Mata Pasien Salah Obat Mulai Bernanah
Pasca salah obat di Puskesmas Buleleng III, Rabu (3/5) lalu, kondisi pasien sakit mata I ketut Yasa, 58, kian parah.
SINGARAJA, NusaBali
Mata kiri pasien asal Kelurahan Penarukan, Kecamatan Buleleng ini mulai bernanah dan mengeluarkan cairan berwarna putih, hingga sulit melakukan aktivitas.
Saat dihubungi NusaBali per telepon, Minggu (7/5), Ketut Yasa mengaku belum bisa keluar rumah. Meski pengelihatan kedua matanya sudah agak jelas, namun peradangan matanya kian memburuk pasca salah obat. Ketut Yasa menyebutkan, dirinya sempat datang ke Poliklinik Mata RSUD Buleleng di Singaraja, Sabtu (6/5), untuk check up. Saat itu, dia check up ke RSUD Buleleng dengan diantar langsung Kepala Puskesmas Buleleng III, dr Dewa Merta Suteja.
Dari hasil check up, dokter yang bertugas di Poliklinik Mata RUSD Buleleng saat itu menyebutkan ada cairan yang keluar dari selaput luar bola mata Ketut Yasa. Cairan berwarna putih tersebut terus keluar dari kedua matanya, namun yang terparah di mata kiri.
“Kemarin (Sabtu) saya check up ke Poliklinik RSUD Buleleng karena mata saya masih bengkak dan keluar cairan putih. Dokter memang bilang ada cairan. Jadi, kasusnya seperti kulit yang kena air panas, kemudian muncul gelembung yang berisi cairan,” tutur Ketut Yasa. Karena kondisinya belum kunjung membaik, Ketut Yasa berencana melakukan chek up lagi di Poliklinik Mata RSUD Buleleng, Senin (8/5) ini.
Ketut Yasa memaparkan, selain check up ke Poliklinik Mata RSUD Buleleng, dirinya juga sempat dikunjungi 5 petugas medis dari Puskesmas Buleleng III di rumahnya kawasan Kelurahan Penarukan, Sabtu lalu. Kala itu, Ketut Yasa mengaku diberi amplop berisi uang.
Ketut Yasa mengaku menolak pemberian tersebut, meksi amplop itu hingga saat ini masih berada di tangannya. Sebab, Ketut Yasa merasa ada yang janggal, lantaran pemberian amplop yang berisi uang itu belum jelas peruntukannya buat apa? “Saya tidak tahu peruntukan uang tersebut,” jelas pria beusia 58 tahun ini.
Terkait masalah pembiayaan berobat, Ketut Yasa mengaku masih menggunakan fasilitas BPJS Kesehatan. “Kemarin memang saya diantar Kepala Puskesmas Buleleng III ke Poliklinik Mata RSUD Buleleng. Tapi, pas tebus obatnya, saya bayar sendiri,” kata Ketut Yasa sembari mengancam akan tempuh jalur hukum jika matanya tidak dapat disembuhkan.
Sementara itu, Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng, I Nyoman Suasa Giri, mengatakan sejauh ini pihaknya masih melakukan pendampingan selama tiga hari berturut-turut untuk mengetahui perkembangan kondisi mata pasien salah obat ini. “Dari laporannya sih dibilang tidak apa-apa, dia (Ketut Yasa) hanya mengalami iritasi. Tapi, tetap kami damping tiga hari ke depan untuk pemeriksaan dan perkem-bangan kondisi matanya,” ujar Nyoman Suasa saat dikonfirmasi terpisah di Singaraja, Minggu kemarin.
Ditanya soal amplop yang diberikan oleh pihak Puskesmas Buleleng III kepada pasien salah obat Ketut Yasa, menururut Suasa, pihaknya belum mengetahui hal tersebut. “Yang jelas, sejauh ini belum ada pengobatan, hanya pendampingan saat kontrol saja,” tandas Suasa. 7 k23
Sementara, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Buleleng sebelumnya telah merekomendasikan dokter salah obat di Puskesmas Buleleng III, dr Gede Sudimartana, untuk dilarang sementara melakukan pelayanan dan bersentuhan langsung kepada pasien. Ketua IDI Buleleng, dr Putu Sudarsana SpOG, menyatakan rekomendasi untuk melarang sementara dokter salah obat melayani pasien dilakukan setelah pihaknya berdiskusi dengan Kepala Puskesmas Buleleng III, dr Dewa Merta Suteja, serta dokter bersangkutan.
Menurut dr Sudarsana, kasus kesalahan dalam pemberian obat kepada pasien di Puskesmas Buleleng III ini terjadi karena memang miskomunikasi antara dokter dengan petugas apotek, juga miskomunikasi antara dokter dengan pasien. Saat menerima pasien Ketut Yasa pertama kali, dr Sudimartana memang sudah menulis resep yang benar yakni obat tetes mata. Tapi, setelah sampai di apotek yang saat itu kebetulan dijaga bidan desa yang diperbantukan, obat yang keluar malah obat tetes telinga. Padahal, pasien Ketut Yasa mengalami peradangan mata.
Namun, saat pasien Ketut Yasa datang untuk kedua kalinya dan langsung diterima oleh dr Sudimartana, justru kembali terjadi miskomunikasi antara dokter dan pasiennya. Walhasil, terjadi kesalahan lagi dalam pemberian obat. Pasien Ketut Yasa lagi-lagi diberi obat tetes telinga. “Memang ada komunikasi yang kurang bagus antara dokter dan pasien,” ujar Sudarsana, Jumat (5/5) lalu. * k23
Mata kiri pasien asal Kelurahan Penarukan, Kecamatan Buleleng ini mulai bernanah dan mengeluarkan cairan berwarna putih, hingga sulit melakukan aktivitas.
