Darmasaba Village Festival Jadi Showcase Potensi Desa
MANGUPURA, NusaBali.com – Darmasaba Village Festival (Davest) digelar untuk pertama kalinya pada Jumat (25/11/2022) di Lapangan Desa Darmasaba. Melalui Davest pertama ini, Pemerintah Desa Darmasaba ingin menciptakan showcase bagi potensi desa.
Festival desa yang diinisiasi oleh Perbekel Darmasaba Ida Bagus Surya Prabhawa Manuaba, 39, ini dihelat dengan kolaborasi apik antara ‘golongan muda’ dan ‘golongan tua’. Terbukti bahwa dalam waktu persiapan yang hanya satu bulan, kegiatan dengan agenda padat selama tiga hari serta dengan bintang tamu kelas atas Bali ini berhasil dihelat.
“Pada Davest yang pertama ini kami ingin menunjukkan potensi yang ada di Desa Darmasaba. Baik dari segi seni, industri kecil menengah (IKM), serta peran serta masyarakat dari usia dini hingga orang tua,” ujar Surya Prabhawa dijumpai pada sela-sela kegiatan, Jumat sore.
Foto: Perbekel Darmasaba Ida Bagus Surya Prabhawa Manuaba. -NGURAH RATNADI
Kata perbekel milenial ini, sebelumnya Desa Darmasaba dikenal sebagai penghasil babi dan produk olahan babi. Lebih jauh lagi, desa ini juga pernah terkenal dengan produksi genteng berkualitas tinggi pada masanya. Saat ini, Darmasaba juga ingin dikenal sebagai desa yang dihuni oleh seniman tulen bukan sekadar profesi sampingan.
Oleh karena itu, pada perhelatan Davest ini setiap banjar dari 12 banjar di Desa Darmasaba diberikan ruang showcase untuk menunjukkan potensi kebudayaan yang ada di wilayah masing-masing. Selama tiga hari pergelaran hingga Minggu (27/11/2022), setiap harinya empat banjar diberikan ruang untuk mengisi acara pertunjukan.
Selain pertunjukan, talkshow, dan berbagai kegiatan yang melibatkan berbagai elemen masyarakat dari segala usia, ada pula kompetisi bertema maskot desa, Sekar Pudak. Kompetisi tersebut mulai dari lomba menyanyi solo dan paduan suara membawakan lagu maskot, hingga lomba tari maskot Sekar Pudak.
Perbekel Surya Prabhawa juga menyebutkan bahwa dekorasi berupa penjor hasil kompetisi antarsekaa teruna dan detail lainnya direka sendiri oleh generasi muda Desa Darmasaba. Termasuk kelengkapan lainnya yang diperlukan kegiatan festival dikelola sendiri oleh masyarakat desa agar perputaran ekonomi tetap berada di dalam desa.
“Kami menyediakan 33 stand untuk diisi. Ada 24 stand yang kami sediakan secara gratis kepada masing-masing banjar, sehingga satu banjar mendapat dua stand. Sisa bersifat berbayar dan antusiasnya juga tidak kalah,” kata Surya Prabhawa.
Dilihat dari komposisi stand tersebut, potensi kuliner Desa Darmasaba di bidang olahan daging babi masih tetap hidup hingga kini, seperti babi guling dan kerupuk babi. Menurut Ni Made Sintya Prana Dewi, 20, anak salah satu pelaku usaha yang mengisi stand, Babi Guling Bu Rakel, acara Davest ini membantu usaha ibunya dalam hal promosi.
“Dengan acara Davest ini bisa terbantu secara promosi untuk dapat menggaet lebih banyak pelanggan ke usaha babi guling ibu saya. Semoga usahanya semakin lancar dan banyak rezeki,” ujar Sintya ditemui di sela-sela menunggu pengunjung bersama ibunya.
Foto: Ni Made Sintya Prana Dewi bersama ibunya, Bu Rakel. -NGURAH RATNADI
Sementara itu, salah satu warga setempat dari Banjar Uma Anyar, Nyoman Suana, 44, mengamini ambisi perbekelnya untuk menunjukkan potensi yang dimiliki desa melalui kegiatan Davest ini. Suana menyebut dirinya mendukung penuh acara Davest yang digelar perdana ini untuk kemajuan desa.
“Melalui Davest ini potensi desa dapat tersalurkan, baik itu bidang seninya maupun kulinernya. Saya mendukung (Davest) demi kemajuan desa,” tegas Suana, dijumpai di sela-sela menemani putrinya berpartisipasi dalam sebuah pertunjukan.
Perbekel Darmasaba Surya Prabhawa menegaskan kembali bahwa Davest ini merupakan pengejawantahan maskot desa yakni Sekar Pudak. Dalam area festival tersebut, terdapat patung dari anyaman bambu berbentuk wanita berdiri di atas bunga raksasa. Patung tersebut diletakkan di posisi strategis yang langsung menghadap pintu masuk.
Patung tersebut merupakan simbolisasi Sekar Pudak yang indah, cantik, dan penuh kasih. Kata Surya Prabhawa, Davest sendiri dihadirkan untuk menjamu masyarakat desa dengan keindahan dan kasih untuk maju bersama membangun desa. Dengan demikian, diharapkan ada rasa saling memiliki satu sama lain.
“Davest ini bukan acara perbekel tetapi acara milik masyarakat untuk dinikmati bersama. Saya berharap acara ini dapat berkelanjutan dan apa yang belum dapat dieksekusi pada perhelatan pertama ini, dapat dilakukan lebih maksimal pada Davest berikutnya,” tandas Surya Prabhawa. *rat
Komentar