Ujian SDN 2 Keramas Diikuti 1 Siswa
Pelaksanaan Ujian Sekolah Terkoordinasi (UST) di Kabupaten Gianyar secara umum berjalan lancar.
GIANYAR, NusaBali
Dari 291 Sekolah Dasar (SD) pada tujuh kecamatan di Gianyar, terdapat satu SD yakni SDN 2 Keramas, Banjar Gelgel, Desa Keramas, Kecamatan Blahbatuh, peserta UST-nya hanya satu orang. Siswa dimaksud, Ni Ketut Juniari.
Peserta UST kelahiran 29 Juni 2004 ini mengaku sudah kekurangan teman sekelas sejak di bangku kelas IV. "Awal masuk sebenarnya ada 4 siswa, termasuk saya. Tapi setelah naik kelas II ada satu siswa pindah. Lanjut di kelas III juga pindah satu siswa. Jadinya sejak kelas IV saya sudah belajar sendiri," ujar anak keempat dari I Nyoman Somo Wirawan - Ni Nyoman Manik ini.
Meski kesepian, Ketut Juniari tak ingin ikut-ikutan pindah sekolah, dan bertekad kuat agar bisa tamat di SD ini.
Uniknya, proses belajar mengajar di ruang guru. Setiap ada jam pelajaran, Juniari berinisiatif mencari gurunya ke ruang guru. Guru di sekolah ini 12 orang, terdiri dari 4 guru PNS, 4 guru tidak tetap dan 4 guru honorer.
Karena keterbatasan ruangan juga mengharuskan ia belajar privat di ruang guru. ‘’Bagi saya, sendiri ini bukan kendala. Malah lebih menyenangkan karena bisa belajar lebih efektif. Ruang kelas VI dipakai oleh kelas V, jadi sehari-hari saya selalu belajar di ruang guru," terang anak yang pernah masuk 4 besar lomba cerdas cermat tingkat desa baru-baru ini.
Untuk pergi ke sekolah, Juniari selalu berjalan kaki. Jarak rumahnya dengan sekolah cukup dekat sekitar 100 meter. Ia termasuk anak yang rajin membantu ibunya yang hanya bekerja sebagai buruh tukang suun batako dan sang ayah yang seorang petani. Sepulang sekolah, ia menyempatkan diri nyait selepan (menjahit daun kelapa) untuk dijual kembali dalam bentuk jejaitan. "Untuk bantu-bantu ibu saja, hasilnya juga gak seberapa. Lebih baik daripada berdiam diri," ungkap anak yang bercita-cita jadi guru ini. Untuk menghadapi UST dan Ujian Sekolah (US) berturut-turut hingga Sabtu (20/5) nanti, Juniari mengaku cukup giat. Ia ingin melanjutkan ke SMPN 2 Blahbatuh. "Ya mudah-mudahan bisa lanjut ke SMP 2," ujar saudari bungsu dari Ni Wayan Desi (buruh), Ni Made Nopi (buruh), Nyoman Aprianti (kelas II SMK Singamendawa).
Ada 30 siswa dari SD Bali Q_ita Keramas bergabung mengikuti ujian di bawah gugus SDN 2 Keramas. Karena SD swasta tersebut belum terakreditasi.
Hal tersebut dibenarkan Sekretaris Dinas Pendidikan Kabupaten Gianyar Wayan Sadra. "Sekolah swasta ini sudah 6 tahun berjalan dan tahun ini menyelenggarakan ujian pertama," jelasnya ditemui di kantornya. Terhadap akreditasi ini, pihaknya mengatakan telah masuk dalam proses pengajuan. Hanya saja, karena keterbatasan kuota sehingga prosesnya cukup lama.
Ditemui di SDN 2 Keramas usai pelaksanaan ujian, guru Penjaskes Gusti Agung Dwi Bimantara mengakui memang minat masyarakat setempat untuk menyekolahkan anaknya di sekolah ini mulai menurun sejak tahun 2005. Entah apa penyebabnya, pihaknya mengatakan jumlah siswa di kelas I hingga kelas VI bisa dihitung dengan jari. "Saat ini total siswa hanya 29 orang. Rinciannya, kelas I ada 4 siswa, kelas II ada 6 siswa, kelas III ada 7 siswa, kelas IV ada 3 siswa, kelas V ada 8 siswa dan kelas VI ada 1 siswa," jelasnya.
