Massa Tolak Reklamasi Kembali Bergerak
Ribuan orang yang berkumpul di Catus Pata sempat membuat lumpuh Jalan Bypass Ngurah Rai Sanur
DENPASAR, NusaBali
Aksi tolak reklamasi Teluk Benoa kembali disuarakan ribuan massa. Minggu (7/5) sore kemarin, aksi bertajuk ‘Intaran Bergerak’ diikuti ribuan orang dari Pasubayan Desa Adat/Pakraman Bali Tolak Reklamasi Teluk Benoa bersama Forum Rakyat Bali Tolak Reklamasi Teluk Benoa (ForBALI). Aksi massa yang dipusatkan di Catus Pata (Perempatan) Desa Adat Intaran ini sempat membuat lumpuh Jalan Bypass Ngurah Rai Sanur.
Massa sudah berkumpul di wantilan Desa Adat Intaran, mulai pukul 15.00 Wita, kemudian longmarch menyusuri Jalan Danau Buyan lalu memadati Catus Pata Desa Adat Intaran.
Massa yang bergerak sambil mengarak Ogoh-ogoh dengan iringan gamelan baleganjur dan berkumpul di titik Catus Pata sempat membuat lumpuh lalu lintas di jalan Bypass Ngurah Rai, Sanur. Kemacetan pun tak terhindarkan baik dari arah utara, timur, selatan maupun barat karena kerumunan massa yang begitu banyak ‘memblokir’ persimpangan jalan tersebut.
Aksi ini selain sebagai penegasan sikap penolakan reklamasi Teluk Benoa oleh Desa Adat Intaran, juga terungkap bahwa AMDAL rencana reklamasi Teluk Benoa terganjal karena rencana reklamasi Teluk Benoa itu sendiri mendapatkan penolakan keras baik dari desa adat baik yang berhadapan langsung dengan Teluk Benoa maupun yang berada di luar kawasan tersebut. Selain itu, aksi penolakan reklamasi Teluk Benoa kali ini juga mengecam tindakan semena-mena kepolisian yang merampas atribut tolak reklamasi Tolak Reklamasi Teluk Benoa pada saat berlangsungnya Semarapura Festival.
Penolakan reklamasi Teluk Benoa oleh Desa Adat Intaran ditegaskan langsung oleh Bendesa Adat setempat AA Kompyang Raka. “Pada aksi kali ini di Desa Adat Intaran, adalah bentuk penegasan sikap kami terhadap penolakan rencana reklamasi yang akan dilakukan di Teluk Benoa serta mengukuhkan terbentuknya Paguyuban Sekaa Teruna se-Desa Adat Intaran yang terdiri dari 19 banjar,” tegas Kompyang Raka dari atas mobil komando.
Besarnya penolakan terhadap reklamasi Teluk Benoa, menurutnya harus menjadi perhatian pemerintah Bali dan dilanjutkan ke pusat dalam menuntut dibatalkannya Perpres 51 tahun 2014. “Seharusnya Pemerintah Bali tidak memaksakan kehendaknya dan bisa segera mengusulkan kepada pusat atau Bapak Presiden untuk membatalkan Perpres nomor 51 tahun 2014. Apabila tidak dihiraukan maka kita akan tetap berjuang mempertahankan alam Bali ini” tegasnya.
Sementara itu, Wayan Gendo Suardana, Koordinator Umum ForBALI dalam orasinya menegaskan bahwa massa yang terus mendesak pemerintah untuk membatalkan Perpres Nomor 51 tahun 2014 bukanlah keputusan perseorangan, melainkan keputusan musyawarah bersama dari Pasubayan Desa Adat Bali. "Kami turun ke jalan bukanlah dari individu yang mengajak massa untuk menolak reklamasi, namun ini merupakan keputusan bersama dari Pasubayan Desa Adat Bali yang tetap konsisten dengan semangatnya untuk menyelamatkan Ibu Pertiwi, jika memang ada yang mengatakan kita turun ke jalan karena ajakan tertentu itu tidak benar karena semua itu dari keputusan musyawarah," tegas Gendo.
Dalam orasinya, Gendo juga mengecam keras terhadap tindakan aparat yang melakukan perampasan baju dan bendera tolak reklamasi Teluk Benoa berlogo ForBALI pada saat berlangsungnya Semarapura Festival di Klungkung. Menurutnya, tindakan perampasan oleh kepolisian merupakan tindakan yang semena-mena.
Gendo berharap agar pihak kepolisian Indonesia agar tidak melakukan tindakan yang semena-mena. Jangan menjadi aparat yang melanggar hak asasi manusia, hanya karena rakyat sedang memperjuangkan Teluk Benoa. “Sebab hari ini kita tidak akan diam. Jika aparat semena-mena kita akan ladeni dan akan kita Propamkan mereka,” tegasnya.
