Presiden Jokowi dan Gubernur Koster Buktikan Indonesia Memiliki Peradaban Budaya
Busana Adat Bali Jadi Media Promosi Pariwisata Bali ke Pemimpin G20
MANGUPURA, NusaBali
Penggunaan busana Adat Bali di Presidensi G20 yang ditampilkan oleh Presiden RI Ir Joko Widodo (Jokowi) bersama Ibu Negara Iriana Joko Widodo, dan Gubernur Bali Wayan Koster saat acara Welcoming Dinner G20 pada, Anggara Kliwon Kulantir, Selasa (15/11) malam di Garuda Wisnu Kencana (GWK) telah memberikan rasa bangga kepada masyarakat Bali, karena dinilai sebagai upaya diplomasi untuk memperkenalkan identitas budaya Bali di hadapan pemimpin negara-negara yang tergabung dalam
Tidak hanya busana Adat Bali, tapi busana berbahan Kain Tenun Endek Bali yang digunakan oleh pemimpin negara-negara G20 seperti yang terlihat di media, Presiden China Xi Jinping, Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak, Perdana Menteri Belanda Mark Rutte, Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida, sampai Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez telah menjadi perhatian dunia, karena tampilannya yang estetik dan unik.
Perajin Kain Tenun Tradisional Lokal Bali asal Klungkung, Putu Agus Aksara Diantika adalah salah satu perajin yang tidak menyangka hasil kerajinan tenunnya menjadi kepercayaan negara untuk ditampilkan dalam Presidensi G20. Atas hal itu, Putu Aksara menyatakan sangat bangga Kain Tenun Endek Bali ternyata digunakan oleh pemimpin dunia G20.
Dia meyakini ini hasil kerja keras dari Gubernur Bali, Wayan Koster yang memiliki keahlian dalam berdiplomasi di hadapan Pemerintah Pusat untuk meyakinkan bahwa produk lokal Bali, khususnya Kain Tenun Endek Bali agar dimanfaatkan dalam ajang KTT G20. Tujuannya, pasti Gubernur menginginkan masyarakat Bali mendapat manfaat ekonomi dari kegiatan Presidensi G20, dan sekarang sangat nyata dampaknya kami rasakan.
“Titiyang amati Bapak Gubernur Wayan Koster mulai menggalakkan pengunaan Kain Tenun Endek Bali, sejak Bali dilanda pandemi Covid-19, saat itu beliau langsung membuat kebijakan dengan keluarnya Surat Edaran Gubernur Bali Nomor 04 Tahun 2021 tentang Penggunaan Kain Tenun Endek Bali/Kain Tenun Tradisional Bali yang selaras dengan Peraturan Gubernur Bali Nomor 99 Tahun 2018 tentang Pemasaran dan Pemanfaatan Produk Pertanian, Perikanan dan Industri Lokal Bali,” ujar perajin Kain Tenun Tradisional Bali asal Desa Adat Gelgel, Kabupaten Klungkug ini.
Ekonomi Bali dikatakan Putu Aksara Diantika saat pandemi sangat terpuruk, bahkan perajin tenun ikut terdampak. Namun pasca keluarnya kebijakan Gubernur Koster, membuat penggunaan Kain Tenun Endek Bali sangat mengeliat.
“Jadi sangat bagus peran Gubernur Bali kita, yang telah melakukan pemberdayaan kepada UMKM, sehingga kita sebagai perajin sangat merasakan dampaknya. Sejak kebijakan tersebut, di masa pandemi kami mendapatkan pendapatan ekonomi. Sekarang apalagi di KTT G20, kita mendapat kecipratan ekonomi, bukan sedikit kecipratannya, tapi malah mendapat berkah untuk menyiapkan seragam Kepala Negara G20,” ujar Putu Aksara pada Buda Umanis Kulantir, Rabu (16/11).