Guru yang akrab disapa Gung Bima ini tak mengetahui pasti mengapa masyarakat sekitar enggan menyekolahkan anaknya di SDN 2 Keramas. Padahal, dari sarana prasarana pembelajaran sama dengan sekolah lain. "Suasana disini juga sejuk, jauh dari kebisingan jalan raya. Dulu sekolah ini bahkan sebagai sekolah favorit, entah kenapa sekarang sepi peminat," ujarnya.
Akibat dari sepi peminat, sekolah inipun sulit mendapatkan bantuan dari pemerintah baik itu berupa pembangunan fisik maupun sarana prasarana lain. "Sudah berkali-kali ajukan usulan untuk pembangunan tembok penyengker, tapi gak pernah tembus karena siswanya sedikit," ungkapnya. Pantauan NusaBali, sekolah ini tidak dikelilingi tembok panyengker, pohon-pohon besar yang mengelilingi sekolah terlihat tak pernah dipangkas. Untuk tiba di sekolah, terlebih dahulu harus melewati jalan setapak yang sudah dibeton kira-kira 10 meter. Kemudian menaiki 20 anak tangga yang posisinya berliku-liku. Halaman sekolah cukup luas, tapi bangunannya masih kuno. Ada sebuah bangunan tak berfungsi berdekatan dengan palinggih Penunggun Karang.
Sekretaris Bendesa Desa Pakraman Keramas I Gusti Agung Darmada mengatakan, ada beberapa faktor minimnya minat masyarakat menyekolahkan anaknya di SDN 2 Keramas. Menurutnya, zaman dulu saat ketika program KB belum gencar, ada 6 SD pada 6 banjar di Desa Keramas. Selanjutnya, karena minimnya jumlah anak usia SD, dua SD diregrouping menjadi satu. Belum lagi semakin banyaknya pilihan SD swasta yang menawarkan program menarik untuk anak didik. ‘’Faktor lain juga karena kualitas pendidikan di sekolah itu, sehingga para orangtua pilih-pilih untuk menyekolahkan anak-anaknya," ujarnya. UST SD di Gianyar diikuti 7.636 siswa dari 291 SD. Sekdis Pendidikan Gianyar I Wayan Sadra mengatakan pelaksanaan UST hari pertama berjalan lancar dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia. *nvi
Peserta UST kelahiran 29 Juni 2004 ini mengaku sudah kekurangan teman sekelas sejak di bangku kelas IV. "Awal masuk sebenarnya ada 4 siswa, termasuk saya. Tapi setelah naik kelas II ada satu siswa pindah. Lanjut di kelas III juga pindah satu siswa. Jadinya sejak kelas IV saya sudah belajar sendiri," ujar anak keempat dari I Nyoman Somo Wirawan - Ni Nyoman Manik ini.
Meski kesepian, Ketut Juniari tak ingin ikut-ikutan pindah sekolah, dan bertekad kuat agar bisa tamat di SD ini.
Uniknya, proses belajar mengajar di ruang guru. Setiap ada jam pelajaran, Juniari berinisiatif mencari gurunya ke ruang guru. Guru di sekolah ini 12 orang, terdiri dari 4 guru PNS, 4 guru tidak tetap dan 4 guru honorer.
Karena keterbatasan ruangan juga mengharuskan ia belajar privat di ruang guru. ‘’Bagi saya, sendiri ini bukan kendala. Malah lebih menyenangkan karena bisa belajar lebih efektif. Ruang kelas VI dipakai oleh kelas V, jadi sehari-hari saya selalu belajar di ruang guru," terang anak yang pernah masuk 4 besar lomba cerdas cermat tingkat desa baru-baru ini.
