Waste4Change dan ecoBali Gabungkan Kekuatan untuk Atasi Permasalahan Sampah Plastik di Indonesia
ecoBali
Waste4Change
Sampah Plastik
PT Wasteforchange Alam Indonesia
PT Bumi Lestari Bali
National Plastic Action Partnership
TPS3R
Bank Sampah
MANGUPURA, NusaBali.com - Waste4Change (PT Wasteforchange Alam Indonesia) dan ecoBali (PT Bumi Lestari Bali) menjalin kolaborasi jangka panjang untuk secara bersama-sama mengatasi permasalahan sampah plastik di Indonesia.
Kerjasama ini secara resmi diumumkan pada event Road to G20: Beating Plastic Pollution from Source to Sea yang diselenggarakan oleh Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi bersama National Plastic Action Partnership (NPAP) di Jimbaran Hotel Bali, 3-4 November 2022.
Event yang digelar bertujuan mengingatkan komitmen dan upaya berbagai pihak dalam memerangi polusi sampah plastik di laut Indonesia. Turut hadir, Luhut Binsar Pandjaitan selaku Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Tuti Hadiputranto selaku NPAP Chairwoman, Mohamad Bijaksana Junerosano selaku Direktur Waste4Change, I Ketut Mertaa diselaku Direktur ecoBali, serta tamu undanga nlainnya.
Di kesempatan yang sama, Waste4Change bersama ecoBali mengungkapkan komitmennya untuk mendukung misi NPAP dan Menkomarves.
Waste4Change dan ecoBali memiliki sejarah panjang dalam meningkatkan manajemen sampah di Indonesia. ecoBali merupakan perusahaan pengelolaan sampah bertanggung jawab berbasis di Bali yang memberikan solusi atas permasalahan sampah di Bali sejak tahun 2006, dengan mendorong pemilahan sampah seja kawal, pengomposan di sumber, meningkatkan jumlah recovery material dengan mengoperasikan Material Recovery Facility (MRF) sendiri da nmeningkatkan recycling rate bekerja sama dengan bank sampah, TPS3R, bisnis, dan informal sektor.
Sebagai pioner pengelolaan sampah bertanggung jawab di Bali, ecoBali juga merupakan salah satu inisiator terbentuknya Waste4Change pada tahun 2014. Kolaborasi dilakukan untuk dapat mendukung layanan pengelolaan sampah bertanggung jawab yang lebih baik di seluruh Indonesia.
“Menggabungkan ecoBali dan Waste4Change dilakukan karena dirasa sudah waktunya bagi kami, dua perusahaan pionir manajemen sampah bertanggung jawab di Indonesia, bergabung dan memberikan layanan pengelolaan sampah yang lebih baik sampai keseluruh pelosok negeri. Setelah ini ecoBali akan tetap fokus pada penyediaan layanan manajemen sampah bertanggung jawab di Bali dan Waste4Change akan bergera kmendukung inisiatif nol sampah di skala nasional. Kami benar-benar berharap bahwa Waste4Change dan ecoBali bisa turut mendukung tujuan keberlanjutan pemerintah kedepannya.” ungkap I Ketut Mertaadi selaku direktur dari ecoBali.
Bali merupakan salah satu tempat wisata Indonesia yang populer di kancah internasional. Indonesia baru saja terpilih menjadi negara terindah di dunia versi Forbes yang diumumkan pada awal tahun 2022. Namun, sama seperti banyak area wisata lainnya di Indonesia dan dunia, Bali pun tidak lepas dari masalah sampah.
Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menunjukkan bahwa provinsi Bali menghasilkan 915,5 ribu ton timbulan sampah sepanjang tahun 2021. Ini menjadikan Bali sebagai provinsi penghasil sampah terbesar ke-8 di Indonesia.
TPA Suwung di Bali diberitakan terancam tidak lagi bisa beroperasi dikarenakan kelebihan kapasitas. Banyaknya sampah tak terkelola mengancam keberlanjutan ekosistem Bali, apalagi jika sampah anorganik yang sulit terurai terlepas kelautan.
Data World Economic Forum menunjukkan bahwa Indonesia menghasilkan 6,8juta ton sampah plastik setiap tahunnya. Sampah Indonesia didominasi oleh disposable plastic dan plastik berwujud kemasan yang kebanyakan tidak terkelola dan terbawa hingga ke laut.
Demi memperkuat komitmen dalam mewujudkan program Indonesia Bebas Sampah Plastik 2025, pemerintah melalui Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2018 tentang Penanganan Sampah Laut serta Peraturan Menteri LHK Nomor 75 Tahun 2019 tentang Peta Jalan Pengurangan Sampah oleh Produsen, mengajak seluruh pihak untuk turut terlibat dalam pengambilan aksi pengurangan sampah, termasuk sampah plastik. NPAP atau National Plastic Action Partnership berfokus mempercepat penyusunan solusi ekonomi sirkular untuk menyelesaikan masalah sampah plastik. Hasilnya, sekitar 28,5% sampah plastik di laut telah berhasil dikurangi melalui berbagai inisiatif, aturan, dan upaya dari berbagai pihak.
“Demi mendukung misi NPAP, Waste4Change akan berinvestasi untuk meningkatkan kapasitas manajemen sampah hingga 5.500 ton per tahun sampah plastik. Waste4Change berkomitmen untuk memperluas jangkauan dan meningkatkan kapasitas manajemen sampah hingga 2.000 ton per hari dalam 5 tahun kedepan. Solusi jitu pengelolaan sampah plastik yang Waste4Change tawarkan adalah melalui layanan Waste Credit. Apalagi dengan bergabungnya ecoBali, kami semakin positif bahwa kami akan bisa bersama membuat dampak yang baik untuk lingkungan,” tambah Mohamad Bijaksana Junerosano selaku Direktur Waste4Change.
Waste Credit merupakan layanan terbaru dari Waste4Change untuk membantu produsen mengumpulkan dan mengelola lebih banyak lagi sampah anorganik dari lingkungan. Serupa seperti Plastic Credit, Waste Credit berperan melindungi lingkungan dari sampah plastik melalui kontribusi produsen atau pelaku usaha membiayai pengumpulan sampah plastik yang dikerjakan oleh Waste4Change.
Poin penting dalam Waste Credit adalah klien dapat mengumpulkan dan mendaur ulang lebih banyak sampah sesuai jenis yang diinginkan dan adanya dukungan terhadap kesejahteraan sektor informal persampahan.
Komentar