Disbud Kembangkan 'Banjar Menari'
Harapkan Sekaa dan Sanggar Seni Pusat Kreativitas Masyarakat
Sekaa dan Sanggar Seni yang kurang aktif membuat program latihan, akan didorong mengadakan kegiatan lomba.
MANGUPURA, NusaBali
Dinas Kebudayaan Kabupaten Badung perkenalkan program ‘Banjar Menari’ untuk mengembangkan sekaa dan sanggar seni sebagai pusat aktivitas dan wadah kreativitas masyarakat. Sekaa dan sanggar seni di banjar didorong untuk berkreativitas melalui kegiatan yang positif.
Kadis Kebudayaan Badung I Gde Eka Sudarwitha, mengatakan program inovasi ‘Banjar Menari’ merupakan satu dari 17 program unggulan memberdayakan banjar sebagai simpul atau pusat pelestarian dan pengembangan budaya lokal masyarakat. Menurutnya, ini merupakan visi dari Bupati dan Wakil Bupati, yakni melanjutkan kebahagiaan masyarakat Badung melalui pembangunan yang berlandaskan Tri Hita Karana.
Lewat program ini, kata Sudawitha, sekaa maupun sanggar seni yang berkembang akan dilihat bagaimana keaktifan dalam berkreativitas. “Dari pengamatan tersebut, kemudian akan didorong untuk terus mengembangkan kreativitasnya, sehingga Badung nantinya kaya akan seniman muda,” ujarnya, Kamis (8/12).
“Jadi kita upgrade daripada kondisi sekaa dan sanggar seni yang ada di banjar-banjar. Apakah kondisinya memang betul-betul difungsikan menjadi wadah untuk berkreativitas, karena sesungguhnya di setiap banjar memang ada, cuma bagaimana agar ini semakin berperan dan berkegiatan. Kita nanti ada standarisasi dan klasifikasinya,” kata Sudarwitha.
Dikatakan, ada tujuh instrumen yang diolah dari berbagai pedoman lalu digunakan sebagai nilai standarisasi. Beberapa di antaranya seperti memiliki pembina, peralatan, hingga program latihan rutin yang berjenjang. “Termasuk juga penekanannya adalah penerimaan siswa atau anak didik. Jadi betul-betul berkegiatan, ada program latihan, itu yang kita tekankan,” kata mantan Camat Petang ini.
Lanjut dikatakan, untuk sekaa atau sanggar seni yang benar-benar berfungsi dan memiliki program latihan rutin, maka akan dimotivasi dan diberi dorongan. Selain itu juga ada intervensi program, apakah berupa bantuan, stimulus atau bentuk perhatian lainnya. “Sedangkan untuk sanggar yang masih kurang aktif membuat program latihan, kita juga harus dorong. Ada caranya, misalnya dengan mengadakan lomba-lomba, memberikan sentuhan bantuan, dan sebagainya. Intinya sanggar dan sekaa ini betul-betul difungsikan,” tegas Sudarwitha sembari menyebut inovasi ini sudah dibuatkan Perbup.
Di sisi lain, Sudarwitha mengatakan melalui inovasi ini diharapkan tumbuh tempat-tempat berkreativitas yang baru. Termasuk di dalamnya untuk mendorong transfer ilmu dari maestro-maestro seni kepada seniman muda. “Maestro kita banyak, tapi di sekitarnya kurang tumbuh maestro-maestro yang sama. Ilmunya itu harus ditransfer. Dengan adanya dorongan program ini harapannya ada berdiri tempat-tempat latihan untuk mentransfer keterampilan, sehingga daerah kita menjadi kaya dengan seniman muda,” kata Sudarwitha. *ind
Kadis Kebudayaan Badung I Gde Eka Sudarwitha, mengatakan program inovasi ‘Banjar Menari’ merupakan satu dari 17 program unggulan memberdayakan banjar sebagai simpul atau pusat pelestarian dan pengembangan budaya lokal masyarakat. Menurutnya, ini merupakan visi dari Bupati dan Wakil Bupati, yakni melanjutkan kebahagiaan masyarakat Badung melalui pembangunan yang berlandaskan Tri Hita Karana.
Lewat program ini, kata Sudawitha, sekaa maupun sanggar seni yang berkembang akan dilihat bagaimana keaktifan dalam berkreativitas. “Dari pengamatan tersebut, kemudian akan didorong untuk terus mengembangkan kreativitasnya, sehingga Badung nantinya kaya akan seniman muda,” ujarnya, Kamis (8/12).
“Jadi kita upgrade daripada kondisi sekaa dan sanggar seni yang ada di banjar-banjar. Apakah kondisinya memang betul-betul difungsikan menjadi wadah untuk berkreativitas, karena sesungguhnya di setiap banjar memang ada, cuma bagaimana agar ini semakin berperan dan berkegiatan. Kita nanti ada standarisasi dan klasifikasinya,” kata Sudarwitha.
Dikatakan, ada tujuh instrumen yang diolah dari berbagai pedoman lalu digunakan sebagai nilai standarisasi. Beberapa di antaranya seperti memiliki pembina, peralatan, hingga program latihan rutin yang berjenjang. “Termasuk juga penekanannya adalah penerimaan siswa atau anak didik. Jadi betul-betul berkegiatan, ada program latihan, itu yang kita tekankan,” kata mantan Camat Petang ini.
Lanjut dikatakan, untuk sekaa atau sanggar seni yang benar-benar berfungsi dan memiliki program latihan rutin, maka akan dimotivasi dan diberi dorongan. Selain itu juga ada intervensi program, apakah berupa bantuan, stimulus atau bentuk perhatian lainnya. “Sedangkan untuk sanggar yang masih kurang aktif membuat program latihan, kita juga harus dorong. Ada caranya, misalnya dengan mengadakan lomba-lomba, memberikan sentuhan bantuan, dan sebagainya. Intinya sanggar dan sekaa ini betul-betul difungsikan,” tegas Sudarwitha sembari menyebut inovasi ini sudah dibuatkan Perbup.
Di sisi lain, Sudarwitha mengatakan melalui inovasi ini diharapkan tumbuh tempat-tempat berkreativitas yang baru. Termasuk di dalamnya untuk mendorong transfer ilmu dari maestro-maestro seni kepada seniman muda. “Maestro kita banyak, tapi di sekitarnya kurang tumbuh maestro-maestro yang sama. Ilmunya itu harus ditransfer. Dengan adanya dorongan program ini harapannya ada berdiri tempat-tempat latihan untuk mentransfer keterampilan, sehingga daerah kita menjadi kaya dengan seniman muda,” kata Sudarwitha. *ind
Komentar