Inflasi Hantam Bisnis Ritel, Pengusaha Ngaku Pendapatan Menciut
JAKARTA, NusaBali
Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) menyatakan kondisi bisnis sedang menghadapi tantangan besar.
Bukan karena semakin banyaknya pesaing atau kehadiran toko online, melainkan karena adanya momok inflasi. Ketua Umum Aprindo Roy Mandey mengatakan inflasi tinggi bikin harga barang-barang cenderung naik sehingga orang menahan belanja. Hal ini yang membuat pendapatan peritel tergerus hingga 5 persen.
"Musuh kita yang membuat ritel tergerus bukan karena online dan warung, (tetapi) karena inflasi. (Pengaruhnya inflasi ke penjualan ritel) sekitar 4-5%," kata Roy seperti dilansir detikcom, Kamis (3/11)
Terlepas dari itu, Roy mengapresiasi pemerintah dan Bank Indonesia (BI) yang berhasil menurunkan inflasi dari 5,95% pada September 2022 menjadi 5,71 persen pada periode Oktober 2022 secara year on year (yoy). Hal ini dikarenakan adanya sinergitas antara kebijakan fiskal dan moneter.
"Itu yang kita harapkan inflasi bisa menurun dan kita apresiasi karena sudah berhasil. Mudah-mudahan kuartal IV-2022 turun lagi sehingga daya belinya tidak tergerus," harap Roy menambahkan.
Tantangan peritel kini bergeser dari pandemi COVID-19 menjadi inflasi. Waktu virus merebak bisnis ritel juga babak belur karena mobilitas masyarakat dibatasi, namun kini konsumsi masyarakat mulai pulih terlihat dari jalanan yang macet di mana-mana.
"Jadi perang kita saat ini bukan perang pandemi, tapi perang inflasi," imbuhnya. Meski begitu, Roy bersyukur karena kondisi ekonomi Indonesia masih lebih baik dibandingkan negara maju seperti Amerika Serikat (AS) hingga Eropa. Hal itu karena ekonomi Indonesia mayoritas ditopang oleh konsumsi rumah tangga.
"Jadi yang terjadi di global itu sekarang yang dibilang ada krisis pangan, finansial, energi, perang itu terjadi di luar Indonesia, kalau di Indonesia moderat saja," pungkasnya. *
1
Komentar