Koster Minta Sidang Paripurna Tiap Selasa dan Kamis
Bumikan Penggunaan Endek dan Busana Adat Bali
“Delegasi di KTT G20 saja memakai pakaian dengan kain tenun endek Bali. Kenapa kita tidak menggunakannya?"
DENPASAR,NusaBali
Penggunaan pakaian berbahan kain tenun endek dan busana adat Bali yang belum tertib di kalangan pejabat Pemprov dan DPRD Bali membuat Gubernur Bali Wayan Koster mengeluarkan perintah lisan. Koster meminta pejabat pemprov, pimpinan dan anggota DPRD Bali agar melaksanakan kegiatan sidang paripurna setiap Selasa dan Kamis.
Hal ini untuk mengingatkan dan lebih tertibnya penggunaan pakaian berbahan kain tenun endek dan busana adat Bali di kalangan birokrasi Pemprov Bali, sekretariat hingga kalangan Anggota DPRD Bali. “Saya minta sidang paripurna nanti setiap Selasa dan Kamis saja. Penggunaan kain tenun endek sudah pasti setiap Selasa. Sementara penggunaan busana adat Bali sudah pasti setiap Kamis,” ujar Gubernur Koster di sela-sela pidato kepala daerah dalam sidang paripurna dewan, di Gedung DPRD Bali, Niti Mandala Denpasar, Selasa (22/11) siang.
Dalam sidang paripurna yang dipimpin Ketua DPRD Bali Nyoman Adi Wiryatama tersebut, Gubernur Koster didampingi Wagub Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati alias Cok Ace. Gubernur Koster menyoroti penggunaan pakaian dengan kain tenun endek dan busana adat Bali yang belum tertib. “Delegasi di KTT G20 saja memakai pakaian dengan kain tenun endek Bali. Kenapa kita tidak menggunakannya? Endek Bali sudah mendunia kayak gitu, kenapa kita nggak mau memakainya,” sindir Ketua DPD PDI Perjuangan Provinsi Bali ini.
Yang makin membuat kalangan pejabat Pemprov dan Anggota DPRD Bali ‘terkejut’ ketika Gubernur Koster dengan tegas meminta pejabat di Pemprov Bali tiap bulan belanja kain endek dan busana adat Bali. “Nanti tiap bulan belanja kain tenun endek dan busana adat Bali. Biar produk perajin kita laku,” ujar politisi asal Desa Sembiran, Kecamatan Tejakula, Buleleng ini.
Untuk penggunaan pakaian dengan kain tenun endek dan busana adat Bali di kalangan pejabat Pemprov Bali, Gubernur Koster menegaskan dirinya tidak main-main. Saat ini, kain tenun endek Bali banyak ditiru dan diproduksi di luar Bali. Mereka menjual dengan harga murah- murah menyerbu pasar di Bali. Sehingga harus ada rasa peduli oleh krama Bali terhadap buatan perajin lokal. “Produk tiruan di luar Bali begitu banyak. Sehingga mematikan perajin lokal kita,” terang mantan Anggota Komisi X DPR RI dapil Bali tiga periode ini.
Untuk melindungi produk lokal Bali, Gubernur Koster telah menyurati sejumlah kepala daerah di luar Bali, yang perajinnya memproduksi produk kain tenun endek ‘abal-abal’. “Saya sudah surati kepala daerah di luar Bali, yang pengusahanya membuat kain endek tiruan untuk menghentikan kegiatannya. Saya serius melindungi pengusaha lokal di Bali,” pangkas Gubernur Koster.*nat
Hal ini untuk mengingatkan dan lebih tertibnya penggunaan pakaian berbahan kain tenun endek dan busana adat Bali di kalangan birokrasi Pemprov Bali, sekretariat hingga kalangan Anggota DPRD Bali. “Saya minta sidang paripurna nanti setiap Selasa dan Kamis saja. Penggunaan kain tenun endek sudah pasti setiap Selasa. Sementara penggunaan busana adat Bali sudah pasti setiap Kamis,” ujar Gubernur Koster di sela-sela pidato kepala daerah dalam sidang paripurna dewan, di Gedung DPRD Bali, Niti Mandala Denpasar, Selasa (22/11) siang.
Dalam sidang paripurna yang dipimpin Ketua DPRD Bali Nyoman Adi Wiryatama tersebut, Gubernur Koster didampingi Wagub Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati alias Cok Ace. Gubernur Koster menyoroti penggunaan pakaian dengan kain tenun endek dan busana adat Bali yang belum tertib. “Delegasi di KTT G20 saja memakai pakaian dengan kain tenun endek Bali. Kenapa kita tidak menggunakannya? Endek Bali sudah mendunia kayak gitu, kenapa kita nggak mau memakainya,” sindir Ketua DPD PDI Perjuangan Provinsi Bali ini.
Yang makin membuat kalangan pejabat Pemprov dan Anggota DPRD Bali ‘terkejut’ ketika Gubernur Koster dengan tegas meminta pejabat di Pemprov Bali tiap bulan belanja kain endek dan busana adat Bali. “Nanti tiap bulan belanja kain tenun endek dan busana adat Bali. Biar produk perajin kita laku,” ujar politisi asal Desa Sembiran, Kecamatan Tejakula, Buleleng ini.
Untuk penggunaan pakaian dengan kain tenun endek dan busana adat Bali di kalangan pejabat Pemprov Bali, Gubernur Koster menegaskan dirinya tidak main-main. Saat ini, kain tenun endek Bali banyak ditiru dan diproduksi di luar Bali. Mereka menjual dengan harga murah- murah menyerbu pasar di Bali. Sehingga harus ada rasa peduli oleh krama Bali terhadap buatan perajin lokal. “Produk tiruan di luar Bali begitu banyak. Sehingga mematikan perajin lokal kita,” terang mantan Anggota Komisi X DPR RI dapil Bali tiga periode ini.
Untuk melindungi produk lokal Bali, Gubernur Koster telah menyurati sejumlah kepala daerah di luar Bali, yang perajinnya memproduksi produk kain tenun endek ‘abal-abal’. “Saya sudah surati kepala daerah di luar Bali, yang pengusahanya membuat kain endek tiruan untuk menghentikan kegiatannya. Saya serius melindungi pengusaha lokal di Bali,” pangkas Gubernur Koster.*nat
1
Komentar