Sampah Plastik Kotori Pantai di Badung
Jumlah sampah kiriman sejumlah pantai di Badung diperkirakan mencapai 50 ton.
MANGUPURA, NusaBali
Hujan lebat disertai angin kencang yang mengguyur wilayah Badung pada Senin (28/12) malam memicu kemunculan sampah kiriman di sejumlah pesisir pantai sebelah barat wilayah Badung. Sebagian besar pesisir mulai dari Pantai Legian, Pantai Kuta, Pantai Jerman, Pantai Kedonganan, dan Pantai Jimbaran diserbu sampah didominasi sampah plastik. Diperkirakan total keseluruhan sampah tersebut mencapai 50 ton.
Koordinator Tim Evakuasi Dini Sampah Laut (Desalut) Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (LHK) Badung I Made Gde Dwipayana, mengatakan kemunculan sampah kiriman ini dipengaruhi hujan deras disertai angin kencang pada Senin malam. Hembusan angin kencang membawa sampah dari tengah laut ke bibir pantai.
“Kami langsung kerahkan personel untuk membersihkan. Selain personel, kami juga turunkan empat loader dan dua barber. Mungkin besok (hari ini) kami turunkan serentak personel tambahan dari tenaga kebersihan,” kata Dwipayana, Selasa (29/11).
Hal senada juga disampaikan Kepala Bidang Pengelolaan Kebersihan dan Limbah B3 Dinas LHK Badung AA Gde Dalem. Pria yang akrab disapa Gung Dalem ini mengatakan sampah kiriman cukup banyak menepi pada Selasa pagi. Dia memperkirakan, jumlah sampah kiriman sekitar 50 ton. “Ada yang sudah dikumpulkan di STO. Besok (hari ini) sudah selesai ditangani,” katanya sembari menyebut sampah yang menepi kemarin didominasi sampah plastik, seperti botol air mineral kemasan.
Kemunculan sampah kiriman ini, lanjut Gung Dalem, cenderung mendahului sebulan dibandingkan musim sampah kiriman tahun sebelumnya. Tahun ini sampah kiriman muncul sejak 6 Oktober 2022, dengan lokasi pertama muncul di Pantai Cemagi, Pantai Pererenan, Pantai Berawa, Pantai Batubelig, Pantai Batu Bolong, dan Pantai Petitenget. “Sementara untuk sampah kiriman di Pantai Seminyak, Kuta dan Legian mulai muncul sejak akhir Oktober,” katanya.
Atas pergeseran itu, Gung Dalem memperkirakan musim sampah kiriman di pantai barat juga akan bergeser. Berkaca pada pengalaman selama ini, jika kecenderungannya berakhir pada bulan April.
Terkait kondisi sebaran sampah kiriman, imbuhnya, tergantung dari kondisi angin dan arus laut. “Namun penyebab utama dipengaruhi faktor hujan di hulu dan banjir di hilir, yang kemudian membawa sampah ke laut,” kata Gung Dalem. *dar
Koordinator Tim Evakuasi Dini Sampah Laut (Desalut) Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (LHK) Badung I Made Gde Dwipayana, mengatakan kemunculan sampah kiriman ini dipengaruhi hujan deras disertai angin kencang pada Senin malam. Hembusan angin kencang membawa sampah dari tengah laut ke bibir pantai.
“Kami langsung kerahkan personel untuk membersihkan. Selain personel, kami juga turunkan empat loader dan dua barber. Mungkin besok (hari ini) kami turunkan serentak personel tambahan dari tenaga kebersihan,” kata Dwipayana, Selasa (29/11).
Hal senada juga disampaikan Kepala Bidang Pengelolaan Kebersihan dan Limbah B3 Dinas LHK Badung AA Gde Dalem. Pria yang akrab disapa Gung Dalem ini mengatakan sampah kiriman cukup banyak menepi pada Selasa pagi. Dia memperkirakan, jumlah sampah kiriman sekitar 50 ton. “Ada yang sudah dikumpulkan di STO. Besok (hari ini) sudah selesai ditangani,” katanya sembari menyebut sampah yang menepi kemarin didominasi sampah plastik, seperti botol air mineral kemasan.
Kemunculan sampah kiriman ini, lanjut Gung Dalem, cenderung mendahului sebulan dibandingkan musim sampah kiriman tahun sebelumnya. Tahun ini sampah kiriman muncul sejak 6 Oktober 2022, dengan lokasi pertama muncul di Pantai Cemagi, Pantai Pererenan, Pantai Berawa, Pantai Batubelig, Pantai Batu Bolong, dan Pantai Petitenget. “Sementara untuk sampah kiriman di Pantai Seminyak, Kuta dan Legian mulai muncul sejak akhir Oktober,” katanya.
Atas pergeseran itu, Gung Dalem memperkirakan musim sampah kiriman di pantai barat juga akan bergeser. Berkaca pada pengalaman selama ini, jika kecenderungannya berakhir pada bulan April.
Terkait kondisi sebaran sampah kiriman, imbuhnya, tergantung dari kondisi angin dan arus laut. “Namun penyebab utama dipengaruhi faktor hujan di hulu dan banjir di hilir, yang kemudian membawa sampah ke laut,” kata Gung Dalem. *dar
Komentar