Harga Sering Anjlok, Warga Padangbulia Berinovasi Kopi
SINGARAJA, NusaBali
Gede Arpana,48, warga Banjar Dinas Taman Sari, Desa Padangbulia, Kecamatan Sukasada, Buleleng, putar otak untuk menyikapi harga kopi sering anjlok.
Dia berinovasi dan berhasil membuat kopi madu. Kopi ini pun menjadi salah satu serbuk kopi asal Buleleng yang dicari konsumen. Kopi ini bukan dibuat dari campuran kopi dan madu. Tapi, kopi yang diproses secara fermentasi hingga memunculkan rasa manis saat sudah menjadi bubuk.
Gede Arpana menyebut, usaha kopi madu ini tercetus sejak tahun 2019. Saat itu, dia yang mewarisi kebun kopi almarhum ayahnya seluas 1 hektare, hampir putus asa. Karena harga kopi tidak stabil. Saat panen raya, biji kopi mentah yang dijual kepada pengepul sering dibeli dengan harga murah. Maka, dia pun memutar otak untuk mengolah biji kopi ke kopi bubuk untuk mendongkrak harga jual.
Arpana menceritakan, ide membuat kopi bubuk bermula dari niat membuat pupuk organik untuk kebutuhan kopi sendiri. Air dari hasil mencuci biji kopi digunakan sebagai pupuk. “Kemudian saya berpikir, ini biji kopinya mau dibawa kemana. Kalau dijual ke pengepul, harganya pas sedang jatuh. Akhirnya saya nekat coba produksi bubuk kopi sendiri,” ucap Arpana, Jumat (25/11) kemarin.
Arpana dan istrinya, Ketut Sri Astiti, baru mendapatkan takaran yang pas setelah melakukan uji coba selama enam bulan. Kopi madu tercipta karena proses fermentasi yang dilakukannya selama tiga hari pada biji kopi. Awalnya, biji kopi hasil petikan terpilih, dicuci dengan air bersih. Kemudian dalam kondisi basah biji kopi robusta itu ditutup dengan terpal selama tiga hari tiga malam. Sebelum akhirnya dikupas kulit dan dijemur di bawah terik matahari. Setelah kering, biji-biji kopi itu disangrai dan digiling.
“Proses dari pemetikan hingga menjadi bubuk kopi, butuh waktu panjang. Proses pemetikan biasanya berlangsung pada Agustus. Saat kebun seluas 1 hektare itu hanya menghasilkan 5 - 10 kuintal biji kopi mentah. Kalau kurang, biasanya saya beli juga sama teman,” terang dia.
Biji kopi mentah tersebut selanjutnya diolah hingga menjadi kopi bubuk. Setidaknya butuh waktu selama sebulan melakukan proses pengolahan. Diawali dari proses sortir biji kopi, membersihkan biji kopi, mencuci, fermentasi, penjemuran, hingga sangrai. Proses paling lama adalah penyortiran, fermentasi, serta penjemuran.
Dia mengatakan proses pembuatan kopi madu ini bisa lebih singkat. Tetapi tidak menjamin kualitas kopi yang dihasilkan. Untuk memproduksi kopi premium dia harus benar-benar selektif dan hati-hati. Menurutnya yang paling penting adalah proses penyortiran butir kopi yang dilakukan secara tradisional. Pemilihan biji kopi yang baik akan sangat mempengaruhi aroma dan rasa kopi.
Selain itu yang membuatnya unik adalah diselipkannya proses fermentasi. Proses fermentasi, tersebut bisa memunculkan rasa manis seperti rasa gula aren pada kopi. Sehingga dia memutuskan melakukan branding produknya dengan nama Kopi Madu.
Dalam sekali produksi kopi bubuk, biasanya dia akan mengolah 15 kilogram green bean. Dari green bean sebanyak itu, biasanya tersisa menjadi 11-12 kilogram serbuk kopi. Dalam kurun waktu sebulan, dia bisa melakukan 10 - 15 kali proses produksi.
Untuk kopi dengan kualitas ekonomis, dijual dengan harga Rp 70.000 per kilogram. Sementara kualitas premium dijual seharga Rp 150.000 ribu per kilogramnya. Dia juga menjual kopi dalam kemasan yang lebih kecil. Untuk kemasan 100 gram dijual seharga Rp 7.000, sementara ukuran 250 gram dijual seharga Rp 17.500. Kopi kualitas ekonomis, kini tersebar seantero Buleleng. Terutama di Desa Lemukih dan Padangbulia.
Sementara kopi kualitas premium, dijual seharga Rp 150 ribu per kilogram. Kualitas ini banyak dijual di Denpasar. Rata-rata adalah pesanan. Karena prosesnya rumit dan menggunakan bahan pilihan, produksinya pun masih terbatas.
Saat ini Arpana sedang mengupayakan izin edar dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) dan sertifikat halal. Harapannya setelah dua izin itu terpenuhi pemasaran bisa diperluas hingga ke Pulau NTB, NTT hingga ke Jawa Timur.*k23
1
Komentar