Menguat Tren Investasi di Bali, Oktober Transaksi Saham Capai Rp 34,67 T
DENPASAR,NusaBali
Sejalan semakin normalnya aktivitas masyarakat pasca mereda pandemi Covid-19, perkembangan pasar modal di Bali menunjukkan tren menguat.
Hal itu ditunjukkan dengan pertumbuhan investor yang terus meningkat. Sampai dengan Oktober 2022 lalu, investor pasar modal secara keseluruhan, meliputi saham, obligasi, reksadana dan produk turunannya sebanyak 186.327. Jumlah ini bertumbuh 38.057 (26 persen) dari tahun sebelumnya atau year on year (yoy).
Untuk diketahui terhitung mulai tahun 2019 jumlah investor modal memang terus menunjukkan peningkatan. Pada tahun 2019 jumlah investor saham 46.166, tahun 2020 meningkat menjadi 78.617 dan tahun 2021 jumlah investor pasar modal sebanyak 148.270.
Sedangkan khusus untuk investor saham berjumlah 92.516 atau bertumbuh sebanyak 17.124 atau 22,05 persen investor baru. Mulai dari 21.970 pada tahun 2019, menjadi 38.697 pada tahun 2020. Kemudian 75.392 pada 2021 lalu.
Sementara pertumbuhan transaksi mencapai kurang lebih Rp 34,67 triliun atau 74 persen dari total transaksi saham secara keseluruhan tahun 2021 yang mencapai Rp 46,92 triliun. Sedang pada tahun 2020 sebesar Rp 24,82 triliun dan Rp 9,74 triliun pada tahun 2019.
Kepala Perwakilan Bursa Efek Indonesia (BEI) Bali, I Gusti Agus Andiyasa menyatakan optimistis dengan perkembangan pasar modal di Bali. Hal itu mengacu tren perkembangan investor pasar modal yang meningkat terus sejak 2019. Termasuk investor saham.
Dikatakan awalnya tak memperkirakan peningkatan investor maupun transaksi sebagaimana ditunjukkan pada bulan Oktober.
“Awalnya kita mengira tak akan sampai seperti saat ini, mengalami peningkatan cukup tinggi,” ujarnya Selasa (22/11). Jelas perkembangan tersebut mengembirakan.
Berkaca capaian Oktober itulah , Gusti Agus Andiyasa optimistis pasca pandemi dan usai perhelatan G20, laju investasi di Bali semakin membaik. Untuk investor maupun investasi akan terus meningkat.
“Kita optimis, mudah-mudahan bisa melampaui capaian 2021 lalu,” ujarnya. Pada 2021 lalu, walau masih dalam masa puncak pandemi, namun geliat pasar modal tetap tinggi. Apalagi pada 2022, dimana aktivitas masyarakat sudah diperlonggar, tentunya akan berimbas pada keleluasaan dalam mengakses pasar saham.
Demikian juga dengan kegiatan G-20 yang telah berlangsung dengan aman dan lancar, menurut Gusti Agus Andiyasa logikanya tentu juga memberi iklim yang semakin kondusif untuk investasi. “Investor pasar modal di Bali tetap optimis pasca pandemi dan G-20,” ucapnya.
Dari sisi demografi, persentase investor terbanyak di Kota Denpasar, 394 persen, Badung 18,5 persen, Gianyar 9,7 persen, Buleleng 9,4 persen, Tabanan 8,5 persen, Karangasem 4,5 persen dan Kabupaten Jembrana 4,2 persen. *K17
Komentar