Soal Bantuan Alat Penggiling Padi, Petani Sambut Rencana Gubernur Bali
DENPASAR, NusaBali
Ketua Kelompok Maja Tani Soka, Kabupaten Tabanan, Nengah Sunanjaya mengaku pihaknya menyambut antusias rencana Gubernur Bali Wayan Koster yang menyampaikan akan mencarikan alat penggilingan padi.
"Itu alat berupa penyosoan (penggilingan padi), iya tidak perlu bayar lagi, bisa dikelola kelompok atau subak, dan keuntungannya masuk di dalam kelompok jadi tidak kena potongan, murni petani bisa dari produksi, tanam, panen, penyosoan, pengemasan sekaligus," kata dia seperti dilansir Antara.
Saat dijumpai di Festival Pangan Lokal Bali di Denpasar, Minggu, Sunanjaya mengatakan bahwa dirinya mengetahui rencana gubernur untuk mencarikan bantuan alat penggilingan padi berdasarkan sambutannya saat membuka festival, Kamis (3/11) lalu.
Gubernur Bali saat itu berkata bahwa dirinya telah berkoordinasi dengan Basuki Tjahja Purnama atau Ahok, Komisaris Utama PT Pertamina untuk diberikan CSR pembelian alat yang mampu mengubah gabah menjadi padi tersebut.
"Saya minta untuk beli pengolahan gabah jadi beras yang akan saya serahkan untuk Kabupaten Tabanan. Nilainya Rp12 miliar supaya gabah kita diolah di sana. Beliau (Ahok) sudah oke dan diminta bersurat, saya sudah bersurat," kata Koster di hadapan masyarakat di Denpasar.
Upaya orang nomor satu di lingkup Pemprov Bali itu dilakukan agar gabah yang dihasilkan petani Kabupaten Tabanan di olah sendiri, dan tidak dibawa ke luar Bali.
Senada dengan itu, Sunanjaya sebagai perwakilan petani dari Kabupaten Tabanan yang hadir dalam Festival Pangan Lokal Bali mengatakan bahwa dengan adanya alat penggilingan akan mampu meningkatkan pendapatan petani.
"Selama ini kita sewa ke yang punya alat penggilingan padi, karena itu lumayan harganya. Petani sangat butuh itu untuk lebih memperbanyak keuntungan, karena penjualan di gabah jauh lebih rendah, ketimbang sudah jadi beras ini, jadi setelah dikemas seperti ini beda kualitas beda harga," ujar Sunanjaya.
Ia mengatakan, khusus untuk Kelompok Maja Tani Soka yang terdiri dari 24 petani dan 10 hektare sawah selama ini perlu mengeluarkan biaya Rp1.500-2.000 untuk satu kilogram padi yang diselip dengan alat sewaan.
Sementara, para petani rata-rata menggiling gabah menjadi padi hingga 500 kilogram, sehingga dengan adanya alat tersebut maka akan membantu petani. Sunanjaya menyebut, petani dapat menghemat hingga 50 persen jika memiliki alat penggilingan padi sendiri.
"Harapannya bisa dibantu segera, itu sangat dibutuhkan untuk menunjang kebutuhan petani karena ini kan sudah bersertifikat organik. Dengan alat itu maka sisa penggilingan bisa dimanfaatkan dan kelompok bisa terus memiliki kegiatan hingga membuat kemasan," ujarnya. *
Komentar