Kisah Pemutaran Mandara Giri Jadi Filosofi Monumen G20
DENPASAR, NusaBali
Monumen G20 di pintu masuk ke kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai, Desa Pemogan, Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar, sangat menarik perhatian.
Desainnya yang megah menambah cantik salah satu kawasan yang jadi venue resmi Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali, 15-16 November 2022.
Bukan sekadar ikonik, Monumen G20 yang desainnya dirancang arsitek Bali, Nyoman Popo Priyatna Danes alias Popo Danes, 58, juga didasari dengan filosofi yang kuat. Tidak lupa, Popo Danes juga memasukkan unsur tradisi Bali ke dalam monumen setinggi sekitar 5 meter dan lebar 20 meter tersebut.
“Bagaimana kita mengambil sebuah bentukan yang mewakili negara-negara G20, dan apa yang menjadi harapan kita dari pertemuan G20 ini,” ujar Popo Danes, ketika dihubungi NusaBali, Sabtu (12/11).
Monumen G20 berbentuk kelopak bunga merah atau lidah api yang diambil dari desain logo G20 2022. Kelopak bunga ini bermakna memberikan keindahan sekaligus sebagai tanda kekuatan yang dapat menjadi energi baru untuk membangun dunia yang lebih baik.
Kelopak bunga merah tersebut dikelilingi 20 bilah berwarna perak yang seolah-olah bergerak ke arah kanan. Ini menggambarkan 20 negara yang memiliki kekuatan dan bergerak bersama-sama ke arah positif.
Arsitek yang dikenal getol memperjuangkan arsitektur Bali ini menambahkan, rotasi pada Monumen G20 tersebut juga sesuai dengan filosofi Hindu Bali dalam kisah Pemutaran Mandara Giri. Pemutaran Mandara Giri adalah mitologi tentang pencarian tirtha amertha, air suci kehidupan yang dipercaya memberikan kesembuhan dan kehidupan yang kekal abadi.
“Jadi apabila keduapuluh anggota G20 ini bergerak bersama-sama secara positif, maka akan menimbulkan energi baru bagi dunia,” kata arsitek asal Desa Banyuatis, Kecamatan Banjar, Buleleng, ini.
Kemudian, pada bagian landasan terdapat sabuk hitam bertuliskan nama 20 negara anggota G20. Popo Danes mengatakan, nama Indonesia menghadap ke arah timur laut (kaja kangin) yang menurut kepercayaan umat Hindu Bali sebagai arah yang disucikan karena mengarah ke Gunung Agung.
Di bawah sabuk itu, terdapat landasan bertingkat lima yang bermakna G20 diselenggarakan di negara berlandaskan Pancasila.
Alumnus Universitas Udayana ini mengatakan, dirinya mendesain monumen G20 ini setelah mendapat mandat dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Proses pembuatan monumen G20 melewati beberapa tahap dengan memakan waktu sekitar delapan bulan. Tepat pada Saniscara Kliwon Krulut, 23 Juli 2022, Monumen G20 selesai dibangun dan diresmikan.
Dalam proses penetapan desain, Popo Danes berkoordinasi dengan Direktur Jenderal Cipta Karya Diana Kusumastuti. Sementara untuk kelopak bunga warna merah atau lidah api yang diambil dari desain logo G20 itu, Popo Danes telah meminta izin kepada Seto Adi Witonoyo, selaku ketua tim kreatif yang mendesain logo G20.
Dia menambahkan, bagian utama monumen G20 terbuat dari alumunium yang dicor. Selain itu, di bagian luar monumen G20 ini sengaja ditanam tanaman hias warna merah agar terlihat lebih mencolok dan indah. “Kita khusus mencari ahli untuk membangun patungnya, namanya Pak Dunadi dari Jogja,” tandas Popo Danes.
Perlu diketahui, G20 adalah forum kerja sama multilateral yang terdiri dari 19 negara utama dan Uni Eropa (EU). G20 merepresentasikan lebih dari 60 persen populasi bumi, 75 persen perdagangan global, dan 80 persen PDB dunia. Anggota G20 terdiri dari Afrika Selatan, Amerika Serikat, Arab Saudi, Argentina, Australia, Brasil, India, Indonesia, Inggris, Italia, Jepang, Jerman, Kanada, Meksiko, Republik Korea, Rusia, Prancis, Tiongkok, Turki, dan Uni Eropa.
Sejak 1 Desember 2021 hingga 30 November 2022 nanti, Indonesia mendapatkan kepercayaan memegang Presidensi G20 Tahun 2022. Dalam presidensi ini Indonesia mengusung tema ‘Recover Together, Recover Stronger’ atau ‘Pulih Bersama, Bangkit Lebih Perkasa’. Lewat tema tersebut, Indonesia ingin mengajak seluruh dunia agar bahu-membahu dan saling mendukung untuk pulih bersama, khususnya dalam bidang perekonomian, serta tumbuh dengan lebih kuat dan berkelanjutan. *cr78
Komentar