Warga Pucuk Protes Pabrik Aspal
Akibat sakit gangguan pernapasan, seorang balita diungsikan ke rumah keluarganya di Banjar Mandung, Desa Sembung Gede, Kerambitan.
TABANAN, NusaBali
Anggota Komisi I dan Komisi II DPRD Tabanan menggelar inspeksi mendadak ke pabrik aspal PT Probocondo Tunggal Taruna di Banjar Pucuk, Desa Bantas, Kecamatan Selemadeg Timur, Tabanan, Rabu (17/5). Para wakil rakyat ini turun ke pabrik aspal setelah menerima pengaduan dari masyarakat setempat. Warga Banjar Pucuk protes dan keberatan atas operasional pabrik aspal itu.
Salah seorang warga, I Gede Wayan Darmawan, 38, mengatakan, warga keluhkan asap dan suara bising dari pabrik aspal tersebut. Darmawan bahkan terpaksa mengungsikan bayinya ke rumah keluarga di Banjar Mandung, Desa Sembung Gede, Kecamatan Kerambitan, Tabanan. Pasalnya, anaknya tiga kali berobat ke puskesmas. Menurut dokter, bayinya mengalami gangguan pernapasan. “Demi kesehatan, anak saya titip di rumah saudara di Banjar Mandung,” ungkapnya.
Darmawan yang rumahnya berjarak sekitar 75 kilometer dari pabrik aspal itu mengatakan, kepulan asap, bau, dan suara bising dialami sepanjang hari. Bahkan pada malam hari pun pabrik aspal itu beroperasi sehingga tidur warga sekitar terganggu. “Kadang buruk kerja sampai subuh,” keluhnya. Tak hanya warga Banjar Pucuk yang terganggu, gangguan asap dan bau pabrik aspal juga dirasakan krama tetangga yakni Banjar Meliling Kawan, Banjar Bangkiang Mayun, dan Banjar Jagatamu, ketiganya di Desa Meliling, Kecamatan Kerambitan.
Ditambahkan, krama semakin protes karena ada penambahan mesin pembuat aspal hotmik. Pengadaan mesin baru itu tanpa sosialisasi. Demikian pula mesin lama juga diprotes karena penempatannya tidak sesuai saat disosialisasikan ke banjar. Rencana awal, mesin aspal ditempatkan di posisi terendah karena kondisi tanah berundak-undak. Nyatanya, setelah mendapat izin justru ditempatkan di atas. “Pada perjanjian awal kami menerima saja pabrik itu karena masih awam. Tidak tahu dampaknya mengganggu kesehatan,” tandas Darmawan.
Diakui, krama sudah merasakan dampak pabrik aspal ini sejak 3 tahun lalu. Namun baru disampaikan pada paruman banjar adat, sekitar 3 minggu lalu. Bahkan paruman khusus membahas pabrik aspal ini sudah terselenggara sebanyak 2 kali. “Kami sampaikan keberatan karena takut berdampak buruk pada kesehatan,” tandasnya. Ia pun tak menampik, selama ini pihak pabrik aspal berkontribusi kepada desa maupun krama Banjar Pucuk. Manajemen pabrik aspal berkontribusi untuk dana kesehatan Rp 700 ribu per KK adat setahun. Jumlah krama sebanyak 76 KK adat. Ia pun berharap ada solusi dari pabrik aspal untuk mengurangi dampak pencemaran lingkungan.
Camat Selemadeg Timur, I Gusti Putu Ngurah Dharma Utama mengakui krama Banjar Pucuk keluhkan asap, bau, dan bising sejak tiga tahun lalu. Namun baru dibahas melalui paruman adat. Dikatakan, keinginan krama saat ini agar ada solusi terkait dampak pencemaran lingkungan. Sehingga kesehatannya tidak terganggu. Dikatakan, pabrik aspal ini sudah beroperasi sejak 8 tahun lalu.
Salah seorang karyawan di bagian operasional PT Probocondo Tunggal Taruna, I Wayan Bagiada mengakui pihaknya telah mendengar keluhan warga Banjar Pucuk sekitar 3 minggu lalu. Keluhan itu telah disikapi dengan menggelar rapat pada Senin (15/5) di kantor Perbekel Desa Bantas dihadiri perwakilan krama dan Camat Selemadeg Timur. Dikatakan, pabrik sudah beroperasi sejak 8 tahun di lahan seluas 2,5 hektare. Produksi aspal per hari 300 ton.
Dikatakan, pabrik ini beroperasi baik buat aspal maupun pecah batu jika ada pesanan. Pesanan ada dari pemerintah pusat, provinsi, maupun pemerintah kabupaten. Jika tidak ada pesanan maka karyawan yang berjumlah 42 orang tidak akan bekerja. Terkait adanya sidak dari DPRD Tabanan akan disampaikan kepada atasannya. Sementara coordinator pabrik, I Wayan Sumindra, warga Banjar Branjingan, Desa Tegal Mengkeb, Kecamatan Selemadeg Timur saat dihubungi oleh Bagiada tidak bisa datang ke pabrik.