Seragam Kain Tenun Endek Bali untuk Kepala Negara G20 yang disiapkan perajin Putu Agus Aksara Diantika ini bertema Wastra Nusantara dengan menggunakan bahan Kain Tenun Catri. “Wastra Nusantara merupakan kain tenun Bali berkualitas tinggi yang dibuat dengan proses tenun tradisional oleh tangan-tangan terampil penenun di Desa Adat Gelgel secara turun temurun dengan menampilkan motif flora nusantara seperti bunga, putik, dan tanaman rambat yang sangat indah. Karya tenun ini mengandung unsur budaya adiluhung yang melambangkan kehidupan selaras, seimbang, sehingga tercapai kebahagiaan dan kesejahteraan dunia,” jelasnya sembari kembali mengucapkan terimakasih kepada Gubernur Bali Wayan Koster atas perhatiannya kepada UMKM Bali.
Sambutan apresiasi juga disampaikan oleh akademisi Fakultas Sastra dan Ilmu Budaya Unud, Prof A A Ngurah Anom Kumbara. Menurutnya, sangat bagus Presiden RI Jokowi bersama Ibu Negara, dan Gubernur Bali Wayan Koster menggunakan busana Adat Bali di ajang Presidensi G20. “Kenapa bagus, karena ini adalah upaya diplomasi pemimpin kita di Pusat dan di Pemprov Bali untuk memperkenalkan identitas budaya Bali di kancah dunia. Salah satu identitas budaya Bali, dapat dilihat dari busana Adat-nya, seperti apa yang digunakan Bapak Wayan Koster selaku Gubernur Bali saat menyambut para Pemimpin negara-negara G20 dan delegasinya di Bandara I Gusti Ngurah Rai,” jelas akademisi Antropologi Universitas Udayana (Unud) ini.
Sehingga Bali tidak hanya dikenal dalam konteks kesenian tari-tari, lautnya yang indah, tetapi juga busananya juga dikenal sangat indah dan unik. Busana Adat Bali sebagai sub kebudayaan material, sangat mudah dilihat secara kasat mata. Lebih jauh lagi, busana Adat Bali tidak hanya mempresentasikan keindahan secara fisik, tetapi juga busana Adat Bali mengandung nilai-nilai filosofi, sekaligus menjadi simbol pemimpin di Indonesia dan pemimpin di Bali, bahwa bangsa dan daerah yang sedang dipimpinnya memiliki peradaban budaya adi luhung. Dari warisan budaya itulah, pemimpin kemudian bekerja menciptakan kemakmuran masyarakatnya, seperti berkembangnya produk lokal Bali berupa busana Adat Bali, kain tenun tradisional, bahkan orang sekarang banyak sekali melakukan foto preweding dengan menampilkan busana Adat Bali.
“Sangat wajar Bapak Presiden Joko Widodo bersama Gubernur Wayan Koster menampilkan yang terbaik dalam Presidensi G20, melalui penggunaan busana Adat Bali. Bali sebagai destinasi wisata utama dunia, sangat bagus pemimpin kita ber-fashion busana Adat Bali. Ini luar biasa, karena pemimpin Bali (Gubernur Bali, Wayan Koster, red) telah menampilkan ke-baliannya melalui busana Adat Bali,” ujar guru besar Unud yang akrab dipanggil Prof Anom ini seraya menyatakan busana Adat Bali juga menjadi media promosi pariwisata berbasis budaya.
Ini kesempatan dunia menjadi tercengang, bahwa selain Bali yang menampilkan ramah lingkungan, tetapi Bali juga memiliki kekayaan kebudayaan yang unik, khas, hingga membuat Bali lebih terkenal. Rasa bangga juga diungkapkan oleh tokoh perempuan dari Provinsi Bali yang melestarikan busana, tata rias dan budaya Bali, Dr Anak Agung Ayu Ketut Agung.
