Guru SLB Ikuti Workshop Bahan Ajar
AMLAPURA, NusaBali
34 guru SLB (Sekolah Luar Biasa) Negeri Karangasem mengikuti workshop teknis, menyusun modul dan pengadaan bahan ajar di semua mata pelajaran.
Modul tersebut berbeda dengan modul untuk siswa pada umumnya, kali ini untuk siswa berkebutuhan khusus. Dengan kegiatan itu, menyusun modul tersebut sesuai dengan tingkatan siswa. Putu Widana dari LPMP (Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan) Provinsi Bali memaparkan hal itu di acara workshop, di Ruang Guru SLBN Karangasem Lingkungan Telaga Mas, Kelurahan Subagan, Kecamatan Karangasem, Rabu (23/11).
Kata Widana, guru mesti menyusun modul berdasarkan kemampuan anak-anak. “Jika nantinya pihak guru membawa bahan ajar ke kelas, langsung bisa diimplementasikan, karena sesuai kebutuhan dan kondisi siswa,” jelasnya.
Dia menambahkan, modul juga mesti memunculkan kebutuhan khusus, terlebih dahulu mengidentifikasi berbagai jenis anak dengan kebutuhan khusus dengan kondisi khusus. Modul juga agar menjabarkan hak dan kewajiban anak berkebutuhan khusus, di samping pentingnya mengklasifikasi anak dengan kebutuhan khusus. Sebab, di Sekolah Luar Biasa itu, menaungi beragam siswa berkebutuhan khusus, ada tuna rungu wicara (gangguan komunikasi), tuna grahita (cacat mental), tuna daksa (cacat fisik), ada juga autis (hiperaktif) dan lain-lain.
Ketua Panitia Sang Kompyang Arda mengatakan, modul bahan ajar nanti, tidak lagi mencantumkan kompetensi inti (KI), dan kompetensi dasar (KD), dan kriteria ketuntasan minimal (KKM), seperti yang tertuang dalam RPP (rencana pelaksanaan pembelajaran).
Dalam, modul bahan ajar ini, mesti ada alur tujuan pembelajaran yang akan dikembangkan menjadi modul ajar. Sehingga dalam menyusun modul ajar berdasarkan komponen yang tersedia.
Sehingga katanya pada prinsipnya menyusun bahan ajar, mesti melakukan pendekatan, berdasarkan analisis kondisi dan kebutuhan guru, peserta didik di satuan pendidikan.
Menurut Kompyang Arda, guru dalam menyusun modul bahan ajar berdasarkan latar belakang serta sarana dan prasarana sekolah disesuaikan kemampuan dan kreativitas guru. “Sehingga nantinya bisa menentukan alur tujuan pembelajaran yang akan dikembangkan menjadi modul ajar, nantinya juga tujuan akhirnya terbentuk profile pelajar Pancasila,” jelasnya.
Dalam implementasinya nanti katanya, sangat beragam dan unik, karena siswa yang ada berasal dari beragam latar belakang masalah. Terutama siswa berlatar belakang autis, yang biasanya hiperaktif, sehingga membutuhkan guru secara khusus. *k16
1
Komentar