Wahana Wisata Jembatan Kaca 'Bali Glass Bridge' di Gianyar Resmi Dibuka
Dibuka Saat Momen KTT G20, Harga Tiket Mulai Rp 100.000
Meski kapasitas muatan sekali jalan cukup untuk 800 orang pengunjung, namun demi kenyamanan wisatawan dibatasi maksimal 500 orang sekali jalan.
GIANYAR, NusaBali
Wahana wisata Jembatan Kaca Bali atau Bali Glass Bridge diresmikan di pintu masuk bagian barat Banjar Tegenungan, Desa Kemenuh, Kecamatan Sukawati, Gianyar pada, Jumat (11/11) siang. Wahana pacu adrenalin sepanjang 188 meter ini menjadi jembatan kaca pertama di Bali bahkan di Asia Tenggara.
Jembatan kaca ini akan menjadi tempat wisata terbaru dengan sensasi baru yang memberikan tantangan uji adrenalin. Tenaga ahli didatangkan khusus dari negara China. Dibangun di dua tebing atas aliran Sungai Petanu yang menghubungkan Banjar Blangsinga, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh di sebelah timur dan Banjar Tegenungan, Desa Kemenuh, Kecamatan Sukawati di sebelah barat.
Jembatan kaca ini memanjang sejauh 188 meter, lebar 2,2 meter dengan ketinggian 66 meter dari atas Sungai Petanu. Sekali jalan, dibatasi untuk 500 pejalan kaki. Untuk melintas, pengunjung diharuskan mengenakan alas kaki khusus warna ungu untuk pengunjung perempuan, warna merah untuk laki-laki. "Anak-anak bisa, kakek-kakek bisa. Siapapun yang berani silahkan masuk. Sepanjang dia berani," ungkap Owner Bali Glass Bridge, Dewa Nyoman Sukrawan ditemui di sela-sela acara peresmian.
Sehari setelah grand opening, jembatan kaca ini sudah dibuka untuk umum. Tiket masuk dibedakan menjadi 3 kategori. Untuk lokal Bali, domestik dan wisatawan mancanegara. "Untuk tiket masih tentatif, kisaran Rp 100.000 sampai Rp 200.000," jelas mantan Ketua DPRD Buleleng periode 2009-2014 ini.
Meski kapasitas muatan sekali jalan cukup untuk 800 orang pengunjung, namun demi kenyamanan wisatawan dibatasi maksimal 500 orang sekali jalan. "Ada sistem nunggu nanti, setelah jalan ada gelombang 1 dan seterusnya," jelasnya. Tak kalah penting, wahana baru menyerap hampir 60 persen tenaga kerja lokal dari dua desa bertetangga. "Saat ini ada 45 tenaga kerja lokal dari Desa Saba dan Tegenungan," jelasnya.
Diresmikannya jembatan kaca saat momentum KTT G20 diharapkan bisa menjadi daerah tujuan wisata para delegasi. Sehingga turut serta dalam peningkatan kunjungan wisata ke Bali, Khusus bumi seni Gianyar. Dipilihnya kawasan Air Terjun Tegenungan mengingat potensi yang ada. Pertama karena lokasinya yang strategis di kawasan pariwisata Gianyar, dekat dengan kampung turis Ubud. Kedua karena bentangan alam Tegenungan yang masih asri disempurnakan dengan adanya air terjun yang sudah dikenal dunia. Tegenungan juga dekat dengan daerah Denpasar dan Badung.
Setelah rampung wahana wisata jembatan kaca Bali, nanti akan ada pengembangan lain, seperti swing, selfie kaca, dan restoran. "Kami ingin membantu mendukung program pemerintah meningkatkan kunjungan wisatawan ke Gianyar," jelasnya. Investasi untuk mewujudkan wahana pacu adrenalin ini pun tak main-main. "Di atas 30-40 lah (Rp 30 miliar sampai Rp 40 miliar, Red) sampai jembatan kelar. Parkiran belum, kita kerjakan hampir 2 tahun karena terbentur pandemi, tenaga teknisi dari China," ungkap Dewa Sukrawan.
