Perumda Mangu Giri Sedana Punya Nomenklatur Baru
MANGUPURA, NusaBali.com – Perumda Pasar Mangu Giri Sedana kini memiliki nomenklatur baru pasca pengesahan raperda pada penutupan Rapat Paripurna DPRD Kabupaten Badung, Senin (14/11/2022).
Perumda yang dipimpin Direktur Utama I Made Sukantra itu sekarang disebut sebagai Perusahaan Umum Daerah Pasar dan Pangan Mangu Giri Sedana (MGS).
Menurut Sukantra, perubahan nomenklatur tersebut tidak terlepas dari arahan pemerintah pusat agar setiap daerah memiliki perumda pasar dan pangan. Arahan ini disebut sebagai bentuk antisipasi terhadap inflasi dan krisis pangan yang menghantui Indonesia dan dunia.
“Kami berterima kasih karena diberikan peluang untuk berinovasi lebih jauh. Namun demikian, ini sebenarnya merupakan interupsi kaitannya dengan pengamanan inflasi nasional,” jelas Sukantra dijumpai di ruang kerjanya, Selasa (15/11/2022).
Nomenklatur baru ini, lanjut Sukantra, memberikan dorongan atau gaung yang lebih besar bagi Perumda Pasar dan Pangan MGS untuk menggenjot fungsi Unit Bina Usaha mereka.
Unit tersebut sebelum ada perubahan nomenklatur bergerak untuk menyerap beberapa komoditas seperti beras, kopi, gula, minyak, dan lainnya untuk didistribusikan ke unit pasar, warung-warung, maupun pelaku usaha lain di wilayah yang kebutuhannya tinggi.
Dengan keberadaan tanggung jawab ‘pangan’ dalam nama perumda ini, Perumda Pasar dan Pangan MGS bakal lebih menggiatkan hal tersebut ke depan. Selain itu, nomenklatur baru ini juga memberikan ruang inovasi baru. Inovasi tersebut membuka celah bagi Perumda MGS untuk menyusun strategi percepatan maupun pematangan rantai pasok pangan dalam menghadapi inflasi maupun krisis pangan.
“Sebagai salah satu sektor Tim Pengendali Inflasi Daerah, kami memiliki jejaring di Asparindo (Asosiasi Pengelola Pasar Indonesia) dan Paskomnas (Pasar Komoditi Nasional) sehingga kami tahu harga-harga komoditas di pasar-pasar daerah lain itu berapa,” terang birokrat asal Bukit Jimbaran, Kuta Selatan.
Melalui jejaring ini pula, Perumda MGS dapat berkomunikasi dengan kolega di daerah lain sehingga ketika ada kenaikan harga komoditas di Badung, dapat segera distabilkan kembali. Langkan penstabilan harga tersebut ditempuh dengan cara mendatangkan komoditas yang mengalami inflasi dari daerah lain yang harganya lebih murah.
Komunikasi ini tidak berjalan satu arah, namun begitu daerah lain memerlukan bantuan komoditas, Badung pun harus membantu apabila situasi memungkinkan dalam hal ini kebutuhan daerah tercukupi atau surplus.
Sejauh ini melalui Unit Bina Usaha, Perumda MGS sudah bermitra dengan penyosohan beras di Kecamatan Petang, Mengwi, dan Kuta Utara. Selain itu, petani kopi dari Kecamatan Petang dan daerah Kintamani pun diajak bermitra. Kata Sukantra, keunggulan produk khususnya beras dari Perumda MGS adalah bebas pemutih.
Kemudian, karena dipasok dari penyosohan beras lokal maka harganya lebih murah dari beras di pasaran yang didatangkan dari Jawa. Jika yang beredar di pasaran harganya bisa mencapai Rp 285.000 per 25 kilogram, Perumda MGS memasok seharga Rp 260.000. Meskipun lebih murah, kualitas beras yang ditawarkan adalah kualitas super.
“Itu kualitas super yang kami pasok, tanpa pemutih dan pengawet. Memang bisa bertahan sebulan namun kesehatan kita jaminannya. Hasil nasi dari beras MGS itu enak sekali, gurih, dan putih alami,” tandas Sukantra. *rat
Komentar