Konferensi Ke-30 SEAZA di Bali, Bahas Konservasi hingga Etika Memelihara Binatang
GIANYAR, NusaBali.com – Sempat redup selama dua tahun, kini Konferensi ke-30 SEAZA (South East Asian Zoos and Aquariums Association atau Asosiasi Kebun Binatang Asia Tenggara) memberi kepercayaan Bali menjadi tuan rumah.
Gelaran yang mengusung tema ‘Stronger Together, For Sustainable Conservation & Eco-Tourism’ ini dilangsungkan di Bali Safari Park pada 20-23 November 2022.
Terdata sebanyak 174 partisipan yang datang dari 20 negara, yakni, Malaysia, Filipina, Myanmar, Vietnam, Singapura.
Selanjutnya, Taiwan, Thailand, Hongkong, Jepang, Australia, Afrika Selatan, Republik Ceko, Israel, Kazakhstan, Rusia, Uni Emirat Arab, Inggris, AS, Uzbekistan, dan tuan rumah Indonesia.
“Pertama kita bersyukur SEAZA diadakan di Bali dan ini merupakan kebanggaan kita. Jadi kita harus angkat keterpurukan Bali, kita tahu Pulau Dewata ini luar biasa. Alhamdulillah dengan adanya SEAZA di Bali ini para tamu, turis, masyarakat akan lebih tahu keberadaan lembaga konservasi sebagai benteng terakhir penyelamatan satwa langka endemik Indonesia,” ujar kata Ketua Umum PKBSI, Rahmat Shah di sela-sela kegiatan, Senin (21/11/2022).
Selaras dengan hal tersebut, Presiden SEAZA, Cheng Wen-Haur mengatakan kebanggaannya bisa melaksanakan Konferensi SEAZA di Pulau Bali.
“Selama dua tahun tidak melakukan event SEAZA, Bali merupakan tempat yang tepat untuk dipilih pada kegiatan ini. Bali ini tempatnya yang luar biasa indah,” ujar Presiden SEAZA, Cheng Wen-Haur.
Sebagai Ketua Umum PKBSI, Rahmat Shah menuturkan jika Indonesia memiliki 4.912 jenis satwa, 70.000 individu satwa, 22.000 pekerja di bagian konservasi satwa dan Bali merupakan salah satu pulau yang memiliki lembaga konservasi terbanyak di Indonesia.
“Saya saat ini menggunakan batik tulis bergambar gajah. Di dunia, di pulau kecil yang banyak gajahnya adalah di Bali. Kalau hitungan kami ada 100 lebih gajah ada di sini dan ini menunjukkan suatu contoh yang baik kita bisa melakukan konservasi dengan baik, kepedulian kepada satwa dengan baik,” jelas Rahmat Shah.
Ayah dari publik figur, Raline Shah ini menjelaskan isu yang akan dibahas pada Konferensi SEAZA menyangkut konservasi, keberadaan lembaga konservasi di 21 negara dan nantinya para delegasi akan saling menukar informasi tentang hal baru, efisien, dan juga etika memelihara binatang.
“Kita akan berbicara tentang etika memelihara kandang yang baik karena di sana ada size kandangnya berapa, tempat makannya apa, dan aturan lainnya. Karena ilmu ini masih banyak yang belum tahu,” jelasnya.
Walaupun tampak tidak hadir dalam kehangatan konferensi SEAZA, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno, memberikan apresiasi gelaran konferensi SEAZA ke-30 melalui cuplikan video.
“Saya rasa seperti halnya harapan Bapak Presiden RI, SEAZA harus semakin kuat. Kami mengajak para stakeholders dapat berkolaborasi sehingga bisa menggiatkan ekonomi. Semoga kegiatan SEAZA dapat berjalan dengan lancar dan sukses, mari kita bangkit dan majukan eco wisata Indonesia yang berdaya siang global demi perkembangan pariwisata yang berkualitas dan berkelanjutan,” ujar Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno.
Bali yang menjadi lembaga konservasi terbanyak di Indonesia, memberikan kesempatan bagi pariwisata di Bali kembali bergeliat. Tidak hanya memanfaatkan kecantikan pariwisatanya, Bali bisa dijadikan solusi untuk tempat edukasi satwa endemik Indonesia.
“Dengan adanya 11 lembaga konservasi yang ada di Bali, tentu ini menjadi daya tarik tersendiri bagi turis yang datang ke Bali. Sehingga tidak hanya melihat budayanya tetapi juga melihat satwa Indonesia ini. Jadi selain menikmati budaya juga menikmati kebun binatang yang ada di Bali,” harap Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali, Tjok Bagus Pemayun.
Ditemui dalam kesempatan yang sama, Kepala BKSDA Bali, Agus Budi Santosa berharap Konferensi SEAZE akan bisa mencapai dua hal penting.
“Satu adalah tentang makin kuatnya five freedom for animals (lima kebebasan binatang, Red). kedua, lebih penting lagi adalah ide dasar kebun binatang itu menjadi bank genetik. Jika nanti di alam kehabisan binatang aslinya, maka kebun binatang ini akan menggantikan binatang tersebut di alam,” ujarnya.
Selain Kepala BKSDA Bali, Agus Budi Santosa, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya Bakar juga berharap hal yang sama.
Harapan tersebut disampaikan oleh, Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati Spesies dan Genetik, Indra Exploitasia, yang isinya pemerintah Indonesia mengharapkan peran dan dukungan SEAZA dalam hal meningkatkan kapasitas sumber daya manusianya dan transfer pengetahuan dalam hal mengelola satwa.
“Bagaimana juga SEAZA bisa mendorong implementasi upaya konservasi satwa secara global dengan tetap memperhatikan keberagaman genetik satwa koleksi. Lalu memberikan kemanfaatan bagi sesama anggotanya dalam berbagai dukungan untuk kesejahteraan."
"Tidak hanya kesejahteraan satwa saja, tetapi juga kesejahteraan para kiper lembaga konservasi yang bekerja keras merawat satwa yang berdampak pada kesehatan satwa dan lembaga konservasi pada umumnya,” pungkas Indra Exploitasia. *ris
1
Komentar