Di Balik Kain Tenun Endek Bali Mendunia Pasca Dikenakan Kepala Negara G20
Buah Karya Perajin Tenun asal Desa Gelgel, Klungkung
Karena masih menggunakan mesin tenun tradisional, Agus Aksara mengerahkan 74 perajinnya untuk menyelesaikan pesanan spesial KTT G20 tersebut.
SEMARAPURA, NusaBali
Setelah acara gala dinner atau makan malam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana (GWK) pada, Selasa (15/11) lalu, kain endek Bali asal Klungkung menjadi bahan perbincangan, bahkan mencuri perhatian publik.
Pasalnya, kain endek Bali tersebut kompak dikenakan oleh para kepala negara anggota G20 dan petinggi lembaga internasional menggunakan kain endek Bali dengan beragam warna. Mereka pun tak sungkan mengabadikan momennya saat memakai pakaian berbahan kain endek Bali itu. Para pemimpin dunia yang menggunakan pakaian berbahan kain endek Bali seperti Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau yang memakai kemeja berwarna fuchsia, Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak yang tampil dengan kemeja yang dominan berwarna merah magenta.
Selanjutnya Presiden China Xi Jinping memakai kain endek Bali bernuansa biru dengan motif bunga, Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida dan istrinya tampak kompak mengenakan kain endek Bali bernuansa hijau biru tosca, hingga Perdana Menteri India Narendra Modi yang memakai kain tenun bernuansa ungu.
Kain endek Bali yang kaya makna ini ternyata diproduksi oleh Dian’s Rumah Songket dan Endek yang berlokasi di Desa Gelgel, Klungkung, bersama puluhan pengrajin tenun di desa tersebut. Pemilik bisnis tekstil ini, I Putu Agus Aksara Diantika. Dia mengungkapkan jika dirinya sangat bangga dipercaya untuk menyediakan kain tenun endek Bali pada perhelatan internasional KTT G20.
“Perasaan saya pasti sangat bangga, semoga ini menjadi tonggak awal untuk kebangkitan kain endek Bali dimana kain endek Bali ini bisa mendunia dan perajin-perajin lain yang berada di seluruh Bali bisa merasakan dampak dari pemakaian kain tenun endek Bali ini,” ujar Agus Aksara di sela-sela kesibukannya, Minggu (20/11) siang.
Dalam perhelatan KTT G20, Agus Aksara mengungkapkan jika dia menerima pesanan kain tenun sebanyak 45 pasang dengan total 90 pieces. Namun seiring berjalannya waktu, kata Agus Aksara ada beberapa tambahan pesanan. Sehingga total dia memproduksi kain endek Bali untuk KTT G20 menjadi 102 pieces yang semua pesanan tersebut merupakan kain lembaran yang belum dijahit.
Dalam proses pembuatan tersebut karena masih menggunakan mesin tenun tradisional, Agus Aksara mengerahkan 74 perajinnya untuk menyelesaikan pesanan spesial KTT G20. “Kita memang menampung masyarakat sekitar di Desa Gelgel yang rata-rata sebagai ibu rumah tangga dan bekerja sebagai perajin tenun. Kain endek Bali sendiri tiap harinya kita bisa memproses 25 pieces dan satu orang menghasilkan satu pieces setiap harinya,” papar Ketua Umum BPC HIPMI Kabupaten Klungkung ini.
Kain endek Bali yang dikenal memiliki makna dan filosofi tersendiri, pada gelaran KTT G20 ini disebut dengan ‘Kain Tenun Catri’ dengan tema Wastra Nusantara.
Maksud dari tema Wastra Nusantara tersebut ialah kain tenun Bali berkualitas tinggi yang dibuat dengan proses tenun tradisional oleh tangan-tangan terampil penenun Desa Gelgel secara turun temurun. Motif Wastra Nusantara pun sarat akan keindahan, nilai seni, dan filosofi yang terinspirasi oleh keindahan flora Nusantara yang kaya warna dan simbolisme. “Inspirasi keindahan Flora yang berupa bunga, putik, dan tanaman rambat Nusantara digubah dan diterjemahkan dalam karya tenun ini ke dalam pola-pola hiasan tegas yang dibuat berulang-ulang dan mengalir. Tentunya mengandung unsur budaya adiluhung (tinggi mutunya, Red) melambangkan sebuah paradoks kehidupan yang harus diselaraskan dan diseimbangkan sehingga tercapai kebahagiaan dan kesejahteraan dunia,” terang pria berperawakan tinggi semampai ini.
Namun, siapa sangka ada saja yang nyinyir terhadap kain tradisional yang kaya akan filosofi tersebut. Seperti akun Twitter seorang YouTuber Inggris bernama Mahyar Tousi yang mengunggah foto pemimpin negara Presiden FIFA Gianni Infantino, Menteri Perdagangan RI Zulkifli Hasan, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau, Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak, dan pendiri World Economic Forum (WEF) Klaus Martin Schwab yang saat itu tengah menggunakan pakaian Endek Bali.
