Cuaca Panas dan Gerah Beberapa Hari Terakhir, Badung dan Denpasar Bisa Capai 34 Derajat Celcius
Massa udara dari Australia dan wilayah Nusa Tenggara akan ketarik di wilayah barat dan utara Indonesia. Menjadikan wilayah Bali cenderung kebih kering.
MANGUPURA, NusaBali
Beberapa hari ini cuaca di wilayah Bali terasa sangat panas dan terik. Terutama wilayah Badung dan Denpasar yang bahkan mencapai 34 derajat celcius saat siang hari, yang biasanya suhu normal saat musim hujan sekitar 30 hingga 32 derajat celcius.
Salah seorang pengendara ojek online, Chandra Novadani mengatakan Bali dalam beberapa hari terakhir cenderung sangat panas. “Panas sekali sampai lihat jalan. Pusing juga kepalanya karena terlalu panas,” kata Chandra Novadani kepada NusaBali.com.
Hal yang sama juga dirasakan, Ayu Damaris saat mengendarai motor dari Jimbaran, Kuta Selatan, Badung hendak pulang kampung ke Klungkung, mengakui ingin segera sampai tujuan. Sebab teriknya matahari mengganggu konsentrasinya berkendara. “Cuaca panas dan juga sempat macet, tambah bikin panas. Ini sampai pakai kaca mata hitam supaya mata tidak perih,” ucap Ayu Damaris.
Terkait cuaca panas yang terjadi saat ini, prakirawan Balai Besar Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar, I Gusti Ayu Putu Putri Astiduari, mengatakan saat ini di wilayah utara Indonesia yaitu di wilayah Samudera Pasifik bagian timur Filipina sedang terjadi bibit siklon, sehingga terdapat pusat-pusat tekanan rendah di wilayah Laut Natuna, Selat Malaka, serta Samudera sebelah barat daya Indonesia. Daerah-daerah yang berpusat tekanan rendah ini akan menarik massa udara yang ada di sekitar, salah satunya di wilayah Bali dan Nusa Tenggara lalu juga di wilayah Australia.
“Massa udara dari Australia dan wilayah Nusa Tenggara akan ketarik di wilayah barat dan utara Indonesia. Udara-udara yang ada kandungan uap airnya akan ketarik ke wilayah tersebut, menjadikan wilayah Bali cenderung kebih kering. Itu lah yang menyebabkan untuk saat ini wilayah Bali cenderung lebih cerah dan lebih gerah,” ujarnya saat ditemui di ruang kerjanya di Jalan Raya Tuban, Kelurahan Tuban, Kecamatan Kuta, Badung, Senin (12/12) siang.
Dikatakan, cuaca panas dan gerah juga terjadi akibat suhu udara yang panas disertai dengan kelembapan udara yang tinggi. Wilayah perkotaan pada umumnya memiliki suhu udara yang lebih panas, di samping kelembapan udara di Bali pada saat musim hujan biasanya berkisar 70 persen hingga 95 persen. “Dalam keadaan yang lebih panas ini daripada biasanya, beberapa stasiun BMKG di wilayah Bali menunjukkan kelembaban di antara 60 persen hingga 90 persen,” jelas Putri Astiduari.
Sampai kapan perkiraan cuaca panas di Bali ini, Putri Astiduari menjelaskan perlu menunggu gangguan cuaca yang berada di Filipina dan wilayah barat Indonesia mereda. Perkiraan cuaca di Hari Natal dan Tahun Baru (Nataru) pun juga belum bisa diprediksi secara pasti. “Belum bisa dikalkulasikan beberapa hari akan bertahan tetapi keadaan cuaca seperti ini akan kami perbaharui terus. Namun biasanya untuk bibit siklon atau siklon itu masa hidupnya satu minggu. Jadi kita perlu melihat kembali untuk seminggu ke depan seperti apa,” paparnya.
