, Hari Osteoporosis Sedunia diperingati dengan tema khusus untuk pertama kalinya, dan tema tahun 1999 adalah ‘Deteksi Dini’.*
Komentar