Showcase Mangrove Bisa Jadi Ekowisata Baru
Fasilitas di showcase mangrove di antaranya berupa jalur tracking hingga tempat persemaian. Persemaian mangrove yang biasanya dibuat di kawasan perairan, kali ini dibuat di daratan dengan kapasitas hingga enam juta bibit per tahun.
DENPASAR, NusaBali
Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai di Desa Pemogan, Denpasar Selatan dipercantik menjadi showcase mangrove begitu Indonesia terpilih menjadi Presidensi G20 Tahun 2022. Arsitek Bali I Wayan Kastawan diberikan kepercayaan merepresentasikan tema Presidensi G20 Indonesia, ‘Recover Together, Recover Stronger’. Dia mengatakan showcase mangrove tersebut bisa menjadi daya tarik wisata baru.
Dosen Universitas Udayana ini mengatakan dirinya berpacu dengan waktu mendesain showcase Tahura Ngurah Rai. Desain dibuat pada awal 2022 selama satu setengah bulan, dilanjutkan dengan pembangunan hingga awal September.
“Waktu terbatas. Sejak awal tahun 2022 kita menyusun desain. Dalam waktu satu setengah bulan kita laksanakan pembangunannya hingga di awal September,” ujarnya di sela kegiatan kunjungan pemimpin negara G20 ke Tahura Ngurah Rai, Rabu (16/11).
Beberapa fasilitas dibangun alumnus Nagoya Institute of Technology, Jepang, seperti plaza mangrove (bangunan kayu berbentuk elips) sebagai tempat pemimpin negara G20 menanam bibit mangrove sebagai simbol komitmen besar negara-negara maju, khususnya G20, menumbuhkembangkan arsitektur kesehatan global, transisi energi terbarukan, hingga transformasi digital.
Fasilitas lainnya yakni berupa tracking mangrove hingga tempat persemaian mangrove. Persemaian mangrove yang biasanya dibuat di kawasan perairan, kali ini dibuat di daratan dengan kapasitas hingga enam juta bibit per tahun. Sehingga perlu memompa air laut ke darat, karena bibit mangrove perlu terendam air laut minimal 2 jam per hari.
“Mungkin saru-satunya di dunia kita menanam mangrove di darat,” ujar Koordinator Tim Ahli Batur UNESCO Global Geopark ini. Kastawan menyebut, dengan menampilkan showcase mangrove, Bali diharapkan bisa menjadi pioner untuk membawa kesadaran kepada dunia bahwa keberlanjutan planet bumi ini sebagai satu global village, di manapun berada di dunia mesti bertanggung jawab terhadap alam dan perubahan iklim.
Showcase mangrove dengan persemaian yang begitu luas, menyatakan komitmen serius bangsa Indonesia untuk ikut menjadi perintis bagaimana memperbaiki alam sehingga keberlanjutannya bisa disampaikan kepada generasi selanjutnya.
“Harapan kita dengan showcase mangrove G20 tumbuh kesadaran kita bagaimana kehidupan dunia terkait dengan perubahan iklim. Sebagaimana kita ketahui lapisan ozon menipis, permukaan air laut naik,” kata Ketua Architecture, Urban Design, and Built Environment (AUdBe) Research Studies di Pusat Penelitian Kebudayaan, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Udayana.
Kastawan mengatakan, pasca KTT G20 infrastruktur showcase mangrove dapat dijadikan daya tarik wisata baru berbasis ekowisata. Masyarakat lebih diperkenalkan dengan tumbuhan mangrove, sehingga memberikan inspirasi dalam pelestarian dan pengembangannya. *cr78
Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai di Desa Pemogan, Denpasar Selatan dipercantik menjadi showcase mangrove begitu Indonesia terpilih menjadi Presidensi G20 Tahun 2022. Arsitek Bali I Wayan Kastawan diberikan kepercayaan merepresentasikan tema Presidensi G20 Indonesia, ‘Recover Together, Recover Stronger’. Dia mengatakan showcase mangrove tersebut bisa menjadi daya tarik wisata baru.
Dosen Universitas Udayana ini mengatakan dirinya berpacu dengan waktu mendesain showcase Tahura Ngurah Rai. Desain dibuat pada awal 2022 selama satu setengah bulan, dilanjutkan dengan pembangunan hingga awal September.
“Waktu terbatas. Sejak awal tahun 2022 kita menyusun desain. Dalam waktu satu setengah bulan kita laksanakan pembangunannya hingga di awal September,” ujarnya di sela kegiatan kunjungan pemimpin negara G20 ke Tahura Ngurah Rai, Rabu (16/11).
Beberapa fasilitas dibangun alumnus Nagoya Institute of Technology, Jepang, seperti plaza mangrove (bangunan kayu berbentuk elips) sebagai tempat pemimpin negara G20 menanam bibit mangrove sebagai simbol komitmen besar negara-negara maju, khususnya G20, menumbuhkembangkan arsitektur kesehatan global, transisi energi terbarukan, hingga transformasi digital.
Fasilitas lainnya yakni berupa tracking mangrove hingga tempat persemaian mangrove. Persemaian mangrove yang biasanya dibuat di kawasan perairan, kali ini dibuat di daratan dengan kapasitas hingga enam juta bibit per tahun. Sehingga perlu memompa air laut ke darat, karena bibit mangrove perlu terendam air laut minimal 2 jam per hari.
“Mungkin saru-satunya di dunia kita menanam mangrove di darat,” ujar Koordinator Tim Ahli Batur UNESCO Global Geopark ini. Kastawan menyebut, dengan menampilkan showcase mangrove, Bali diharapkan bisa menjadi pioner untuk membawa kesadaran kepada dunia bahwa keberlanjutan planet bumi ini sebagai satu global village, di manapun berada di dunia mesti bertanggung jawab terhadap alam dan perubahan iklim.
Showcase mangrove dengan persemaian yang begitu luas, menyatakan komitmen serius bangsa Indonesia untuk ikut menjadi perintis bagaimana memperbaiki alam sehingga keberlanjutannya bisa disampaikan kepada generasi selanjutnya.
“Harapan kita dengan showcase mangrove G20 tumbuh kesadaran kita bagaimana kehidupan dunia terkait dengan perubahan iklim. Sebagaimana kita ketahui lapisan ozon menipis, permukaan air laut naik,” kata Ketua Architecture, Urban Design, and Built Environment (AUdBe) Research Studies di Pusat Penelitian Kebudayaan, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Udayana.
Kastawan mengatakan, pasca KTT G20 infrastruktur showcase mangrove dapat dijadikan daya tarik wisata baru berbasis ekowisata. Masyarakat lebih diperkenalkan dengan tumbuhan mangrove, sehingga memberikan inspirasi dalam pelestarian dan pengembangannya. *cr78
1
Komentar