“Saya yang fokus malakoni busana dan tata rias Adat Bali, sangat bangga, karena busana Adat Bali digunakan oleh Bapak Presiden Jokowi dan Gubernur Bali, Wayan Koster di acara Presidensi G20. Tidak hanya tiyang, semua masyarakat Bali pasti bangga melihat pemimpinnya tampil berbusana Adat Bali dihadapan pemimpin dunia. Apalagi busana Adat Bali memiliki makna filosofis, selain menjadi ajang promosi budaya yang dampaknya secara ekonomi dirasakan oleh pelaku UMKM seperti Kain Tenun Songket,” kata Anak Agug Ayu Ketut Agung. *nat
Perajin Kain Tenun Tradisional Lokal Bali asal Klungkung, Putu Agus Aksara Diantika adalah salah satu perajin yang tidak menyangka hasil kerajinan tenunnya menjadi kepercayaan negara untuk ditampilkan dalam Presidensi G20. Atas hal itu, Putu Aksara menyatakan sangat bangga Kain Tenun Endek Bali ternyata digunakan oleh pemimpin dunia G20.
Dia meyakini ini hasil kerja keras dari Gubernur Bali, Wayan Koster yang memiliki keahlian dalam berdiplomasi di hadapan Pemerintah Pusat untuk meyakinkan bahwa produk lokal Bali, khususnya Kain Tenun Endek Bali agar dimanfaatkan dalam ajang KTT G20. Tujuannya, pasti Gubernur menginginkan masyarakat Bali mendapat manfaat ekonomi dari kegiatan Presidensi G20, dan sekarang sangat nyata dampaknya kami rasakan.
“Titiyang amati Bapak Gubernur Wayan Koster mulai menggalakkan pengunaan Kain Tenun Endek Bali, sejak Bali dilanda pandemi Covid-19, saat itu beliau langsung membuat kebijakan dengan keluarnya Surat Edaran Gubernur Bali Nomor 04 Tahun 2021 tentang Penggunaan Kain Tenun Endek Bali/Kain Tenun Tradisional Bali yang selaras dengan Peraturan Gubernur Bali Nomor 99 Tahun 2018 tentang Pemasaran dan Pemanfaatan Produk Pertanian, Perikanan dan Industri Lokal Bali,” ujar perajin Kain Tenun Tradisional Bali asal Desa Adat Gelgel, Kabupaten Klungkug ini.
Ekonomi Bali dikatakan Putu Aksara Diantika saat pandemi sangat terpuruk, bahkan perajin tenun ikut terdampak. Namun pasca keluarnya kebijakan Gubernur Koster, membuat penggunaan Kain Tenun Endek Bali sangat mengeliat.
“Jadi sangat bagus peran Gubernur Bali kita, yang telah melakukan pemberdayaan kepada UMKM, sehingga kita sebagai perajin sangat merasakan dampaknya. Sejak kebijakan tersebut, di masa pandemi kami mendapatkan pendapatan ekonomi. Sekarang apalagi di KTT G20, kita mendapat kecipratan ekonomi, bukan sedikit kecipratannya, tapi malah mendapat berkah untuk menyiapkan seragam Kepala Negara G20,” ujar Putu Aksara pada Buda Umanis Kulantir, Rabu (16/11).
Seragam Kain Tenun Endek Bali untuk Kepala Negara G20 yang disiapkan perajin Putu Agus Aksara Diantika ini bertema Wastra Nusantara dengan menggunakan bahan Kain Tenun Catri. “Wastra Nusantara merupakan kain tenun Bali berkualitas tinggi yang dibuat dengan proses tenun tradisional oleh tangan-tangan terampil penenun di Desa Adat Gelgel secara turun temurun dengan menampilkan motif flora nusantara seperti bunga, putik, dan tanaman rambat yang sangat indah. Karya tenun ini mengandung unsur budaya adiluhung yang melambangkan kehidupan selaras, seimbang, sehingga tercapai kebahagiaan dan kesejahteraan dunia,” jelasnya sembari kembali mengucapkan terimakasih kepada Gubernur Bali Wayan Koster atas perhatiannya kepada UMKM Bali.
