Lestarikan Cerita Rakyat Bali, Ciptakan Pakaian Anak Dilengkapi Barcode
Tim Peneliti SMAN Bali Mandara Raih 2 Perak dan 1 Perunggu di FIKSI 2022
Harapannya produk yang dihasilkan siswa tidak hanya diminati masyarakat, tetapi juga memberikan kebermanfaatan sesuai dengan tujuan penelitian.
SINGARAJA, NusaBali
Satu lagi tim peneliti SMAN Bali Mandara yang berhasil meraih medali pada Festival Inovasi dan Kewirausahaan Siswa Indonesia (FIKSI) 2022, yakni Putu Rima Mariani dan Syaputri Yarti. Kedua siswa kelas XII ini berhasil meraih medali perunggu melalui karyanya ‘Balinese Folklore Wear Edukasi Anak Usia Dini dengan Cara Trendy’.
Pakaian edukasi anak usia dini yang dilengkapi dengan cerita rakyat Bali ini menyusul keberhasilan dua tim lainnya yang berhasil meraih medali perak, yakni Ni Luh Aliya Wati dengan Ayu Eka Yuliantari dengan tas berbahan pewarna alami dan anyaman bambu Tigawasa, serta Luh Anggreni dan Ni Putu Mirah Marcelinda Angelita Putri dengan produk Soft Candle Aromatherapy (lilin aromaterapi) berbahan minyak jelantah.
Menurut Rima karya berupa baju edukasi anak usia dini ini dicetuskannya bersama Syaputri karena melihat satu permasalahan di Buleleng. Keduanya menemukan kecenderungan anak usia dini abai terhadap cerita rakyat Bali. Padahal cerita rakyat (folklore) memiliki nilai edukasi yang berfungsi mendidik karakter anak.
“Dari masalah itu kami mencoba mencari solusi tetapi dengan cara pengemasan menarik. Akhirnya kami tuangkan melalui baju anak yang dilengkapi QR code ketika di-scan dengan smartphone akan nge-link dengan video edukasi cerita rakyat Bali yang menarik,” jelas Rima. Media penyampaian secara digital ini disebutnya untuk mempermudah pemahaman penyampaian cerita rakyat Bali pada anak-anak. Selain juga akan lebih mudah mengakses di era digitalisasi saat ini. Video edukasi yang disiapkan pun menggunakan Bahasa Bali.
Rima menjelaskan hal itu juga dimaksudkan sebagai upaya pelestarian bahasa Bali yang saat ini mulai ditinggalkan generasi muda. Seluruh ide kreatif ini disiapkan Rima dan Syaputri sejak Maret 2022 lalu. Mereka menyiapkan dengan matang seluruh penelitian hingga produk yang dihasilkan di bawah bimbingan guru pembina I Wayan Madiya. Mereka juga menyiapkan proses pengemasan yang menarik. Kemasan yang digunakan pada baju ini adalah kemasan yang unik, simpel dan mudah dibawa ke mana saja. Kemasan ini berisi logo dari brand produk disertai dengan kartu ucapan yang berisi deskripsi singkat mengenai produk tersebut.
“Seluruh proses persiapan kami dari pencetusan ide, pembuatan proposal, pembuatan produk hingga pemasaran kami sampaikan kepada dewan juri saat final tanggal 14-17 November lalu melalui daring. Kami bersyukur mendapatkan perunggu dan ini masih akan kami kembangkan lagi ke depannya,” imbuh Syaputri.
Sementara itu guru pembina I Wayan Madiya mengatakan sebenarnya lomba FIKSI ini diikuti oleh ratusan peneliti muda di Indonesia. Sebanyak 8 tim SMAN Bali Mandara dinyatakan masuk ke babak final. Namun yang berhasil meraih medali hanya tiga tim saja. Meski demikian Madiya mengatakan, capaian siswanya sudah cukup maksimal.
“Kemarin saat presentasi di hadapan juri secara daring, anak-anak kami sempat mengalami kendala di jaringan internet. Sehingga kemungkinan saat presentasi tidak disaksikan secara maksimal oleh juri. Tetapi dengan peraihan 3 medali ini kami sudah sangat bersyukur,” kata Madiya. Selanjutnya tim peneliti siswa SMAN Bali Mandara tetap dibina, untuk mengembangkan produk mereka. Dalam lomba FIKSI ini juga melatih kewirausahaan siswa sebagai bekal untuk berjuang hidup kedepannya. Melalui produk-produk yang mereka hasilkan, dapat dipasarkan secara terbuka.
