Pratisentana Ida Bhatara Manggis Kuning Gelar Sarasehan
Mengenang Pahlawan Nasional Dr Mr Ide Anak Agung Gde Agung
GIANYAR, NusaBali
Pratisentana Ida Bhatara Manggis Kuning menggelar sarasehan mengenang pahlawan nasional Dr Mr Ide Anak Agung Gde Agung di Puri Loji, Puri Agung Gianyar, Minggu (20/11) pagi.
Sarasehan ini bertepatan peringatan hari Puputan Margarana. Hadir sebagai pembicara yakni Ketua Pratisentana Ida Bhatara Manggis Kuning Anak Agung Gde Mayun SH dari Puri Tulikup dan Panglingsir Puri Agung Gianyar Prof Dr Anak Agung Gde Agung.
Anak Agung Gde Mayun menjelaskan tentang Puri Agung Gianyar dalam pusaran revolusi 1943-1950. Sementara Prof Dr Anak Agung Gde Agung menjelaskan tentang nilai-nilai patriotik pahlawan nasional Dr Mr Ide Anak Agung Gde Agung yang tiada lain merupakan ayahandanya. Dari sarasehan ini terungkap Dr Mr Ide Anak Agung Gde Agung dikenang sebagai pahlawan nasional melalui jalur perjuangan diplomasi. Namanya telah diabadikan sebagai nama jalan di wilayah Mega Kuningan Jakarta. Namun sayang hingga kini di daerah kelahirannya apresiasi yang diberikan terbilang minim.
Menurut Prof Dr Anak Agung Gde Agung, perjuangan patriotik melalui jalur diplomasi banyak yang salah kaprah. “Beliau dianggap pro Belanda. Padahal apa yang dilakukan merupakan jalur diplomasi yang juga sangat merugikan Belanda. Sama halnya seperti perjuangan fisik,” ungkap Prof AA Gde Agung. Dr Mr Ide Anak Agung Gde Agung dipercaya oleh tokoh-tokoh nasional untuk membantu dalam diplomasi. Dengan jabatannya sebagai Perdana Mentri Negara Indonesia Timur (NIT) kala itu, langkah-langkahnya dipercaya untuk mendekati pihak Belanda terutama Van Mook (Hubertus Johannes van Mook) Gubernur Jenderal Hindia Belanda terakhir setelah Jepang menduduki Indonesia.
Sampai akhirnya diplomasi yang dilakukan Dr Mr Ide Anak Agung Gde Agung membuat ia dipercaya untuk melakukan langkah-langkah yang mungkin menguntungkan pihak Belanda. “Namun Van Mook ini tidak tahu bahwa Dr Mr Anak Agung Gde Agung memiliki visi yang sama dengan Ir Soekarno, Hatta, dan kawan-kawan,” ungkap Prof Dr Anak Agung Gde Agung. Melalui kepercayaan ini, Dr Mr Ide Anak Agung Gde Agung membentuk BFO (Bijeenkomst voor Federal Overleg) perkumpulan negara ciptaan Belanda.
Di sini kecerdikan Dr Mr Anak Agung Gde Agung. Agar bisa sering bertemu dengan pemimpin negara federal, maka dibentuklah BFO hingga sampai terselenggaranya konfrensi antar Indonesia. Munculnya Konfrensi Antar Indonesia ini diluar skrenario Van Mook. Hal ini membuat Van Mook merasa dilampaui. Ketika Konfrensi Antar Indonesia di Bandung, baru Van Mook sadar bahwa Dr Mr Anak Agung Gde Agung ini satu visi dengan Ir Soekarno, Hatta, Sutan Sjahrir, Sultan Hamangkubowono IX, dan kawan-kawannya. “Makanya menurut informasi dari Keraton Jogja Sri Sultan sangat menaruh kepercayaan kepada Anak Agung Gde Agung,” ungkap pemateri.
Dengan begitu Ratu Belanda menjadi tidak percaya dengan Van Mook karena sudah dilampaui oleh tokoh-tokoh nasional. Van Mook akhirnya dipecat. Semenjak itulah Dr Mr Anak Agung Gde Agung bersama kawan-kawan membentuk panitia untuk melaksanakan Konfrensi Meja Bundar (KMB). Pengakuan atas perjuangannya, Presiden Soeharto pada tahun 1995 menganugerahkan Bintang Maha Putra Adi Pradana.
Spirit yang perlu diteladani, Dr Mr Ide Anak Agung Gde Agung selalu menganjurkan memajukan pendidikan. Melalui pendidikan manusia memiliki nalar. “Budaya Puri Agung Gianyar selalu memajukan pendidikan, sampai putri zaman kerajaan yang dulu tidak boleh keluar puri, raja menyekolahkan sampai ke Amerika yakni Anak Agung Istri Muter sampai mendapat gelar Phd,” jelas AA Gde Mayun. Selain itu penanaman disiplin dan konsisten. *nvi
Komentar