Berhasil Tangani Inflasi, Buleleng Dapat Tambahan DID Rp 11,4 M
SINGARAJA, NusaBali
Menjelang tutup tahun 2022, Kabupaten Buleleng mendapat kado spesial dari Kementerian Keuangan RI.
Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Buleleng, mendapatkan penghargaan Bali Kertha Bhuwana sebagai mitra pengendalian inflasi terkolaboratiif wilayah Bali. Atas keberhasilan itu, Pemerintah Pusat menggelontor Dana Insentif Daerah (DID) Rp 11,4 miliar kepada Buleleng. Kabar gembira itu diterima Rabu (30/11) kemarin, dalam pertemuan tahunan di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali di wilayah Denpasar.
Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Buleleng Gede Suyasa mengungkapkan, DID yang digelontor pemerintah pusat di penghujung tahun ini merupakan penghargaan kepada daerah-daerah yang dinilai memiliki kinerja baik. Ada tiga poin penting menjadi pengukuran, yakni stabilitas realisasi belanja daerah, menyelesaikan masalah nasional seperti stunting dan keberhasilan mengendalikan inflasi di daerah. “Kemarin inflasi kita di Buleleng sudah berada di bawah target nasional 4 persen, tepatnya di angka 3,8 persen. Ini menjadi indikator yang dihitung pusat dan masuk dalam kategori daerah yang layak mendapatkan insentif,” ucap Suyasa.
Dana Insentif Daerah ini pun sudah ditentukan format penggunaan anggarannya. Dana Insentif ini disebut Suyasa hanya dapat digunakan untuk bantuan sosial, memberikan dukungan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) untuk pemulihan ekonomi dan program pengendalian inflasi dengan memberdayakan perempuan dan disabilitas. Seluruh DID ini pun harus terealisasi di akhir tahun ini.
Sementara itu, penghargaan Bali Kertha Bhuwana diterima langsung Penjabat (Pj) Bupati Buleleng Ketut Lihadnyana. Menurutnya DID yang didapatkan Pemkab Buleleng akan digunakan untuk pengendalian inflasi memperkuat perekonomian di Buleleng. Salah satu program penguatan kedepannya dengan membentuk cadangan pangan pada masing-masing spot produksi.
“Dalam pengendalian inflasi pergerakannya dari hulu ,jangan di hilir saja, nanti petani diberi bantuan bibit dan sarpras produksi. Selain itu penting juga dipengaruhi psikologi pasar, ketika ada panen langsung dibawa ke pasar. Tatkala stok di pasar tidak kelihatan pedagang akan leluasa, sehingga harus dipengaruhi psikologi pasarnya,” jelas dia.
Pejabat asal Desa Kekeran, Kecamatan Busungbiu, Buleleng ini juga menekankan ke depannya dalam pengendalian inflasi di Buleleng, harus lebih sering turun ke lapangan. Skema penanganan ini pun sudah terbukti berhasil mengendalikan inflasi di Buleleng beberapa waktu lalu.
“Trend kenaikan harga juga dipetakan biasanya Desember sampai Maret nanti harga bahan pokok akan naik. Sehingga langkah antisipasinya harus dipastikan produksi tersedia. Kalau kurang, ada kerjasama antar daerah di Bali untuk memastikan ketersediaan produksi aman dan inflasi terkendali,” tegas Lihadnyana.*k23
Komentar