Siswa juga diberikan pembekalan untuk cara pemasaran yang kebanyakan mengambil peluang melalui media sosial (medsos). Selain juga kemampuan manajemen usaha yang harus dipahami. Harapannya produk yang dihasilkan ini tidak hanya diminati oleh masyarakat, tetapi juga memberikan kebermanfaatan sesuai dengan tujuan di awal penelitian. *k23
Pakaian edukasi anak usia dini yang dilengkapi dengan cerita rakyat Bali ini menyusul keberhasilan dua tim lainnya yang berhasil meraih medali perak, yakni Ni Luh Aliya Wati dengan Ayu Eka Yuliantari dengan tas berbahan pewarna alami dan anyaman bambu Tigawasa, serta Luh Anggreni dan Ni Putu Mirah Marcelinda Angelita Putri dengan produk Soft Candle Aromatherapy (lilin aromaterapi) berbahan minyak jelantah.
Menurut Rima karya berupa baju edukasi anak usia dini ini dicetuskannya bersama Syaputri karena melihat satu permasalahan di Buleleng. Keduanya menemukan kecenderungan anak usia dini abai terhadap cerita rakyat Bali. Padahal cerita rakyat (folklore) memiliki nilai edukasi yang berfungsi mendidik karakter anak.
“Dari masalah itu kami mencoba mencari solusi tetapi dengan cara pengemasan menarik. Akhirnya kami tuangkan melalui baju anak yang dilengkapi QR code ketika di-scan dengan smartphone akan nge-link dengan video edukasi cerita rakyat Bali yang menarik,” jelas Rima. Media penyampaian secara digital ini disebutnya untuk mempermudah pemahaman penyampaian cerita rakyat Bali pada anak-anak. Selain juga akan lebih mudah mengakses di era digitalisasi saat ini. Video edukasi yang disiapkan pun menggunakan Bahasa Bali.
Rima menjelaskan hal itu juga dimaksudkan sebagai upaya pelestarian bahasa Bali yang saat ini mulai ditinggalkan generasi muda. Seluruh ide kreatif ini disiapkan Rima dan Syaputri sejak Maret 2022 lalu. Mereka menyiapkan dengan matang seluruh penelitian hingga produk yang dihasilkan di bawah bimbingan guru pembina I Wayan Madiya. Mereka juga menyiapkan proses pengemasan yang menarik. Kemasan yang digunakan pada baju ini adalah kemasan yang unik, simpel dan mudah dibawa ke mana saja. Kemasan ini berisi logo dari brand produk disertai dengan kartu ucapan yang berisi deskripsi singkat mengenai produk tersebut.
“Seluruh proses persiapan kami dari pencetusan ide, pembuatan proposal, pembuatan produk hingga pemasaran kami sampaikan kepada dewan juri saat final tanggal 14-17 November lalu melalui daring. Kami bersyukur mendapatkan perunggu dan ini masih akan kami kembangkan lagi ke depannya,” imbuh Syaputri.
Sementara itu guru pembina I Wayan Madiya mengatakan sebenarnya lomba FIKSI ini diikuti oleh ratusan peneliti muda di Indonesia. Sebanyak 8 tim SMAN Bali Mandara dinyatakan masuk ke babak final. Namun yang berhasil meraih medali hanya tiga tim saja. Meski demikian Madiya mengatakan, capaian siswanya sudah cukup maksimal.
“Kemarin saat presentasi di hadapan juri secara daring, anak-anak kami sempat mengalami kendala di jaringan internet. Sehingga kemungkinan saat presentasi tidak disaksikan secara maksimal oleh juri. Tetapi dengan peraihan 3 medali ini kami sudah sangat bersyukur,” kata Madiya. Selanjutnya tim peneliti siswa SMAN Bali Mandara tetap dibina, untuk mengembangkan produk mereka. Dalam lomba FIKSI ini juga melatih kewirausahaan siswa sebagai bekal untuk berjuang hidup kedepannya. Melalui produk-produk yang mereka hasilkan, dapat dipasarkan secara terbuka.
Siswa juga diberikan pembekalan untuk cara pemasaran yang kebanyakan mengambil peluang melalui media sosial (medsos). Selain juga kemampuan manajemen usaha yang harus dipahami. Harapannya produk yang dihasilkan ini tidak hanya diminati oleh masyarakat, tetapi juga memberikan kebermanfaatan sesuai dengan tujuan di awal penelitian. *k23
1
Komentar