BPBD dan BNPB Gelar Simulasi Antisipasi Erupsi Gunung Agung
AMLAPURA, NusaBali
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karangasem bekerja sama dengan BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) menggelar simulasi penanganan bencana erupsi Gunung Agung.
Acara simulasi dibuka Wakil Bupati I Wayan Artha Dipa, di Banjar Pucang, Desa Ban, Kecamatan Kubu, Karangasem, Sabtu (29/10). Simulasi ini mengacu erupsi Gunung Agung tahun 2017-2018. Tujuannya, agar masyarakat mendapatkan pemahaman tata cara melakukan evakuasi mandiri, di samping mengenal tanda-tanda Gunung Agung akan erupsi.
Sebab bencana erupsi Gunung Agung, sulit diprediksi, terjadi kapan saja, sehingga masyarakat yang tinggal di KRB (kawasan rawan bencana) III, dapat pemahaman sejak awal.
Hadir, Kepala Pelaksana BPBD Karangasem Ida Bagus Ketut Arimbawa. Dari BNPB diwakili Deputi Pencegahan BNPB Prasinta Dewi dan Direktur Peringatan Dini BNPB Afrial Rosa.
Wabup Artha Dipa dalam arahannya mengatakan sejak erupsi Gunung Agung terjadi tahun 2017, telah dilakukan berbagai upaya antisipasi. Di antaranya, dengan memitigasi bencana melalui akses jalan untuk memudahkan evakuasi, normalisasi sungai sehingga jika terjadi banjir lahar dingin, bisa lancar mengalir. Selain itu, memasang tanda-tanda di setiap kawasan rawan bencana (KRB) I, KRB II dan KRB III. "Di samping beberapa kali dilakukan simulasi bencana erupsi Gunung Agung, disertai membentuk relawan tanggung bencana tingkat desa," jelasnya.
Jelasnya, di samping telah dipetakan daerah-daerah yang masuk KRB I, KRB II dan KRB III, serta ancaman bahaya yang terjadi jika erupsi Gunung Agung benar-benar terjadi. Akan ada jalur lahar dingin, jalur awan panas, jalur lahar panas, radius bahaya gas belerang, dan jarak lontaran batu dan kerikil, jika erupsi hebat mencapai puncaknya.
"Warga agar tidak berada di daerah yang direkomendasi untuk dikosongkan, tidak tinggal di bantaran sungai berhulu ke gunung api, hindari di tempat terbuka agar tidak kena hujan abu vulkanik," katanya.
Kepala Pelaksana BPBD Ida Bagus Ketut Arimbawa mengatakan, beberapa kali simulasi dilaksanakan, masyarakat di KRB III telah memahami tata cara melakukan evakuasi mandiri, dan jalur-jalur evakuasi telah pula dibangun. "Kami telah edukasi masyarakat, dan telah paham melakukan evakuasi mandiri, sehingga tidak lagi panik seperti yang terjadi di tahun 2017," jelasnya.
Kata dia, sesuai rekomendasi PVMBG (Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi), KRB III itu radius 6 km dengan perluasan sektoral 7,5 km. Radius itu merupakan daerah berbahaya, yakni Desa Ban dan Desa Dukuh, Kecamatan Kubu, Desa Bhuana Giri dan Desa Jungutan, Kecamatan Bebandem, Desa Sebudi, Kecamatan Selat dan Desa Besakih, Kecamatan Rendang.
Jelasnya, pemetaan erupsi Gunung Agung telah disosialisasikan dan ditetapkan jalur-jalur awan panas, jalur lahar panas, dan lahar dingin. "Bahaya yang paling prioritas dijauhi adalah awan panas karena pergerakannya cepat. Beda dengan lahar panas masih bisa dihindari, karena pergerakannya lambat menyusuri alur sungai," tambahnya. *k16
1
Komentar