Antrean Truk hingga Bus di SPBU Masih Terjadi, Pertamina Alihkan Kuota Solar di SPBU
Pengalihan kuota solar dilakukan sambil menunggu hasil keputusan dari laporan Pertamina ke BPH Migas tentang kekurangan kuota BBM subsidi di Bali.
DENPASAR, NusaBali
Pertamina melakukan pengalihan kuota di sejumlah SPBU di Provinsi Bali agar wilayah yang kekurangan kuota bahan bakar minyak (BBM) jenis solar bersubsidi tercukupi. Sementara kondisi antrean truk yang hendak membeli solar di beberapa kawasan di Bali masih terjadi. Namun beberapa tempat lainnya antrean sudah berkurang.
Pjs Area Manager Commrel & CSR Pertamina Patra Niaga Jatimbalinus, Cholishon Liwajhillah saat dihubungi, Selasa (6/12) mengatakan pengalihan kuota dilakukan sambil menunggu hasil keputusan dari laporan Pertamina ke BPH Migas tentang kekurangan kuota BBM subsidi di Bali.
Menurutnya, Pertamina terus melakukan koordinasi dengan pihak terkait dan kepolisian serta SPBU agar pelayanan kepada masyarakat tetap berjalan normal. Selain itu melakukan tindakan yang diperlukan untuk memaksimalkan penyaluran ke konsumen lebih selektif dengan cara melakukan upaya pengalihan kuota antar kota/kabupaten di Provinsi Bali agar distribusi solar subsidi merata.
“Terkait laporan kekurangan kuota solar subsidi ini, khususnya di wilayah Bali yang mengalami kekurangan, Pertamina sudah membuat laporan kepada pihak regulator. Kini masih menunggu arahan lebih lanjut terkait hal tersebut,” ujar Cholishon Liwajhillah. Sementara pantauan di beberapa SPBU di Kota Denpasar dan sekitarnya, Selasa siang menunjukkan kondisi relatif normal. Memang ada antrean pembelian BBM, namun tidak sampai mengular ke jalanan.
“Memang seperti ini. Tidak sampai antrean panjang,” ujar Ida Bagus Adnyana, seorang petugas salah satu SPBU di kawasan Jalan Gatot Subroto, Denpasar. Dikatakan IB Adnyana, di SPBU tempat dia bekerja juga menjual solar. Namun stok sudah habis, sehingga masih menunggu pengiriman. “Kemarin juga tidak sampai ada antrean, karena masyarakat sudah tahu,” ungkapnya.
Hal senada disampaikan Candra, petugas SPBU lainnya masih di kawasan Jalan Gatot Subroto. “ Di sini kondusif, tak sampai ada antrean,” ujarnya menunjuk suasana SPBU. Dikatakan stok solar dan pertalite masih menunggu pengiriman. “Baru saja habis ini,” ucapnya sambil sibuk melayani masyarakat yang membeli BBM jenis lainnya, yakni Pertamax. Antrean truk kemarin masih terlihat di sejumlah SPBU, terutama di jalur lintas, seperti di Jembrana dan Tabanan.
Sejumlah SPBU di Jembrana sudah kehabisan stok solar sejak, Selasa dinihari. Kondisi itu kembali memicu antrean kendaraan truk dan bus yang memenuhi areal SPBU. Seperti terpantau di SPBU Jalan Jenderal Sudirman, Kelurahan Pendem, Kecamatan Jembrana, Selasa sore. Sedangkan di Bangli antrean truk dan bus yang hendak isi solar di SPBU terpantau di SPBU Desa Sekardadi, Kecamatan Kintamani, Bangli. Kendaraan pun sampai mengular sekitar dua kilometer. Sejumlah personel kepolisian terlihat melakukan pengaturan lalulintas agar tak memicu kemacetan parah.
