Ritual Matigtig Lenyapkan Kotoran Bathin
AMLAPURA, NusaBali
Pangempon Pura Dadia Gede Pangempon Arya Dauh, di Banjar Kayu Putih, Desa/Kecamatan Bebandem, Karangasem, menggelar ritual Matigtig.
Bentuknya, antara krama satu dengan yang lain saling tigtig (pecut) menggunakan pelepah pisang. Ritual ini wajib digelar dalam setiap Piodalan di pura dadia setempat, setiap Purnama Kalima, seperti berlangsung pada Anggara Pon Ukir, Selasa (8/11).
Ritual ini bermakna melenyapkan segala kotoran bathin yang melekat dalam diri. Krama setempat juga meyakini sebagai sarana mengusir wabah.
Kelian Pangempon Pura Dadia Gede Pangempon Arya Dauh I Nengah Warta menuturkan, ritual Matigtig ini wajib dilaksanakan. "Pernah tidak dilaksanakan, namun berakibat menimbulkan masalah antarkrama pangempon. Intinya terjadi keributan, tanpa sebab yang jelas," ujarnya di sela-sela pelaksanaan ritual itu saay upacara Nyineb Ida Batara, Wraspati Kliwon Ukir, Kamis (10/11).
I Nengah Warta memaparkan, piodalan di pura dadia ini digelar setiap dua tahun sekali. Puncaknya pada Purnama Kalima. Ida Bhatara nyejer tiga hari, setiap hari wajib menggelar ritual Matigtig setelah Ida Bhatara mabiasa (mapurwadaksina) di jalan raya depan pura. Ritual Matigtig diikuti krama pangempon laki-laki dari tingkat remaja hingga orangtua, tanpa busana atas. Setiap krama ambil senjata berupa pelepah pisang yang telah disediakan. Mereka berpasang-pasangan menyerang saling pecut di bagian punggung.
Di akhir acara, seluruh krama mengalami luka gores hingga meneteskan darah. "Saat itu juga langsung diobati, menggunakan ramuan kunyit, minyak tandusan (kelentik) dan cendana, dijamin tidak infeksi. Luka langsung kering," jelasnya. Usai ritual ini, segenap pangempon dan krama menggelar persembahyangan diantarkan Jro Mangku Arya Merta. Pura Dadia Arya Dauh ini diempon 50 KK.*k16
Komentar