Amankan Hajatan KTT G20 Secara Niskala
Berkah 33 Tirtha Amerta Jati Bali Pulina
Dari Pura Pasar Agung, mendoakan Bali agar aman, termasuk kelancaran pelaksanaan KTT G20 tersebut.
AMLAPURA, NusaBali
Puncak piodalan Pura Pasar Agung, Banjar Sogra, Desa Sebudi, Kecamatan Selat, Karangasem, Purnama Kalima, Anggara Pon Ukir, Selasa (8/11). Ida Bhatara masineb, Saniscara Wage Kulantir, Sabtu (19/11). Saat puncak piodalan, 33 jenis Tirtha Amerta Jati Ida Bhatara dari Tri Lingga Giri Bali Pulina kasikiang (disatukan) oleh sejumlah pamangku.
33 tirta ini diyakini secara niskala untuk kelancaran dan menjaga keamanan pelaksanaaan KTT (Konferensi Tingkat Tinggi) G20 di Nusa Dua, Badung, 15-16 November 2022. Tirtha itu kalinggihang (distanakan), dari catur danu (empat danau), catur segara (empat lautan), Catur Pura Pucak, dan mata air, sehingga jumlahnya 33 jenis tirtha. Tirtha itu wajib dimohon umat sedharma melalui bendesa adat se-Bali, kemudian diteruskan kepada krama di masing-masing desa adat. Tujuannya agar kekuatan niskala tersebut mampu memberikan vibrasi kerohanian, di seluruh Bali, sehingga masyarakat Bali jadi tentram dengan harapan jalannya G20, berjalan tanpa hambatan.
"Itu artinya, Bali telah mampu memberikan vibrasi kedamaian bagi Dunia, yang diadakan di Bali melalui G20," jelas Penyarikan Agung MDA Provinsi Bali I Ketut Sumarta, belum lama ini, di Pura Pasar Agung, Banjar Sogra, Desa Sebudi, Kecamatan Selat, Karangasem.
Sumarta menyebutkan, tirtha itu diberi nama Bali pulina, artinya tirtha itu berasal dari wawidangan seluruh Bali. Pulina artinya pulau, Bali pulina, atau pulau Bali. Tirtha itu sebagai pelengkap utama upacara, tirtha yang berasal dari kata tristharayadhi, artinya air suci, air yang bisa digunakan meningkatkan kualitas kerohanian, pemberi semangat kehidupan.
Tirtha itu bukanlah air biasa tetapi merupakan air suci yang disakralkan, yang mampu mengubah perasan dan pikiran jadi suci, setelah segala kotoran bathin dilenyapkan hanya dengan menggunakan tirtha.
Sebanyak 33 jenis tirtha itu selain digunakan untuk pelengkap upacara, juga digunakan untuk tirtha sebagai anugerah yang dimohon umat sedharma untuk diminum, dipercikkan dalam tubuh, diraup di wajah dan kepala, tujuannya agar secara spiritual kita dapat kekuatan langsung dari Sang Maha Pencipta.
Sesuai amanat Lontar Agama Tirtha, memberikan pemaknaan, bahwa air suci itu adalah uddhaka, uddhaka artinya laut, tempat melebur segala kotoran bathin, sumber amertha, sumber kasucian dan laut sebagai pusat kemakmuran.
Selain 33 tirtha itu berasal dari tempat-tempat suci, saat dipersatukan melalui pemujaan tiga sulinggih: Ida Pedanda Gede Suyasa dari Geria Manuaba, banjar Bencingah, Desa Duda, Kecamatan Selat, Ida Pedanda Gede Wayan Demung dari Geria Demung, Banjar Tilem, Desa Budakeling, Kecamatan Bebandem, dan Ida Pandita Mpu Acarya Weda Nanda dari Geria Taman Gana Pati, Banjar Pemuhunan, Desa Muncan, Kecamatan Selat.
Sehingga tirtha itu menjadi multifungsi, sebagai tirtha wasuh, tirtha panglukatan, dan tirtha pabersihan. Itulah sebabnya selama ini umat Hindu memuja dan melestarikan sumber air.
Jro Mangku Pasek, Jro Mangku Sudarma dan Jro Mangku Sigra sebagai pangayah di Pura Pasar Agung sangat menyukuri, bertepatan piodalan, disertai ngalinggihang 33 jenis tirtha berasal dari sajebag Bali. Sehingga umat sedharma yang datang bukan saja hanya muspa di Pura Pasar Agung, linggih Ida Bhatara Giri Tohlangkir, juga mendapatkan berkah berupa tirtha Amerta Jati Tri Lingga Giri Bali Pulina, itu.