Untuk pergi ke sekolah, Juniari selalu berjalan kaki. Jarak rumahnya dengan sekolah cukup dekat sekitar 100 meter. Ia termasuk anak yang rajin membantu ibunya yang hanya bekerja sebagai buruh tukang suun batako dan sang ayah yang seorang petani. Sepulang sekolah, ia menyempatkan diri nyait selepan (menjahit daun kelapa) untuk dijual kembali dalam bentuk jejaitan. "Untuk bantu-bantu ibu saja, hasilnya juga gak seberapa. Lebih baik daripada berdiam diri," ungkap anak yang bercita-cita jadi guru ini. Untuk menghadapi UST dan Ujian Sekolah (US) berturut-turut hingga Sabtu (20/5) nanti, Juniari mengaku cukup giat. Ia ingin melanjutkan ke SMPN 2 Blahbatuh. "Ya mudah-mudahan bisa lanjut ke SMP 2," ujar saudari bungsu dari Ni Wayan Desi (buruh), Ni Made Nopi (buruh), Nyoman Aprianti (kelas II SMK Singamendawa).
Ada 30 siswa dari SD Bali Q_ita Keramas bergabung mengikuti ujian di bawah gugus SDN 2 Keramas. Karena SD swasta tersebut belum terakreditasi.
Hal tersebut dibenarkan Sekretaris Dinas Pendidikan Kabupaten Gianyar Wayan Sadra. "Sekolah swasta ini sudah 6 tahun berjalan dan tahun ini menyelenggarakan ujian pertama," jelasnya ditemui di kantornya. Terhadap akreditasi ini, pihaknya mengatakan telah masuk dalam proses pengajuan. Hanya saja, karena keterbatasan kuota sehingga prosesnya cukup lama.
Ditemui di SDN 2 Keramas usai pelaksanaan ujian, guru Penjaskes Gusti Agung Dwi Bimantara mengakui memang minat masyarakat setempat untuk menyekolahkan anaknya di sekolah ini mulai menurun sejak tahun 2005. Entah apa penyebabnya, pihaknya mengatakan jumlah siswa di kelas I hingga kelas VI bisa dihitung dengan jari. "Saat ini total siswa hanya 29 orang. Rinciannya, kelas I ada 4 siswa, kelas II ada 6 siswa, kelas III ada 7 siswa, kelas IV ada 3 siswa, kelas V ada 8 siswa dan kelas VI ada 1 siswa," jelasnya.
Guru yang akrab disapa Gung Bima ini tak mengetahui pasti mengapa masyarakat sekitar enggan menyekolahkan anaknya di SDN 2 Keramas. Padahal, dari sarana prasarana pembelajaran sama dengan sekolah lain. "Suasana disini juga sejuk, jauh dari kebisingan jalan raya. Dulu sekolah ini bahkan sebagai sekolah favorit, entah kenapa sekarang sepi peminat," ujarnya.
Akibat dari sepi peminat, sekolah inipun sulit mendapatkan bantuan dari pemerintah baik itu berupa pembangunan fisik maupun sarana prasarana lain. "Sudah berkali-kali ajukan usulan untuk pembangunan tembok penyengker, tapi gak pernah tembus karena siswanya sedikit," ungkapnya. Pantauan NusaBali, sekolah ini tidak dikelilingi tembok panyengker, pohon-pohon besar yang mengelilingi sekolah terlihat tak pernah dipangkas. Untuk tiba di sekolah, terlebih dahulu harus melewati jalan setapak yang sudah dibeton kira-kira 10 meter. Kemudian menaiki 20 anak tangga yang posisinya berliku-liku. Halaman sekolah cukup luas, tapi bangunannya masih kuno. Ada sebuah bangunan tak berfungsi berdekatan dengan palinggih Penunggun Karang.
Sekretaris Bendesa Desa Pakraman Keramas I Gusti Agung Darmada mengatakan, ada beberapa faktor minimnya minat masyarakat menyekolahkan anaknya di SDN 2 Keramas. Menurutnya, zaman dulu saat ketika program KB belum gencar, ada 6 SD pada 6 banjar di Desa Keramas. Selanjutnya, karena minimnya jumlah anak usia SD, dua SD diregrouping menjadi satu. Belum lagi semakin banyaknya pilihan SD swasta yang menawarkan program menarik untuk anak didik. ‘’Faktor lain juga karena kualitas pendidikan di sekolah itu, sehingga para orangtua pilih-pilih untuk menyekolahkan anak-anaknya," ujarnya. UST SD di Gianyar diikuti 7.636 siswa dari 291 SD. Sekdis Pendidikan Gianyar I Wayan Sadra mengatakan pelaksanaan UST hari pertama berjalan lancar dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia. *nvi
1
Komentar