Mengenai akses masuk, bisa melalui dua lokasi. Tegenungan di sebelah barat dan Blangsinga di sebelah timur. Dewa Sukrawan optimis kunjungan wisatawan ke objek wisata ini akan membeludak. Maka dari itu, tidak menutup kemungkinan pihaknya akan mengajukan pelebaran akses jalan. "Akses jalan yang sudah ada, sudah bagus. Tidak ada gangguan. Ke depan, kami prediksi ini akan membeludak bila perlu nanti ada pelebaran jalan," terang pria asal Desa Bungkulan, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng yang selama ini dikenal sebagai seorang politisi ini.*nvi
Jembatan kaca ini akan menjadi tempat wisata terbaru dengan sensasi baru yang memberikan tantangan uji adrenalin. Tenaga ahli didatangkan khusus dari negara China. Dibangun di dua tebing atas aliran Sungai Petanu yang menghubungkan Banjar Blangsinga, Desa Saba, Kecamatan Blahbatuh di sebelah timur dan Banjar Tegenungan, Desa Kemenuh, Kecamatan Sukawati di sebelah barat.
Jembatan kaca ini memanjang sejauh 188 meter, lebar 2,2 meter dengan ketinggian 66 meter dari atas Sungai Petanu. Sekali jalan, dibatasi untuk 500 pejalan kaki. Untuk melintas, pengunjung diharuskan mengenakan alas kaki khusus warna ungu untuk pengunjung perempuan, warna merah untuk laki-laki. "Anak-anak bisa, kakek-kakek bisa. Siapapun yang berani silahkan masuk. Sepanjang dia berani," ungkap Owner Bali Glass Bridge, Dewa Nyoman Sukrawan ditemui di sela-sela acara peresmian.
Sehari setelah grand opening, jembatan kaca ini sudah dibuka untuk umum. Tiket masuk dibedakan menjadi 3 kategori. Untuk lokal Bali, domestik dan wisatawan mancanegara. "Untuk tiket masih tentatif, kisaran Rp 100.000 sampai Rp 200.000," jelas mantan Ketua DPRD Buleleng periode 2009-2014 ini.
Meski kapasitas muatan sekali jalan cukup untuk 800 orang pengunjung, namun demi kenyamanan wisatawan dibatasi maksimal 500 orang sekali jalan. "Ada sistem nunggu nanti, setelah jalan ada gelombang 1 dan seterusnya," jelasnya. Tak kalah penting, wahana baru menyerap hampir 60 persen tenaga kerja lokal dari dua desa bertetangga. "Saat ini ada 45 tenaga kerja lokal dari Desa Saba dan Tegenungan," jelasnya.
Diresmikannya jembatan kaca saat momentum KTT G20 diharapkan bisa menjadi daerah tujuan wisata para delegasi. Sehingga turut serta dalam peningkatan kunjungan wisata ke Bali, Khusus bumi seni Gianyar. Dipilihnya kawasan Air Terjun Tegenungan mengingat potensi yang ada. Pertama karena lokasinya yang strategis di kawasan pariwisata Gianyar, dekat dengan kampung turis Ubud. Kedua karena bentangan alam Tegenungan yang masih asri disempurnakan dengan adanya air terjun yang sudah dikenal dunia. Tegenungan juga dekat dengan daerah Denpasar dan Badung.
Setelah rampung wahana wisata jembatan kaca Bali, nanti akan ada pengembangan lain, seperti swing, selfie kaca, dan restoran. "Kami ingin membantu mendukung program pemerintah meningkatkan kunjungan wisatawan ke Gianyar," jelasnya. Investasi untuk mewujudkan wahana pacu adrenalin ini pun tak main-main. "Di atas 30-40 lah (Rp 30 miliar sampai Rp 40 miliar, Red) sampai jembatan kelar. Parkiran belum, kita kerjakan hampir 2 tahun karena terbentur pandemi, tenaga teknisi dari China," ungkap Dewa Sukrawan.
Mengenai akses masuk, bisa melalui dua lokasi. Tegenungan di sebelah barat dan Blangsinga di sebelah timur. Dewa Sukrawan optimis kunjungan wisatawan ke objek wisata ini akan membeludak. Maka dari itu, tidak menutup kemungkinan pihaknya akan mengajukan pelebaran akses jalan. "Akses jalan yang sudah ada, sudah bagus. Tidak ada gangguan. Ke depan, kami prediksi ini akan membeludak bila perlu nanti ada pelebaran jalan," terang pria asal Desa Bungkulan, Kecamatan Sawan, Kabupaten Buleleng yang selama ini dikenal sebagai seorang politisi ini.*nvi
1
Komentar