Ketua Komisi I DPRD Tabanan, I Putu Eka Putra Nurcahyadi tidak bisa mengambil keputusan karena tidak bertemu pimpinan pabrik. Ia akan berkoordinasi dengan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu serta Dinas Lingkungan Hidup. Jika berdampak buruk dari analisa lingkungan, kemungkinan besar pabrik aspal ini direkomendasikan untuk ditutup. * d
Salah seorang warga, I Gede Wayan Darmawan, 38, mengatakan, warga keluhkan asap dan suara bising dari pabrik aspal tersebut. Darmawan bahkan terpaksa mengungsikan bayinya ke rumah keluarga di Banjar Mandung, Desa Sembung Gede, Kecamatan Kerambitan, Tabanan. Pasalnya, anaknya tiga kali berobat ke puskesmas. Menurut dokter, bayinya mengalami gangguan pernapasan. “Demi kesehatan, anak saya titip di rumah saudara di Banjar Mandung,” ungkapnya.
Darmawan yang rumahnya berjarak sekitar 75 kilometer dari pabrik aspal itu mengatakan, kepulan asap, bau, dan suara bising dialami sepanjang hari. Bahkan pada malam hari pun pabrik aspal itu beroperasi sehingga tidur warga sekitar terganggu. “Kadang buruk kerja sampai subuh,” keluhnya. Tak hanya warga Banjar Pucuk yang terganggu, gangguan asap dan bau pabrik aspal juga dirasakan krama tetangga yakni Banjar Meliling Kawan, Banjar Bangkiang Mayun, dan Banjar Jagatamu, ketiganya di Desa Meliling, Kecamatan Kerambitan.
Ditambahkan, krama semakin protes karena ada penambahan mesin pembuat aspal hotmik. Pengadaan mesin baru itu tanpa sosialisasi. Demikian pula mesin lama juga diprotes karena penempatannya tidak sesuai saat disosialisasikan ke banjar. Rencana awal, mesin aspal ditempatkan di posisi terendah karena kondisi tanah berundak-undak. Nyatanya, setelah mendapat izin justru ditempatkan di atas. “Pada perjanjian awal kami menerima saja pabrik itu karena masih awam. Tidak tahu dampaknya mengganggu kesehatan,” tandas Darmawan.
Diakui, krama sudah merasakan dampak pabrik aspal ini sejak 3 tahun lalu. Namun baru disampaikan pada paruman banjar adat, sekitar 3 minggu lalu. Bahkan paruman khusus membahas pabrik aspal ini sudah terselenggara sebanyak 2 kali. “Kami sampaikan keberatan karena takut berdampak buruk pada kesehatan,” tandasnya. Ia pun tak menampik, selama ini pihak pabrik aspal berkontribusi kepada desa maupun krama Banjar Pucuk. Manajemen pabrik aspal berkontribusi untuk dana kesehatan Rp 700 ribu per KK adat setahun. Jumlah krama sebanyak 76 KK adat. Ia pun berharap ada solusi dari pabrik aspal untuk mengurangi dampak pencemaran lingkungan.
Camat Selemadeg Timur, I Gusti Putu Ngurah Dharma Utama mengakui krama Banjar Pucuk keluhkan asap, bau, dan bising sejak tiga tahun lalu. Namun baru dibahas melalui paruman adat. Dikatakan, keinginan krama saat ini agar ada solusi terkait dampak pencemaran lingkungan. Sehingga kesehatannya tidak terganggu. Dikatakan, pabrik aspal ini sudah beroperasi sejak 8 tahun lalu.
Salah seorang karyawan di bagian operasional PT Probocondo Tunggal Taruna, I Wayan Bagiada mengakui pihaknya telah mendengar keluhan warga Banjar Pucuk sekitar 3 minggu lalu. Keluhan itu telah disikapi dengan menggelar rapat pada Senin (15/5) di kantor Perbekel Desa Bantas dihadiri perwakilan krama dan Camat Selemadeg Timur. Dikatakan, pabrik sudah beroperasi sejak 8 tahun di lahan seluas 2,5 hektare. Produksi aspal per hari 300 ton.
Dikatakan, pabrik ini beroperasi baik buat aspal maupun pecah batu jika ada pesanan. Pesanan ada dari pemerintah pusat, provinsi, maupun pemerintah kabupaten. Jika tidak ada pesanan maka karyawan yang berjumlah 42 orang tidak akan bekerja. Terkait adanya sidak dari DPRD Tabanan akan disampaikan kepada atasannya. Sementara coordinator pabrik, I Wayan Sumindra, warga Banjar Branjingan, Desa Tegal Mengkeb, Kecamatan Selemadeg Timur saat dihubungi oleh Bagiada tidak bisa datang ke pabrik.
Ketua Komisi I DPRD Tabanan, I Putu Eka Putra Nurcahyadi tidak bisa mengambil keputusan karena tidak bertemu pimpinan pabrik. Ia akan berkoordinasi dengan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu serta Dinas Lingkungan Hidup. Jika berdampak buruk dari analisa lingkungan, kemungkinan besar pabrik aspal ini direkomendasikan untuk ditutup. * d
1
Komentar