Terpisah Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Bali, I Nengah Nurlaba berharap masalah BBM ini bisa diselesaikan pihak terkait, yakni pihak Pertamina. “BBM tersebut berkaitan erat dengan persoalan transportasi yang berkaitan dengan perekonomian,” ucap Nurlaba. Logikanya sederhana saja, kalau BBM ‘terganggu’ otomatis tersendat juga pergerakan ekonomi masyarakat, termasuk dalam hal ini pengusaha dan pelaku ekonomi yang lain. Sedangkan perekonomian Bali mulai menggeliat usai dua tahun lebih terpuruk karena pandemi Covid-19. “Itulah sebabnya, kami berharap agar segera ada solusinya,” tandas Nurlaba. *k17
Pjs Area Manager Commrel & CSR Pertamina Patra Niaga Jatimbalinus, Cholishon Liwajhillah saat dihubungi, Selasa (6/12) mengatakan pengalihan kuota dilakukan sambil menunggu hasil keputusan dari laporan Pertamina ke BPH Migas tentang kekurangan kuota BBM subsidi di Bali.
Menurutnya, Pertamina terus melakukan koordinasi dengan pihak terkait dan kepolisian serta SPBU agar pelayanan kepada masyarakat tetap berjalan normal. Selain itu melakukan tindakan yang diperlukan untuk memaksimalkan penyaluran ke konsumen lebih selektif dengan cara melakukan upaya pengalihan kuota antar kota/kabupaten di Provinsi Bali agar distribusi solar subsidi merata.
“Terkait laporan kekurangan kuota solar subsidi ini, khususnya di wilayah Bali yang mengalami kekurangan, Pertamina sudah membuat laporan kepada pihak regulator. Kini masih menunggu arahan lebih lanjut terkait hal tersebut,” ujar Cholishon Liwajhillah. Sementara pantauan di beberapa SPBU di Kota Denpasar dan sekitarnya, Selasa siang menunjukkan kondisi relatif normal. Memang ada antrean pembelian BBM, namun tidak sampai mengular ke jalanan.
“Memang seperti ini. Tidak sampai antrean panjang,” ujar Ida Bagus Adnyana, seorang petugas salah satu SPBU di kawasan Jalan Gatot Subroto, Denpasar. Dikatakan IB Adnyana, di SPBU tempat dia bekerja juga menjual solar. Namun stok sudah habis, sehingga masih menunggu pengiriman. “Kemarin juga tidak sampai ada antrean, karena masyarakat sudah tahu,” ungkapnya.
Hal senada disampaikan Candra, petugas SPBU lainnya masih di kawasan Jalan Gatot Subroto. “ Di sini kondusif, tak sampai ada antrean,” ujarnya menunjuk suasana SPBU. Dikatakan stok solar dan pertalite masih menunggu pengiriman. “Baru saja habis ini,” ucapnya sambil sibuk melayani masyarakat yang membeli BBM jenis lainnya, yakni Pertamax. Antrean truk kemarin masih terlihat di sejumlah SPBU, terutama di jalur lintas, seperti di Jembrana dan Tabanan.
Sejumlah SPBU di Jembrana sudah kehabisan stok solar sejak, Selasa dinihari. Kondisi itu kembali memicu antrean kendaraan truk dan bus yang memenuhi areal SPBU. Seperti terpantau di SPBU Jalan Jenderal Sudirman, Kelurahan Pendem, Kecamatan Jembrana, Selasa sore. Sedangkan di Bangli antrean truk dan bus yang hendak isi solar di SPBU terpantau di SPBU Desa Sekardadi, Kecamatan Kintamani, Bangli. Kendaraan pun sampai mengular sekitar dua kilometer. Sejumlah personel kepolisian terlihat melakukan pengaturan lalulintas agar tak memicu kemacetan parah.
Terpisah Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Bali, I Nengah Nurlaba berharap masalah BBM ini bisa diselesaikan pihak terkait, yakni pihak Pertamina. “BBM tersebut berkaitan erat dengan persoalan transportasi yang berkaitan dengan perekonomian,” ucap Nurlaba. Logikanya sederhana saja, kalau BBM ‘terganggu’ otomatis tersendat juga pergerakan ekonomi masyarakat, termasuk dalam hal ini pengusaha dan pelaku ekonomi yang lain. Sedangkan perekonomian Bali mulai menggeliat usai dua tahun lebih terpuruk karena pandemi Covid-19. “Itulah sebabnya, kami berharap agar segera ada solusinya,” tandas Nurlaba. *k17
1
Komentar