Pihaknya pun juga menghimbau kepada masyarakat untuk tidak panik dengan kondisi panas gerah seperti saat ini. “Tentunya kami menghimbau kepada masyarakat untuk terus memantau dari hasil prakiraan kami, dapat berupa dari media sosial, dari radio dari BMKG, dan kami juga saat ini telah bekerja sama dengan stasiun televisi. Jadi masyarakat bisa mengupdate informasi cuaca di kanal-kanal tersebut,” kata Putri Astiduari. *ol3
Salah seorang pengendara ojek online, Chandra Novadani mengatakan Bali dalam beberapa hari terakhir cenderung sangat panas. “Panas sekali sampai lihat jalan. Pusing juga kepalanya karena terlalu panas,” kata Chandra Novadani kepada NusaBali.com.
Hal yang sama juga dirasakan, Ayu Damaris saat mengendarai motor dari Jimbaran, Kuta Selatan, Badung hendak pulang kampung ke Klungkung, mengakui ingin segera sampai tujuan. Sebab teriknya matahari mengganggu konsentrasinya berkendara. “Cuaca panas dan juga sempat macet, tambah bikin panas. Ini sampai pakai kaca mata hitam supaya mata tidak perih,” ucap Ayu Damaris.
Terkait cuaca panas yang terjadi saat ini, prakirawan Balai Besar Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah III Denpasar, I Gusti Ayu Putu Putri Astiduari, mengatakan saat ini di wilayah utara Indonesia yaitu di wilayah Samudera Pasifik bagian timur Filipina sedang terjadi bibit siklon, sehingga terdapat pusat-pusat tekanan rendah di wilayah Laut Natuna, Selat Malaka, serta Samudera sebelah barat daya Indonesia. Daerah-daerah yang berpusat tekanan rendah ini akan menarik massa udara yang ada di sekitar, salah satunya di wilayah Bali dan Nusa Tenggara lalu juga di wilayah Australia.
“Massa udara dari Australia dan wilayah Nusa Tenggara akan ketarik di wilayah barat dan utara Indonesia. Udara-udara yang ada kandungan uap airnya akan ketarik ke wilayah tersebut, menjadikan wilayah Bali cenderung kebih kering. Itu lah yang menyebabkan untuk saat ini wilayah Bali cenderung lebih cerah dan lebih gerah,” ujarnya saat ditemui di ruang kerjanya di Jalan Raya Tuban, Kelurahan Tuban, Kecamatan Kuta, Badung, Senin (12/12) siang.
Dikatakan, cuaca panas dan gerah juga terjadi akibat suhu udara yang panas disertai dengan kelembapan udara yang tinggi. Wilayah perkotaan pada umumnya memiliki suhu udara yang lebih panas, di samping kelembapan udara di Bali pada saat musim hujan biasanya berkisar 70 persen hingga 95 persen. “Dalam keadaan yang lebih panas ini daripada biasanya, beberapa stasiun BMKG di wilayah Bali menunjukkan kelembaban di antara 60 persen hingga 90 persen,” jelas Putri Astiduari.
Sampai kapan perkiraan cuaca panas di Bali ini, Putri Astiduari menjelaskan perlu menunggu gangguan cuaca yang berada di Filipina dan wilayah barat Indonesia mereda. Perkiraan cuaca di Hari Natal dan Tahun Baru (Nataru) pun juga belum bisa diprediksi secara pasti. “Belum bisa dikalkulasikan beberapa hari akan bertahan tetapi keadaan cuaca seperti ini akan kami perbaharui terus. Namun biasanya untuk bibit siklon atau siklon itu masa hidupnya satu minggu. Jadi kita perlu melihat kembali untuk seminggu ke depan seperti apa,” paparnya.
Pihaknya pun juga menghimbau kepada masyarakat untuk tidak panik dengan kondisi panas gerah seperti saat ini. “Tentunya kami menghimbau kepada masyarakat untuk terus memantau dari hasil prakiraan kami, dapat berupa dari media sosial, dari radio dari BMKG, dan kami juga saat ini telah bekerja sama dengan stasiun televisi. Jadi masyarakat bisa mengupdate informasi cuaca di kanal-kanal tersebut,” kata Putri Astiduari. *ol3
Komentar