Hadiri Diskusi Publik Smart City Lewat Gerakan Budaya, Dewan Harapkan Pengembangan Pesisir Pantai Makin Baik
MANGUPURA, NusaBali
Wakil Ketua DPRD Badung I Wayan Suyasa dan Anggota DPRD Badung Gusti Anom Gumanti menghadiri diskusi publik dengan tema Badung-Bali Bangkit dan Pulih Menuju Kota Cerdas (Smart City) Melalui Gerakan Budaya di Palm Beach Resort Kuta, Jumat (25/11).
Acara ini merupakan rangkaian dari kegiatan ‘Bhinneka Pantai Jerman Culture Festival’. Dari diskusi ini diharapkan pengembangan pantai di wilayah Badung makin berkualitas menuju konsep smart city.
Selain dihadiri perwakilan DPRD Badung, diskusi publik juga menghadirkan pembicara dari Direktur Kawasan Perkotaan dan Batas Antar Direktorat Jenderal Bina Administrasi Kewilayahan Kemendagri Amran, Budayawan Eros Djarot, akademisi dari Undiknas Denpasar. Hadir juga dalam diskusi antara lain warga Banjar Segara Kuta serta para peserta diskusi.
Anggota DPRD Badung yang juga Ketua Tim Penataan Pantai Kuta, Gusti Anom Gumanti, mengatakan diskusi ini cukup menarik. Pihaknya berharap kajian dari para akademisi, hasil diskusi, serta kolaborasi pentahelix secara bersama-sama bisa membangun kawasan pantai di Badung ini menjadi lebih baik. “Yang paling penting di antara semua itu adalah bagaimana caranya untuk menata pantai agar memiliki daya saing. Saya mewakili Bapak Ketua, melihat diskusinya sangat baik. Harapan saya ini tidak hanya untuk mempackaging atau memanage Pantai Jerman saja, karena kawasan pantai yang kita miliki di Badung ini sangat luas,” katanya.
Politisi asli Kuta ini juga menambahkan, yang cukup penting dalam pengembangan pantai ini adalah konsepsi. Menurutnya, penting bagi setiap pantai membuat terobosan baru dengan memadu-madankan kesenian Bali yang banyak jenisnya. Seperti di Pantai Jerman kini ada terobosan berupa kecak perempuan inovatif. Pantai di Badung yang menjadi destinasi, kata dia, harus memiliki nilai jual.
“Misalnya Pantai Kuta, konsepnya mau ke arah mana, daya saingnya mau ke mana? Bagaimana pun juga muaranya memiliki nilai jual. Destinasi kalau tidak memiliki nilai jual, jadi kurang berkualitas. Jadi saya berharap ada kajian dari berbagai pihak untuk membuat konsepsi ini, supaya tidak sama dengan yang lain. Contoh di Uluwatu dikombinasi dengan kecak. Nah di Pantai Jerman ini ada kecak perempuan inovatif,” kata Anom Gumanti.
Mengenai konsep smart city, menurut Anom Gumanti, tentu harus dikaji pranata, infrastruktur, tata ruang, aspek lingkungan dan sebagainya. Tak hanya kajian akademisi, masyarakat juga paling penting perannya. “Intinya kita mendorong masyarakat untuk bersama-sama menuju Badung yang berorientasi pada kualitas penataan pariwisata, terutama wilayah pesisir pantai,” tandasnya.
Sementara itu, Direktur Kawasan Perkotaan dan Batas Antar Direktorat Jenderal Bina Administrasi Kewilayahan Kemendagri Amran, mengatakan pengembangan smart city untuk perkotaan di Bali dengan berbasis budaya sangat diharapkan. Sebab Bali sudah memiliki budaya yang kuat. “Di Bali ini masyarakatnya sudah memiliki budaya yang kuat. Beberapa kota besar dunia itu berkembang, juga karena budayanya yang kuat,” katanya.
“Di Badung khususnya di Pantai Jerman ini kita lihat masyarakatnya sudah terbukti. Bagaimana Pantai Jerman itu awalnya banyak sampah, kini berubah menjadi bersih, bahkan hari ini ada festival kebudayaan. Ini sebuah wujud bagaimana di Badung menjadi kota yang lebih baik, dimulai dari beberapa wilayahnya. Seperti di Pantai Jerman ini salah satunya,” imbuh Amran. *ind
Komentar