Sambutan apresiasi juga disampaikan oleh akademisi Fakultas Sastra dan Ilmu Budaya Unud, Prof A A Ngurah Anom Kumbara. Menurutnya, sangat bagus Presiden RI Jokowi bersama Ibu Negara, dan Gubernur Bali Wayan Koster menggunakan busana Adat Bali di ajang Presidensi G20. “Kenapa bagus, karena ini adalah upaya diplomasi pemimpin kita di Pusat dan di Pemprov Bali untuk memperkenalkan identitas budaya Bali di kancah dunia. Salah satu identitas budaya Bali, dapat dilihat dari busana Adat-nya, seperti apa yang digunakan Bapak Wayan Koster selaku Gubernur Bali saat menyambut para Pemimpin negara-negara G20 dan delegasinya di Bandara I Gusti Ngurah Rai,” jelas akademisi Antropologi Universitas Udayana (Unud) ini.
Sehingga Bali tidak hanya dikenal dalam konteks kesenian tari-tari, lautnya yang indah, tetapi juga busananya juga dikenal sangat indah dan unik. Busana Adat Bali sebagai sub kebudayaan material, sangat mudah dilihat secara kasat mata. Lebih jauh lagi, busana Adat Bali tidak hanya mempresentasikan keindahan secara fisik, tetapi juga busana Adat Bali mengandung nilai-nilai filosofi, sekaligus menjadi simbol pemimpin di Indonesia dan pemimpin di Bali, bahwa bangsa dan daerah yang sedang dipimpinnya memiliki peradaban budaya adi luhung. Dari warisan budaya itulah, pemimpin kemudian bekerja menciptakan kemakmuran masyarakatnya, seperti berkembangnya produk lokal Bali berupa busana Adat Bali, kain tenun tradisional, bahkan orang sekarang banyak sekali melakukan foto preweding dengan menampilkan busana Adat Bali.
“Sangat wajar Bapak Presiden Joko Widodo bersama Gubernur Wayan Koster menampilkan yang terbaik dalam Presidensi G20, melalui penggunaan busana Adat Bali. Bali sebagai destinasi wisata utama dunia, sangat bagus pemimpin kita ber-fashion busana Adat Bali. Ini luar biasa, karena pemimpin Bali (Gubernur Bali, Wayan Koster, red) telah menampilkan ke-baliannya melalui busana Adat Bali,” ujar guru besar Unud yang akrab dipanggil Prof Anom ini seraya menyatakan busana Adat Bali juga menjadi media promosi pariwisata berbasis budaya.
Ini kesempatan dunia menjadi tercengang, bahwa selain Bali yang menampilkan ramah lingkungan, tetapi Bali juga memiliki kekayaan kebudayaan yang unik, khas, hingga membuat Bali lebih terkenal. Rasa bangga juga diungkapkan oleh tokoh perempuan dari Provinsi Bali yang melestarikan busana, tata rias dan budaya Bali, Dr Anak Agung Ayu Ketut Agung.
“Saya yang fokus malakoni busana dan tata rias Adat Bali, sangat bangga, karena busana Adat Bali digunakan oleh Bapak Presiden Jokowi dan Gubernur Bali, Wayan Koster di acara Presidensi G20. Tidak hanya tiyang, semua masyarakat Bali pasti bangga melihat pemimpinnya tampil berbusana Adat Bali dihadapan pemimpin dunia. Apalagi busana Adat Bali memiliki makna filosofis, selain menjadi ajang promosi budaya yang dampaknya secara ekonomi dirasakan oleh pelaku UMKM seperti Kain Tenun Songket,” kata Anak Agug Ayu Ketut Agung. *nat
1
Komentar