Dinkes Sebut HIV/AIDS Bertambah 310 Kasus
MANGUPURA, NusaBali
Kasus positif HIV/AIDS di Kabupaten Badung alami peningkatan. Selama periode Januari-Oktober 2022, tercatat kasus HIV/AIDS mencapai 310 orang.
Naik dibandingkan pada tahun sebelumnya 247 orang. Dengan tambahan tersebut jumlah kumulatif kasus HIV di Gumi Keris tercatat 4.737 orang. Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Badung dr Made Padma Puspita, mengatakan jumlah kumulatif ini berdasarkan data kasus yang terjadi pertama kali pada tahun 1987 hingga Oktober 2022 di fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes). Dari jumlah kasus HIV/AIDS 4.737 orang, sebanyak 1.713 orang di antaranya kasus AIDS dan kasus HIV sebanyak 3.024 orang. Hal ini pun menyebabkan Badung menduduki peringkat kedua temuan kasus terbanyak di Provinsi Bali.
“Pada 2022 temuan kasus baru di Fasyankes di Kabupaten Badung sebanyak 310 orang. Secara kumulatif, temuan kasus tertinggi berada pada kelompok umur 20-29 tahun dan 30-39 tahun. Artinya di kelompok usia produktif. Sisanya di kelompok umur 40-60 tahun,” jelas dr Padma, Selasa (6/12).
Menurut dr Padma, penyebab munculnya kasus HIV/AIDS di Gumi Keris berasal dari banyak faktor. Tingginya mobilitas penduduk, kata dia, juga dapat mempengaruhi meningkatnya kasus HIV/AIDS. Namun dia menyebut, tingginya mobilitas penduduk tidak semata-mata merupakan penyebab utama. “Penyebab HIV itu multifaktor, kasus baru bisa pada anak yang baru lahir. Namun yang terpenting bagaimana sosialisasi tetap jalan,” ujar mantan Wakil Direktur Pelayanan RSD Mangusada ini.
Lebih lanjut dr Padma mengajak semua pihak untuk bersama-sama melakukan upaya pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS. Sekaligus mendorong perluasan akses terhadap pencegahan, tes HIV, dan pengobatan untuk orang yang terkena kasus AIDS, sehingga dapat mendorong tercapainya ‘Three Zero’, yaitu tidak ada infeksi baru HIV, tidak ada kematian akibat AIDS, dan tidak ada stigma serta diskriminasi. Hal ini untuk mencapai eliminasi HIV pada tahun 2030 di Kabupaten Badung.
Penyebarluasan informasi tentang HIV/AIDS, lanjut dr Padma, sangat diperlukan agar meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kepedulian serta peranan aktif dari masyarakat dalam pencegahan dan pengendalian HIV. “Diharapkan juga tidak ada lagi stigma dan diskriminasi terhadap orang yang terkena penyakit HIV. Semakin banyak masyarakat yang mengetahui status HIV, maka pengobatan Antiretroviral (ARV) bisa dilakukan lebih dini,” kata dr Padma. *ind
1
Komentar