Saat dihubungi NusaBali per telepon, Minggu (7/5), Ketut Yasa mengaku belum bisa keluar rumah. Meski pengelihatan kedua matanya sudah agak jelas, namun peradangan matanya kian memburuk pasca salah obat. Ketut Yasa menyebutkan, dirinya sempat datang ke Poliklinik Mata RSUD Buleleng di Singaraja, Sabtu (6/5), untuk check up. Saat itu, dia check up ke RSUD Buleleng dengan diantar langsung Kepala Puskesmas Buleleng III, dr Dewa Merta Suteja.
Dari hasil check up, dokter yang bertugas di Poliklinik Mata RUSD Buleleng saat itu menyebutkan ada cairan yang keluar dari selaput luar bola mata Ketut Yasa. Cairan berwarna putih tersebut terus keluar dari kedua matanya, namun yang terparah di mata kiri.
“Kemarin (Sabtu) saya check up ke Poliklinik RSUD Buleleng karena mata saya masih bengkak dan keluar cairan putih. Dokter memang bilang ada cairan. Jadi, kasusnya seperti kulit yang kena air panas, kemudian muncul gelembung yang berisi cairan,” tutur Ketut Yasa. Karena kondisinya belum kunjung membaik, Ketut Yasa berencana melakukan chek up lagi di Poliklinik Mata RSUD Buleleng, Senin (8/5) ini.
Ketut Yasa memaparkan, selain check up ke Poliklinik Mata RSUD Buleleng, dirinya juga sempat dikunjungi 5 petugas medis dari Puskesmas Buleleng III di rumahnya kawasan Kelurahan Penarukan, Sabtu lalu. Kala itu, Ketut Yasa mengaku diberi amplop berisi uang.
Ketut Yasa mengaku menolak pemberian tersebut, meksi amplop itu hingga saat ini masih berada di tangannya. Sebab, Ketut Yasa merasa ada yang janggal, lantaran pemberian amplop yang berisi uang itu belum jelas peruntukannya buat apa? “Saya tidak tahu peruntukan uang tersebut,” jelas pria beusia 58 tahun ini.
Terkait masalah pembiayaan berobat, Ketut Yasa mengaku masih menggunakan fasilitas BPJS Kesehatan. “Kemarin memang saya diantar Kepala Puskesmas Buleleng III ke Poliklinik Mata RSUD Buleleng. Tapi, pas tebus obatnya, saya bayar sendiri,” kata Ketut Yasa sembari mengancam akan tempuh jalur hukum jika matanya tidak dapat disembuhkan.
Sementara itu, Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng, I Nyoman Suasa Giri, mengatakan sejauh ini pihaknya masih melakukan pendampingan selama tiga hari berturut-turut untuk mengetahui perkembangan kondisi mata pasien salah obat ini. “Dari laporannya sih dibilang tidak apa-apa, dia (Ketut Yasa) hanya mengalami iritasi. Tapi, tetap kami damping tiga hari ke depan untuk pemeriksaan dan perkem-bangan kondisi matanya,” ujar Nyoman Suasa saat dikonfirmasi terpisah di Singaraja, Minggu kemarin.
Ditanya soal amplop yang diberikan oleh pihak Puskesmas Buleleng III kepada pasien salah obat Ketut Yasa, menururut Suasa, pihaknya belum mengetahui hal tersebut. “Yang jelas, sejauh ini belum ada pengobatan, hanya pendampingan saat kontrol saja,” tandas Suasa. 7 k23
Sementara, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Buleleng sebelumnya telah merekomendasikan dokter salah obat di Puskesmas Buleleng III, dr Gede Sudimartana, untuk dilarang sementara melakukan pelayanan dan bersentuhan langsung kepada pasien. Ketua IDI Buleleng, dr Putu Sudarsana SpOG, menyatakan rekomendasi untuk melarang sementara dokter salah obat melayani pasien dilakukan setelah pihaknya berdiskusi dengan Kepala Puskesmas Buleleng III, dr Dewa Merta Suteja, serta dokter bersangkutan.
Menurut dr Sudarsana, kasus kesalahan dalam pemberian obat kepada pasien di Puskesmas Buleleng III ini terjadi karena memang miskomunikasi antara dokter dengan petugas apotek, juga miskomunikasi antara dokter dengan pasien. Saat menerima pasien Ketut Yasa pertama kali, dr Sudimartana memang sudah menulis resep yang benar yakni obat tetes mata. Tapi, setelah sampai di apotek yang saat itu kebetulan dijaga bidan desa yang diperbantukan, obat yang keluar malah obat tetes telinga. Padahal, pasien Ketut Yasa mengalami peradangan mata.
Namun, saat pasien Ketut Yasa datang untuk kedua kalinya dan langsung diterima oleh dr Sudimartana, justru kembali terjadi miskomunikasi antara dokter dan pasiennya. Walhasil, terjadi kesalahan lagi dalam pemberian obat. Pasien Ketut Yasa lagi-lagi diberi obat tetes telinga. “Memang ada komunikasi yang kurang bagus antara dokter dan pasien,” ujar Sudarsana, Jumat (5/5) lalu. * k23
1
Komentar