Pelatih Jepang Membungkuk dan Minta Maaf
DOHA, NusaBali
Pelatih Timnas Jepang, Hajime Moriyasu, terlihat membungkuk di tengah Al Janoub Stadium usai skuadnya dipulangkan Kroasia lewat adu penalti dalam pertandingan babak 16 besar Piala Dunia 2022 Qatar pada laga yang berakhir Selasa (6/12) dini hari Wita.
Jepang kalah di tangan Kroasia dengan skor 1-3 (1-1). Setelah bermain ngotot pada waktu normal, bahkan unggul terlebih dahulu, Jepang malah melempem saat adu penalti. Parahnya, dua penendang pertama Jepang, Takumi Minamino dan Kaoru Mitoma langsung gagal. Kroasia, yang memang jagonya adu penalti, menunjukkan kebolehan mereka. Dalam dua adu penalti sebelumnya di Piala Dunia 2018, Kroasia menang terus. Jepang pun tersingkir. Para pemain tertunduk lesu, beberapa di antara mereka menangis, termasuk Minamino.
Setelah pertandingan, Hajime Moriyasu pun membungkuk di tengah lapangan ke arah para pendukung yang memenuhi tribun-tribun Al Janoub Stadium, yakni gestur tubuh yang disebut 'ojigi' Ojigi adalah kultur dalam masyarakat Asia Timur, terutama Jepang dan Korea. Mereka menggunakan gestur itu untuk berbagai ungkapan, yakni menyapa, terima kasih, dan meminta maaf.
Dalam budaya meminta maaf secara resmi, orang-orang Jepang juga melakukan ojigi. Mereka meminta maaf di depan publik, mengungkapkannya dengan tulus. Moriyasu meminta maaf karena gagal mencapai target. Seperti diketahui, Jepang membidik delapan besar di Piala Dunia 2022. Ini belum pernah dicapai oleh mereka.
Dalam situs resmi JFA, Federasi Sepakbola Jepang telah menyusun rencana dan target dalam setiap tahun. Target 2022 adalah 8 besar Piala Dunia 2022. Tapi, semua sudah terjadi. Kroasia terlalu tangguh untuk ditaklukkan lewat adu penalti.
Ada fakta menarik dalam tujuh pertandingan yang diwarnai adu penalti di Piala Dunia sejak 2014. Dalam tujuh laga, termasuk Jepang vs Kroasia, tim penendang pertama kalah. Jepang tampil sebagai penendang pertama. Eksekutor pertama mereka, Takumi Minamino, gagal. Sementara penendang pertama Kroasia, Nikola Vlasic, sukses. Jepang pun menjadi korban kutukan tersebut yang ketujuh setelah Kosta Rika, Belanda, Spanyol, Denmark, Kolombia, dan Rusia. *
1
Komentar