Dapat Mesin Kopi, Puluhan Milenial Ikuti Pelatihan Barista
DENPASAR, NusaBali
Sebanyak 30 anak muda atau milenial antusias mengikuti pelatihan barista yang digelar Dinas Koperasi UKM Provinsi Bali, di Hotel Grand Mirah Denpasar.
Kegiatan digelar selama tiga hari, 13–15 November 2022, para peserta selain menambah wawasan terkait peracikan kopi, masing-masing juga dihadiahi satu buah mesin kopi.
Kepala Dinas Koperasi UKM Bali I Wayan Ekadina, mengatakan pelatihan sebagai salah satu upaya memberdayakan barista di Bali menghadapi gejolak inflasi yang terjadi belakangan ini. Menurut Ekadina, barista merupakan salah satu profesi yang banyak diminati generasi muda Bali. Terbukti begitu pendaftaran dibuka dalam dua hari sudah ada 200-an orang mendaftar.
Namun dengan keterbatasan anggaran, hanya 30 peserta yang dapat diikutsertakan dalam pelatihan kali ini.
“Pelatihan kita berikan kepada milenial sebanyak 30 orang dari seluruh kabupaten/kota. Kita kurasi yang memiliki NIB (Nomor Induk Berusaha), artinya barista yang formal, karena ini ada kaitannya dengan bantuan alat kopi untuk menurunkan biaya produksi,” ujar Ekadina ditemui di sela kegiatan, Senin (14/11).
Ekadina mengemukakan, pihaknya berencana menggelar pelatihan serupa secara berkala. Bahkan nantinya pelatihan menyasar langsung para petani kopi di beberapa wilayah sentra kopi di Bali, seperti Kintamani, Kabupaten Bangli, dan Pupuan, Kabupaten Tabanan. Dengan mendapat pelatihan pasca panen (pengolahan kopi), diharapkan nantinya petani juga mampu menghasilkan nilai lebih dari produk yang dihasilkannya.
“Ke depannya kita akan jemput bola, agar terwujud kelembagaan satu pintu. Petani menghasilkan kopi, kopi diolah, langsung dijual, jadi semuanya ada di satu tempat. Tujuan kita akhirnya nanti ke sana,” kata Ekadina.
Ketua Bali Chef Community (BCC) I Putu Ambara Putra, dalam kesempatan yang sama mengungkapkan, enam orang anggotanya berlaku sebagai trainer dalam kegiatan tersebut. Mereka selain memberikan teori seperti sejarah perkembangan kopi, teknik kebersihan dan sanitasi, juga mengajarkan praktik pengolahan berbagai menu kopi.
“Kita perkenalkan dari penggunaan mesin, alat-alat penunjang barista, kita training-kan beberapa produk kopi, kopi panas dan kopi dingin,” ucap Ambara Putra.
Di samping itu, para barista muda juga diajarkan sisi bisnis usaha kopi. Yakni bagaimana cara menghitung harga pokok penjualan sehingga bisa menentukan harga penjualan yang tepat.
Ambara Putra sepakat jika bisnis minuman kopi merupakan bisnis yang sangat potensial saat ini, marketnya terus bertumbuh. Karena itu profesi barista merupakan pilihan rasional buat generasi muda saat ini. “Di mana ada objek wisata, di sana ada kedai kopi,” tambahnya.
Terkait persaingan dengan kedai kopi besar yang sudah punya nama, Ambara Putra yakin para pelaku UMKM bisa menghadapinya. Menurutnya para barista yang bekerja di kedai ternama juga merupakan talenta-talenta lokal di Bali. Karena itu dia yakin kedai-kedai kopi milik warga lokal juga tidak kalah dalam persaingan.
Salah seorang peserta pelatihan Dewa Gede Bagus Satria Wibawa, 31, mengapresiasi dukungan Pemerintah Provinsi Bali dalam memajukan UMKM minuman kopi. Apalagi setelah menghadapi tantangan pandemi Covid-19, adanya pelatihan memberikan semangat baru.
“Meskipun saya sudah bergerak di bidang kopi tetap masih perlu belajar dari para senior,” kata pemilik kedai kopi Mokapot Bali di Jalan Hayam Wuruk Denpasar ini.
Dewa Wibawa cukup telaten berbisnis kopi yang dimulainya lima tahun yang lalu. Dia bahkan berkeliling ke petani kopi untuk belajar kopi secara utuh. Nasihatnya kepada anak muda yang berminat bisnis kopi agar tidak setengah-setengah menjalaninya. Dia menyebut industri kopi tidak akan pernah mati karena minum kopi salah satu budaya orang Bali maupun Indonesia.
Salah satu motivasinya menggeluti kopi adalah ayahnya yang terkena serangan jantung hingga meninggal dunia setelah meminum kopi. Berangkat dari sana ditambah pengalaman bekerja sebelumnya di bisnis food and beverage, Dewa Wibawa yakin dengan pilihan hidupnya menggeluti kopi.
“Saya belajar langsung dari petani sampai sebagai barista mempresentasikan hasil kerja petani. Baru saya paham dan saya menyesal kenapa ayah saya tidak minum kopi seenak ini. Bapak saya salah minum kopi sehingga kena serangan jantung,” tutur Dewa Wibawa yang mengaku pernah bekerja di kapal pesiar.
Apresiasi juga disampaikan Agung Pribadi Anto, 36, peserta pelatihan. Menurutnya pelatihan ini sangat bermanfaat bagi dirinya sebagai pelaku UMKM.
“Baru kali ini kita dapat pelatihan dan dapat mesin (kopi),” kata Agung yang sudah menggeluti bisnis kopi sekitar enam tahun.
Pemilik kedai kopi Cangkir Kosong di Jalan Tukad Barito Denpasar, ini yakin dengan pelatihan seperti ini akan mendorong perkembangan UMKM di Bali. “Saya mengucapkan terima kasih atas dukungan Kepala Dinas Koperasi UKM semoga ke depan kegiatan ini bisa dilakukan per enam bulan atau setahun sekali,” harapnya. *cr78
Komentar