Setelah berorasi dan menduduki Catus Pata Desa adat Intaran selama kurang lebih 2 jam, massa kemudian kembali ke Wantilan Desa Adat Intaran dengan iringan baleganjur dan berkumpul sembari menonton pertunjukan konser seni yang menampilkan musisi-musisi penolak reklamasi seperti Scared Of Bums, Painfull By Kisses, Discotionphill, Geeksmile, The Djihard, Masekepung dari Gianyar, Rastafaracetamol musisi dari Buleleng dan Diloka Band. * cr63
Massa sudah berkumpul di wantilan Desa Adat Intaran, mulai pukul 15.00 Wita, kemudian longmarch menyusuri Jalan Danau Buyan lalu memadati Catus Pata Desa Adat Intaran.
Massa yang bergerak sambil mengarak Ogoh-ogoh dengan iringan gamelan baleganjur dan berkumpul di titik Catus Pata sempat membuat lumpuh lalu lintas di jalan Bypass Ngurah Rai, Sanur. Kemacetan pun tak terhindarkan baik dari arah utara, timur, selatan maupun barat karena kerumunan massa yang begitu banyak ‘memblokir’ persimpangan jalan tersebut.
Aksi ini selain sebagai penegasan sikap penolakan reklamasi Teluk Benoa oleh Desa Adat Intaran, juga terungkap bahwa AMDAL rencana reklamasi Teluk Benoa terganjal karena rencana reklamasi Teluk Benoa itu sendiri mendapatkan penolakan keras baik dari desa adat baik yang berhadapan langsung dengan Teluk Benoa maupun yang berada di luar kawasan tersebut. Selain itu, aksi penolakan reklamasi Teluk Benoa kali ini juga mengecam tindakan semena-mena kepolisian yang merampas atribut tolak reklamasi Tolak Reklamasi Teluk Benoa pada saat berlangsungnya Semarapura Festival.
Penolakan reklamasi Teluk Benoa oleh Desa Adat Intaran ditegaskan langsung oleh Bendesa Adat setempat AA Kompyang Raka. “Pada aksi kali ini di Desa Adat Intaran, adalah bentuk penegasan sikap kami terhadap penolakan rencana reklamasi yang akan dilakukan di Teluk Benoa serta mengukuhkan terbentuknya Paguyuban Sekaa Teruna se-Desa Adat Intaran yang terdiri dari 19 banjar,” tegas Kompyang Raka dari atas mobil komando.
Besarnya penolakan terhadap reklamasi Teluk Benoa, menurutnya harus menjadi perhatian pemerintah Bali dan dilanjutkan ke pusat dalam menuntut dibatalkannya Perpres 51 tahun 2014. “Seharusnya Pemerintah Bali tidak memaksakan kehendaknya dan bisa segera mengusulkan kepada pusat atau Bapak Presiden untuk membatalkan Perpres nomor 51 tahun 2014. Apabila tidak dihiraukan maka kita akan tetap berjuang mempertahankan alam Bali ini” tegasnya.
Sementara itu, Wayan Gendo Suardana, Koordinator Umum ForBALI dalam orasinya menegaskan bahwa massa yang terus mendesak pemerintah untuk membatalkan Perpres Nomor 51 tahun 2014 bukanlah keputusan perseorangan, melainkan keputusan musyawarah bersama dari Pasubayan Desa Adat Bali. "Kami turun ke jalan bukanlah dari individu yang mengajak massa untuk menolak reklamasi, namun ini merupakan keputusan bersama dari Pasubayan Desa Adat Bali yang tetap konsisten dengan semangatnya untuk menyelamatkan Ibu Pertiwi, jika memang ada yang mengatakan kita turun ke jalan karena ajakan tertentu itu tidak benar karena semua itu dari keputusan musyawarah," tegas Gendo.
Dalam orasinya, Gendo juga mengecam keras terhadap tindakan aparat yang melakukan perampasan baju dan bendera tolak reklamasi Teluk Benoa berlogo ForBALI pada saat berlangsungnya Semarapura Festival di Klungkung. Menurutnya, tindakan perampasan oleh kepolisian merupakan tindakan yang semena-mena.
Gendo berharap agar pihak kepolisian Indonesia agar tidak melakukan tindakan yang semena-mena. Jangan menjadi aparat yang melanggar hak asasi manusia, hanya karena rakyat sedang memperjuangkan Teluk Benoa. “Sebab hari ini kita tidak akan diam. Jika aparat semena-mena kita akan ladeni dan akan kita Propamkan mereka,” tegasnya.
Setelah berorasi dan menduduki Catus Pata Desa adat Intaran selama kurang lebih 2 jam, massa kemudian kembali ke Wantilan Desa Adat Intaran dengan iringan baleganjur dan berkumpul sembari menonton pertunjukan konser seni yang menampilkan musisi-musisi penolak reklamasi seperti Scared Of Bums, Painfull By Kisses, Discotionphill, Geeksmile, The Djihard, Masekepung dari Gianyar, Rastafaracetamol musisi dari Buleleng dan Diloka Band. * cr63
1
Komentar