Full Day School Terkendala Sekolah Double Shift
Wacana penerapan delapan jam di sekolah atau full day school oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, beberapa waktu lalu di tahun ajaran 2017/2018, masih kabur.
SINGARAJA, NusaBali
Khusus di Kabupaten Buleleng, meski sudah ada sekolah rujukan yang sudah menerapkan sistem pendidikan tersebut yakni SMPN 1 Singaraja, terkendala dengan adanya sekolah yang masih memiliki dua shift.
Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Buleleng, Gede Suyasa belum lama ini mengatakan jika sistem pembelajaran itu benar-benar diterapkan maka akan banyak sekolah di Buleleng yang belum dapat melaksanakannya. Karena terganjal proses pembelajaran yang berlangsung dua shift.
“Kalau delapan jam di sekolah, artinya siswa shift pagi akan pulang jam tiga sore, sedangkan yang shift sore bisa pulang jam sebelas malam, dan tidak memungkinkan,” ujar dia. Bahkan sekolah double shift di Buleleng hampir merata di seluruh Kecamatan. Misalnya saja di Kecamatan Buleleng yang masuk wilayah kota ada lima sekolah yang masih menerapkan double shift. Pihaknya pun mengatakan untuk dapat melaksanakan proses pembelajaran delapan jam harus diikuti dengan kelengkapan sarana dan prasarana pembelajaran seperti kelengkapan gedung sekolah. Di samping juga guru-guru yang lebih kreatif dan inovatif.
Karena dalam penerapan full day school yang lebih ramah disebut pembelajaran delapan jam di sekolah bersifat fleksibel. Seluruh jadwal pelajaran dapat digeser kapan saja sesuai dengan kebutuhan siswa dan guru pengajar yang bersangkutan. “Jadi delapan jam di sekolah, bukan delapan jam pembelajaran di kelas, itu tidak kaku, seumpama siswa saat itu juga perlu ke museum, atau ke pasar, maka jadwal pembelajaran bisa digeser dengan koordinasi masing-masing guru,” katanya.
Bahkan proses pembelajaran delapan jam tidak melulu di dalam kelas dengan bergelut buku dan pelajaran serius. Proses belajar mengajar juga tidak disalahkan berlangsung di bawah pohon halaman sekolah dengan pendekatan langsung ke lingkungan menyesuaikan dengan materi pembelajaran yang diberikan.
Pihaknya pun sampai saat ini belum menentukan sekolah mana saja yang akan melaksanakan sitem pembelajaran tersebut di awal tahun ajaran baru nanti. Sebab hingga saat ini pihaknya masih menunggu petunjuk dan teknis dari pemerintah pusat. Jika memang hal itu benar-benar akan diterapkan Suyasa mengaku akan segera merapatkan dan mendata sekolah mana saja yang sanggup dan belum sanggup melaksanakannya.*k23
Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Buleleng, Gede Suyasa belum lama ini mengatakan jika sistem pembelajaran itu benar-benar diterapkan maka akan banyak sekolah di Buleleng yang belum dapat melaksanakannya. Karena terganjal proses pembelajaran yang berlangsung dua shift.
“Kalau delapan jam di sekolah, artinya siswa shift pagi akan pulang jam tiga sore, sedangkan yang shift sore bisa pulang jam sebelas malam, dan tidak memungkinkan,” ujar dia. Bahkan sekolah double shift di Buleleng hampir merata di seluruh Kecamatan. Misalnya saja di Kecamatan Buleleng yang masuk wilayah kota ada lima sekolah yang masih menerapkan double shift. Pihaknya pun mengatakan untuk dapat melaksanakan proses pembelajaran delapan jam harus diikuti dengan kelengkapan sarana dan prasarana pembelajaran seperti kelengkapan gedung sekolah. Di samping juga guru-guru yang lebih kreatif dan inovatif.
Karena dalam penerapan full day school yang lebih ramah disebut pembelajaran delapan jam di sekolah bersifat fleksibel. Seluruh jadwal pelajaran dapat digeser kapan saja sesuai dengan kebutuhan siswa dan guru pengajar yang bersangkutan. “Jadi delapan jam di sekolah, bukan delapan jam pembelajaran di kelas, itu tidak kaku, seumpama siswa saat itu juga perlu ke museum, atau ke pasar, maka jadwal pembelajaran bisa digeser dengan koordinasi masing-masing guru,” katanya.
Bahkan proses pembelajaran delapan jam tidak melulu di dalam kelas dengan bergelut buku dan pelajaran serius. Proses belajar mengajar juga tidak disalahkan berlangsung di bawah pohon halaman sekolah dengan pendekatan langsung ke lingkungan menyesuaikan dengan materi pembelajaran yang diberikan.
Pihaknya pun sampai saat ini belum menentukan sekolah mana saja yang akan melaksanakan sitem pembelajaran tersebut di awal tahun ajaran baru nanti. Sebab hingga saat ini pihaknya masih menunggu petunjuk dan teknis dari pemerintah pusat. Jika memang hal itu benar-benar akan diterapkan Suyasa mengaku akan segera merapatkan dan mendata sekolah mana saja yang sanggup dan belum sanggup melaksanakannya.*k23
1
Komentar