"Apa yang dipakai para idi*t ini?!" cuit Tousi. Walaupun kini postingan tersebut telah dihapus, namun unggahan tersebut viral di media sosial hingga memicu amarah netizen Indonesia. Menyikapi nyinyiran ini, Agus Aksara tak ambil pusing. Ia memaklumi dan mengatakan jika orang itu mungkin tidak paham bahwa busana yang digunakan oleh para pemimpin-pemimpin dunia itu merupakan budaya lokal Indonesia yang sarat dengan makna. “Tanggapan saya ya ambil sisi positifnya saja. Kalau dibilang masalah bisnis kan kita jadinya semakin terkenal dan juga dicari oleh orang-orang yang ingin tahu kain ini siapa yang memproduksi dan kain ini asalnya dari daerah mana,” ujar ayah satu anak ini.
Agus Aksara pun ingin membuktikan jika kain endek Bali memiliki daya tarik tersendiri bagi penikmat kain. Terbukti dengan Presiden Senegal, Macku Sall tertarik membeli kain tenun buatannya. “Waktu itu ada telepon dari panitia KTT G20, bahwa Presiden Senegal, Macku Sall tertarik untuk membeli kain tenun yang sempat dipakainya. Jadi saya datang lagi ke sana untuk memperlihatkan beberapa kain yang memang kita proses lebih karena kemarin waktu proses pemilihan itu ada beberapa warna yang tidak dipilih,” ungkapnya.
Agus Aksara merupakan generasi kedua yang meneruskan usaha tenun endek yang berdiri sejak tahun 1997 itu. Sebelumnya usaha tersebut dirintis oleh kedua orangtuanya, Ketut Murtika dan Ni Ketut Agustini. Puncaknya pada tahun 2009, usahanya tersebut dibina oleh Cita Tenun Indonesia (CTI), peran dari Pemkab Klungkung serta dari Dekranasda Provinsi Bali. Pasca gelaran event KTT G20, Agus Aksara ke depannya akan fokus memberdayakan perajin lokal yang ada di daerahnya serta tetap berusaha untuk mempromosikan kain-kain tradisional yang ada di kabupaten Klungkung, yaitu kain endek Bali dan juga kain songket.
“Kita juga merambah ke interior-interior. Bahwa kain endek atau kain songket itu tidak hanya bisa digunakan untuk pakaian saja tetapi bisa dipakai untuk bahan atau dekorasi interior khususnya di hotel dan lain-lain sebagainya,” jelas Agus Aksara. Dia pun berharap, eksistensi kain endek Bali bisa dicintai oleh masyarakat Indonesia dan dipakai oleh masyarakat Indonesia. Perajin dan para industri kreatif yang ada di Bali khususnya dan di Indonesia pada umumnya juga diharapkan bisa semakin berkembang. “Apalagi dengan adanya gelaran KTT G20, orang asing pun menghargai dari warisan budaya lokal kita, kenapa kita tidak seperti itu,” pungkas Agus. *ol3
Pasalnya, kain endek Bali tersebut kompak dikenakan oleh para kepala negara anggota G20 dan petinggi lembaga internasional menggunakan kain endek Bali dengan beragam warna. Mereka pun tak sungkan mengabadikan momennya saat memakai pakaian berbahan kain endek Bali itu. Para pemimpin dunia yang menggunakan pakaian berbahan kain endek Bali seperti Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau yang memakai kemeja berwarna fuchsia, Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak yang tampil dengan kemeja yang dominan berwarna merah magenta.
Selanjutnya Presiden China Xi Jinping memakai kain endek Bali bernuansa biru dengan motif bunga, Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida dan istrinya tampak kompak mengenakan kain endek Bali bernuansa hijau biru tosca, hingga Perdana Menteri India Narendra Modi yang memakai kain tenun bernuansa ungu.
Kain endek Bali yang kaya makna ini ternyata diproduksi oleh Dian’s Rumah Songket dan Endek yang berlokasi di Desa Gelgel, Klungkung, bersama puluhan pengrajin tenun di desa tersebut. Pemilik bisnis tekstil ini, I Putu Agus Aksara Diantika. Dia mengungkapkan jika dirinya sangat bangga dipercaya untuk menyediakan kain tenun endek Bali pada perhelatan internasional KTT G20.
“Perasaan saya pasti sangat bangga, semoga ini menjadi tonggak awal untuk kebangkitan kain endek Bali dimana kain endek Bali ini bisa mendunia dan perajin-perajin lain yang berada di seluruh Bali bisa merasakan dampak dari pemakaian kain tenun endek Bali ini,” ujar Agus Aksara di sela-sela kesibukannya, Minggu (20/11) siang.
Dalam perhelatan KTT G20, Agus Aksara mengungkapkan jika dia menerima pesanan kain tenun sebanyak 45 pasang dengan total 90 pieces. Namun seiring berjalannya waktu, kata Agus Aksara ada beberapa tambahan pesanan. Sehingga total dia memproduksi kain endek Bali untuk KTT G20 menjadi 102 pieces yang semua pesanan tersebut merupakan kain lembaran yang belum dijahit.
