nusabali

Hasil Karyanya Sempat Dua Kali Ditolak, Kini Kewalahan Penuhi Order

  • www.nusabali.com-hasil-karyanya-sempat-dua-kali-ditolak-kini-kewalahan-penuhi-order

I Nyoman Bayu Adi Mahantara, 42, menekuni kerajinan suling bambu. Ia mulai membuat suling sejak tahun 2013.

Nyoman Bayu Adi Mahantara, Pengrajin Suling asal Desa Gadungan, Seltim


TABANAN, NusaBali
Keinginannya berawal dari melihat penjualan seruling yang menjanjikan di Pasar Beringkit, Desa Mengwitani, Kecamatan Mengwi, Badung. Pedagang suling di Pasar Beringkit itu pun memintanya membuat suling. Melihat prospek cerah, ia belajar membuat suling bambu secara otodidak. Hasilnya, dua kali ditolak, bersyukur masih diberi upah ganti rugi.  

Bayu mengatakan hasil karyanya ditolak karena suara suling bero (sumbang). Meski sudah dua kali gagal, Bayu semakin tertantang untuk belajar. Ayah tiga anak ini pun akhirnya cari seruling beragam ukuran di Kabupaten Gianyar. Berkat contoh-contoh seruling yang dibelinya, krama Banjar Carik, Desa Gadungan, Kecamatan Selemadeg Timur (Seltim) ini berhasil membuat seruling bersuara merdu. “Berkat terus mencoba, akhirnya bisa menemukan rahasia membuat seruling dengan suara jangih (merdu),” ungkap Bayu, Kamis (11/5).

Bayu menyebut prospek kerajinan suling sangat cerah apalagi pelakunya masih sedikit. Dalam satu minggu, ia mampu menyelesaikan 50 seruling ukuran 20 centimeter. Seruling pendek itu laku seharga Rp 15 ribu per biji. Hanya saja suling itu tanpa hiasan. Selain suling pendek ukuran 20 cm, Bayu juga buat suling panjang ukuran 60 cm. Harganya Rp 25 ribu per biji. “Suling ini saya jual ke pengepul di Pasar Beringkit. Sebulan rata-rata saya dapat uang Rp 4 juta,” bebernya. Ia pun mengaku kewalahan penuhi order 50 seruling setiap minggu.

Bayu mengatakan pembuatan suling gampang-gampang susah. Tingkat kesulitan ada pada pembuatan lubang pemanis (song manis) pada bagian ujung.  Sebab lubang pemanis yang menentukkan bagus atau jeleknya nada. Selain itu, membuat enam lubang nada pada batang bambu juga harus hati-hati karena rentan retak. “Saya suka menekuni usaha ini, modalnya sedikit untungnya lumayan,” ungkapnya. Selain ketrampilan, modal lainnya berupa bambu buluh dan benang untuk pengikat.   

Proses pembuatan seruling, bambu yang telah ditebang dipotong sesuai ukuran lalu dijemur selama 4 hari. Kemudian diamplas supaya bersih. Setelah itu bambu direbus sekitar 10 menit di dalam air mendidih berisi garam, tujuannya memudahkan membuat lubang nada. Proses perebusan selesai bambu siap dibentuk. Bekerja sendiri, Bayu mengaku kewalahan penuhi order 50 suling seminggu. Ia pun berniat mengajak pengangguran di kampungnya menekuni usaha suling. “Hasil usaha ini cukup untuk membiayai anak sekolah,” tandas Bayu, pemilik dan pembina Sanggar Padi di Desa Gadungan ini. * d

Komentar