Driver Ojek Motor Listrik Sebagian Besar Perempuan
Beroperasi di Kawasan The Nusa Dua Selama KTT G20
MANGUPURA, NusaBali
Kebijakan penggunaan kendaraan listrik saat perhelatan KTT G20 di Nusa Dua menampilkan pemandangan berbeda.
Di kawasan The Nusa Dua, Nusa Dua Kecamatan Kuta Selatan, Badung pada Selasa (15/11), misalnya, kendaraan listrik seperti bus hingga motor listrik hilir mudik. Driver ojek motor listrik yang disiapkan sebagian besar perempuan.
Diditya salah satunya. Perempuan asal Jakarta ini bersama rekannya diutus langsung untuk menjadi ojek motor listrik di dalam kawasan The Nusa Dua. Total ada 20 orang yang sebagian besarnya adalah perempuan yang diutus perusahaannya selama sepekan pelaksanaan kegiatan KTT G20. “Kami ada 20 orang. Ada sekitar 15 orang perempuan dan sisanya laki-laki,” katanya saat ditemui, Selasa (15/11).
Dia dan rekannya tiba di Bali sejak 10 November lalu. Sesaat setelah tiba, dia dan rekannya dari salah satu perusahaan motor listrik, di sebar di sejumlah titik di dalam kawasan The Nusa Dua untuk mengenal lebih jauh ihwal rute dan juga titik mangkal. Setelah pengenalan, barulah keesokan harinya sudah mulai melayani pengunjung yang menggunakan jasa mereka. “Kami di sini selama sepekan. Terhitung mulai 10 hingga 16 November mendatang,” ujar Diditya.
Menurutnya, selama beroperasi di dalam kawasan The Nusa Dua, rekannya sesama ojek motor listrik sudah diberikan arahan untuk rute dan tata cara saat memberikan layanan. Hal ini semata agar tidak menganggu ketika ada rombongan delegasi yang melintas. Menariknya dalam memberikan pelayanan, dia dan rekannya tidak menggunakan aplikasi khusus, namun menawarkan diri. “Kalau orang sudah kenal, langsung panggil atau teriak ojek saja. Maka kami langsung berhenti. Tapi kalau ada yang tidak tahu, pasti kami berhenti dan menawarkan jasa ojek,” jelas Diditya.
Hal senada juga disampaikan Erlin. Menurut dia, rute pelayanan terkadang juga sampai ke Lapangan Lagoon yang merupakan titik penjemputan pengunjung. Selama beroperasi, tentu dilengkapi dengan standar nasional yakni menggunakan helm lengkap serta kendaraan yang digunakan juga sudah memiliki stiker khusus. “Semuanya gratis. Jadi, kita antar dari titik satu ke titik yang lainnya,” kata Erlin.
Disinggung terkait upah oleh perusahaan, baik Diditya maupun Erlin sama-sama mengaku tidak ada upah yang diterima. Namun semua akomodasi ditanggung oleh perusahaan selama berada di Bali. “Kita tidak tahu apakah nanti dikasi saat di Jakarta atau tidak, itu yang kita tidak ketahui. Namun untuk upah harian sama sekali tidak ada,” katanya. *dar
1
Komentar