Dalam proses pembuatan tersebut karena masih menggunakan mesin tenun tradisional, Agus Aksara mengerahkan 74 perajinnya untuk menyelesaikan pesanan spesial KTT G20. “Kita memang menampung masyarakat sekitar di Desa Gelgel yang rata-rata sebagai ibu rumah tangga dan bekerja sebagai perajin tenun. Kain endek Bali sendiri tiap harinya kita bisa memproses 25 pieces dan satu orang menghasilkan satu pieces setiap harinya,” papar Ketua Umum BPC HIPMI Kabupaten Klungkung ini.
Kain endek Bali yang dikenal memiliki makna dan filosofi tersendiri, pada gelaran KTT G20 ini disebut dengan ‘Kain Tenun Catri’ dengan tema Wastra Nusantara.
Maksud dari tema Wastra Nusantara tersebut ialah kain tenun Bali berkualitas tinggi yang dibuat dengan proses tenun tradisional oleh tangan-tangan terampil penenun Desa Gelgel secara turun temurun. Motif Wastra Nusantara pun sarat akan keindahan, nilai seni, dan filosofi yang terinspirasi oleh keindahan flora Nusantara yang kaya warna dan simbolisme. “Inspirasi keindahan Flora yang berupa bunga, putik, dan tanaman rambat Nusantara digubah dan diterjemahkan dalam karya tenun ini ke dalam pola-pola hiasan tegas yang dibuat berulang-ulang dan mengalir. Tentunya mengandung unsur budaya adiluhung (tinggi mutunya, Red) melambangkan sebuah paradoks kehidupan yang harus diselaraskan dan diseimbangkan sehingga tercapai kebahagiaan dan kesejahteraan dunia,” terang pria berperawakan tinggi semampai ini.
Namun, siapa sangka ada saja yang nyinyir terhadap kain tradisional yang kaya akan filosofi tersebut. Seperti akun Twitter seorang YouTuber Inggris bernama Mahyar Tousi yang mengunggah foto pemimpin negara Presiden FIFA Gianni Infantino, Menteri Perdagangan RI Zulkifli Hasan, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau, Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak, dan pendiri World Economic Forum (WEF) Klaus Martin Schwab yang saat itu tengah menggunakan pakaian Endek Bali.
"Apa yang dipakai para idi*t ini?!" cuit Tousi. Walaupun kini postingan tersebut telah dihapus, namun unggahan tersebut viral di media sosial hingga memicu amarah netizen Indonesia. Menyikapi nyinyiran ini, Agus Aksara tak ambil pusing. Ia memaklumi dan mengatakan jika orang itu mungkin tidak paham bahwa busana yang digunakan oleh para pemimpin-pemimpin dunia itu merupakan budaya lokal Indonesia yang sarat dengan makna. “Tanggapan saya ya ambil sisi positifnya saja. Kalau dibilang masalah bisnis kan kita jadinya semakin terkenal dan juga dicari oleh orang-orang yang ingin tahu kain ini siapa yang memproduksi dan kain ini asalnya dari daerah mana,” ujar ayah satu anak ini.
Agus Aksara pun ingin membuktikan jika kain endek Bali memiliki daya tarik tersendiri bagi penikmat kain. Terbukti dengan Presiden Senegal, Macku Sall tertarik membeli kain tenun buatannya. “Waktu itu ada telepon dari panitia KTT G20, bahwa Presiden Senegal, Macku Sall tertarik untuk membeli kain tenun yang sempat dipakainya. Jadi saya datang lagi ke sana untuk memperlihatkan beberapa kain yang memang kita proses lebih karena kemarin waktu proses pemilihan itu ada beberapa warna yang tidak dipilih,” ungkapnya.
Agus Aksara merupakan generasi kedua yang meneruskan usaha tenun endek yang berdiri sejak tahun 1997 itu. Sebelumnya usaha tersebut dirintis oleh kedua orangtuanya, Ketut Murtika dan Ni Ketut Agustini. Puncaknya pada tahun 2009, usahanya tersebut dibina oleh Cita Tenun Indonesia (CTI), peran dari Pemkab Klungkung serta dari Dekranasda Provinsi Bali. Pasca gelaran event KTT G20, Agus Aksara ke depannya akan fokus memberdayakan perajin lokal yang ada di daerahnya serta tetap berusaha untuk mempromosikan kain-kain tradisional yang ada di kabupaten Klungkung, yaitu kain endek Bali dan juga kain songket.
“Kita juga merambah ke interior-interior. Bahwa kain endek atau kain songket itu tidak hanya bisa digunakan untuk pakaian saja tetapi bisa dipakai untuk bahan atau dekorasi interior khususnya di hotel dan lain-lain sebagainya,” jelas Agus Aksara. Dia pun berharap, eksistensi kain endek Bali bisa dicintai oleh masyarakat Indonesia dan dipakai oleh masyarakat Indonesia. Perajin dan para industri kreatif yang ada di Bali khususnya dan di Indonesia pada umumnya juga diharapkan bisa semakin berkembang. “Apalagi dengan adanya gelaran KTT G20, orang asing pun menghargai dari warisan budaya lokal kita, kenapa kita tidak seperti itu,” pungkas Agus. *ol3
1
Komentar