Karya Rsi Gana di Museum Pendet Diisi Bedah Buku
GIANYAR, NusaBali
Museum Patung I Wayan Pendet, dikenal dengan nama Museum Pendet, di Desa Adat Nyuh Kuning, Desa Mas, Kecamatan Ubud, Gianyar, menggelar Karya Rsi Gana pada Wraspati Pon Wariga, Kamis (8/12), bertepatan Purnama Kanem.
Di akhir prosesi keagamaan itu diisi acara bedah buku. Acara bedah buku diprakarsai salah seorang anak Wayan Pendet yang juga pengelola Museum Pendet, Prof Dr I Wayan P Windia SH Msi. Acara dihadiri sejumlah budayawan, tokoh adat, seniman, pengusaha barang seni, dan keluarga besar almarhum Jro Mangku Wayan Pendet. Buku yang dibedah berjudul ‘Ubi Jalar Ungu untuk Kesehatan Pembuluh Darah’ ditulis Prof Dr dr I Made Jawi MKes. Guru besar yang dosen Farmokologi Fakultas Kedokteran Unud ini adalah salah seorang adik kandung Prof Windia. Prof Jawi menyebutkan buku ini disarikan dari hasil risetnya sejak tahun 2008.
Selain itu, buku berjudul ‘Hukum Adat dan Desa Adat di Bali’ dengan editor Prof Windia. Di buku ini, Prof Windia menulis sejumlah artikel, antara lain berjudul ‘Cara Waras Bagi Waris’. Acara ini juga diisi peluncuran buku berjudul ‘Pendet Sebuah Konsep’ ditulis Gunasta alias Gungun, juga adik kandung Prof Windia. Bedah buku dilengkapi diskusi hangat melibatkan para undangan dan bagi-bagi buku secara terbatas.
‘’Acara bedah buku dan peluncuran buku adalah salah satu bentuk kegiatan sekala. Niskalanya, berupa Karya Rsi Gana itu,’’ jelas Prof Windia. Guru besar Fakultas Hukum Unud ini menambahkan kegiatan niskala-sekala itu serangkaian peringatan HUT ke-20 Museum Pendet, 26 Desember 2022, namun mencari Purnama. Kegiatan sekala juga berupa Pameran 4 Generasi dari Wayan Pendet (anak sampai kumpi), 2 Desember hingga sebulan ke depan. Pemutaran dokumen Wayan Pendet dan Bakti Sosial bidang Kesehatan.
Untuk diketahui, Museum Pendet didirikan oleh orang tua, istri, dan anak-anak Jro Mangku Wayan Pendet. Museum dibangun di atas tanah milik, tempat almarhum lahir dan dibesarkan. Museum diresmikan pada 26 Desember 2002 oleh Bupati Gianyar Tjokorda Gde Budi Suryawan. *lsa
Komentar