"Selama Ida Bhatara nyejer, ada pamangku melayani umat yang melaksanakan persembahyangan dan melayani umat yang mohon tirtha," jelas Jro Mangku Sigra.
Jro Mangku Sigra menambahkan, dari Pura Pasar Agung, mendoakan Bali agar aman, termasuk kelancaran pelaksanaan KTT G20 tersebut. Sehingga Pura Pasar Agung telah mampu memberikan vibrasi kedamaian bagi dunia.*nantra
33 tirta ini diyakini secara niskala untuk kelancaran dan menjaga keamanan pelaksanaaan KTT (Konferensi Tingkat Tinggi) G20 di Nusa Dua, Badung, 15-16 November 2022. Tirtha itu kalinggihang (distanakan), dari catur danu (empat danau), catur segara (empat lautan), Catur Pura Pucak, dan mata air, sehingga jumlahnya 33 jenis tirtha. Tirtha itu wajib dimohon umat sedharma melalui bendesa adat se-Bali, kemudian diteruskan kepada krama di masing-masing desa adat. Tujuannya agar kekuatan niskala tersebut mampu memberikan vibrasi kerohanian, di seluruh Bali, sehingga masyarakat Bali jadi tentram dengan harapan jalannya G20, berjalan tanpa hambatan.
"Itu artinya, Bali telah mampu memberikan vibrasi kedamaian bagi Dunia, yang diadakan di Bali melalui G20," jelas Penyarikan Agung MDA Provinsi Bali I Ketut Sumarta, belum lama ini, di Pura Pasar Agung, Banjar Sogra, Desa Sebudi, Kecamatan Selat, Karangasem.
Sumarta menyebutkan, tirtha itu diberi nama Bali pulina, artinya tirtha itu berasal dari wawidangan seluruh Bali. Pulina artinya pulau, Bali pulina, atau pulau Bali. Tirtha itu sebagai pelengkap utama upacara, tirtha yang berasal dari kata tristharayadhi, artinya air suci, air yang bisa digunakan meningkatkan kualitas kerohanian, pemberi semangat kehidupan.
Tirtha itu bukanlah air biasa tetapi merupakan air suci yang disakralkan, yang mampu mengubah perasan dan pikiran jadi suci, setelah segala kotoran bathin dilenyapkan hanya dengan menggunakan tirtha.
Sebanyak 33 jenis tirtha itu selain digunakan untuk pelengkap upacara, juga digunakan untuk tirtha sebagai anugerah yang dimohon umat sedharma untuk diminum, dipercikkan dalam tubuh, diraup di wajah dan kepala, tujuannya agar secara spiritual kita dapat kekuatan langsung dari Sang Maha Pencipta.
Sesuai amanat Lontar Agama Tirtha, memberikan pemaknaan, bahwa air suci itu adalah uddhaka, uddhaka artinya laut, tempat melebur segala kotoran bathin, sumber amertha, sumber kasucian dan laut sebagai pusat kemakmuran.
Selain 33 tirtha itu berasal dari tempat-tempat suci, saat dipersatukan melalui pemujaan tiga sulinggih: Ida Pedanda Gede Suyasa dari Geria Manuaba, banjar Bencingah, Desa Duda, Kecamatan Selat, Ida Pedanda Gede Wayan Demung dari Geria Demung, Banjar Tilem, Desa Budakeling, Kecamatan Bebandem, dan Ida Pandita Mpu Acarya Weda Nanda dari Geria Taman Gana Pati, Banjar Pemuhunan, Desa Muncan, Kecamatan Selat.
Sehingga tirtha itu menjadi multifungsi, sebagai tirtha wasuh, tirtha panglukatan, dan tirtha pabersihan. Itulah sebabnya selama ini umat Hindu memuja dan melestarikan sumber air.
Jro Mangku Pasek, Jro Mangku Sudarma dan Jro Mangku Sigra sebagai pangayah di Pura Pasar Agung sangat menyukuri, bertepatan piodalan, disertai ngalinggihang 33 jenis tirtha berasal dari sajebag Bali. Sehingga umat sedharma yang datang bukan saja hanya muspa di Pura Pasar Agung, linggih Ida Bhatara Giri Tohlangkir, juga mendapatkan berkah berupa tirtha Amerta Jati Tri Lingga Giri Bali Pulina, itu.
"Selama Ida Bhatara nyejer, ada pamangku melayani umat yang melaksanakan persembahyangan dan melayani umat yang mohon tirtha," jelas Jro Mangku Sigra.
Jro Mangku Sigra menambahkan, dari Pura Pasar Agung, mendoakan Bali agar aman, termasuk kelancaran pelaksanaan KTT G20 tersebut. Sehingga Pura Pasar Agung telah mampu memberikan vibrasi kedamaian bagi dunia.*nantra
Komentar