Permintaan Cukup Tinggi, Budidaya Bunga Krisan Minim
SINGARAJA, NusaBali
Permintaan masyarakat terhadap bunga krisan, khususnya di Kabupaten Buleleng, masih cukup tinggi.
Namun, potensi ini belum seluruhnya dimanfaatkan oleh petani bunga di Buleleng. Padahal bunga ini menjadi salah satu komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan dengan pangsa pasar dunia pariwisata. Tanaman hias ini kerap digunakan untuk karangan bunga hingga penyambutan tamu wisatawan.
Kabid Hortikultura Dinas Pertanian Buleleng I Gede Subudi mengatakan, budidaya bunga krisan di Buleleng belum sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan para pengusaha florist di Buleleng. Sehingga bunga krisan kerap didatangkan dari luar daerah seperti Malang, Jawa Timur, dan Bandung, Jawa Barat. Karena itu, tanaman ini memiliki potensi besar untuk dikembangkan.
Menurut Subudi, bunga krisan baru dikembangkan oleh beberapa petani di daerah tinggi seperti di wilayah Desa Pancasari, Kecamatan Sukasada, dan Desa Tambakan, Kecamatan Kubutambahan. Kata dia, budidaya bunga krisan memang cukup rumit. Hal ini lah yang membuat para petani di Buleleng kurang berminat untuk membudidayakan bunga krisan.
"Bunga krisan harus ditanam di daerah dataran tinggi, serta ditanam di green house yang terkena sinar matahari penuh. Ini dilakukan agar tangkai bunga lebih panjang. Sebab para pengusaha florist membutuhkan panjang tangkai kurang lebih 80 meter, agar bunga dapat dirangkai," ujarnya, Rabu (9/11).
Jika bunga krisan tidak ditanam di green house, tetap bisa tumbuh tapi jatuhnya hanya sebagai tanaman hias di pot. Sedangkan jika dibudidayakan di green house, tangkainya akan lebih panjang jadi butuh tali juga untuk mengikat. "Jadi untuk menanam bunga krisan ini butuh perlakukan khusus," kata Subudi.
Jelas dia, kerumitan itu membuat para petani di Buleleng kurang berminat untuk membudidayakan bunga krisan. Petani lebih cenderung memilih untuk menanam sayur-sayuran. Namun, menurut Subudi, rumitnya pemeliharaan, sebanding dengan harga jualnya. Di pasaran, kata Subudi harga bunga krisan mencapai Rp 1.500 - Rp 2.000/tangkai. "Petani yang mengembangkan bunga krisan di Pancasari dan Tambakan itu rata-rata dijual sampai ke Denpasar. Kebutuhannya memang sangat tinggi, karena dipakai untuk karangan bunga, dekor acara pernikahan hingga hotel dan restoran," jelasnya.
Berkaca pada potensi ini, Dinas Pertanian Buleleng siap memfasilitasi petani yang ingin belajar budidaya bunga krisan, serta membantu pemberian bibit. "Kalau ada petani yang mau, kami siap bantu mendampingi, memberikan pelatihan cara menanam. Kami buat demplot dulu, kira-kira di wilayah yang mau ditanami itu cocok atau tidak," terangnya. Selain itu, pada 2023 mendatang, Kementerian Pertanian melalui program Horticulture Development Dryland Area Project (HDDAP) juga akan mencoba mengembangkan budidaya bunga krisan ini di Buleleng.*mz
Komentar