MEMBUMI Project, Meregenerasi Perajin Gerabah Melalui Inovasi Produk
DENPASAR, NusaBali.com - Denpasar Festival pada 21- 25 Desember, menjadi berkah tersendiri bagi ratusan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang hadir untuk mengenalkan produk-produknya di tengah masyarakat.
Salah satunya produk UMKM dari MEMBUMI yang menerapkan konsep sebagai sociopreneur, atau usaha yang bertujuan tak hanya sekadar meraih keuntungan semata, namun juga mempertimbangkan kebermanfaatan bagi masyarakat serta lingkungan sekitar.
MEMBUMI hadir dengan membantu memasarkan dan menginovasi produksi gerabah dari para perajin gerabah di Banjar Binoh Kaja, Desa Ubung Kaja, Denpasar Utara sejak awal tahun 2022 ini.
Seperti diketahui Banjar Binoh Kaja merupakan salah satu sentra kerajinan gerabah yang telah hadir sejak puluhan tahun lalu dan terkenal sampai ke pelosok Bali saat masa jayanya.
"Awalnya kami melakukan riset saat tahun 2021 lalu, dimana fokus utamanya melihat keprihatinan terhadap para perajin gerabah yang semuanya telah berusia lanjut, maka usaha ini hadir untuk membantu meregenerasi perajin melalui edukasi berupa workshop dan inovasi produk gerabah," ungkap owner MEMBUMI, Putu Surya Triana Dewi, Jumat (23/12/2022).
Wanita yang akrab disapa Dewi Std ini menambahkan dari hasil riset yang ia lakukan bersama dua rekannya yaitu Yogik Adnyana dan Ratih Widianingtias ini, maka lahirlah inovasi-inovasi produk gerabah yang dihasilkan.
Yaitu berupa produk gerabah berukuran lebih kecil dari biasanya, seperti pot bunga, lalu ada mok atau mug yang bisa digunakan sebagai wadah minuman, dan ada celengan mini serta beberapa jenis inovasi gerabah lainnya dengan tampilan yang aestetik guna mempercantik desain interior di dalam rumah.
"Sebab selama ini kita ketahui produksi gerabah dikenal dengan ukuran besar-besar. Melalui inovasi produk lebih kecil seperti inilah yang lebih banyak menarik generasi muda untuk ikut berkecimpung melestarikan produk-produk gerabah ini," tuturnya.
Selain inovasi produk, menurutnya MEMBUMI juga rutin mengadakan workshop tata cara pembuatan gerabah ke masyarakat disetiap minggunya.
"Istilahnya kami adakan 'bermain tanah', karena di Binoh sendiri, cara teknik produksi paling dasar pembuatan gerabahnya masih cara tradisional atau hand building, hal tersebut yang menjadi pembeda dengan sentra-sentra perajin gerabah daerah lainnya," ujarnya.
Bahkan menurutnya saat digelarnya workshop, akhirnya banyak warga masyarakat tertarik untuk mengetahui produksi inovasi gerabah Binoh.
"Dari sana juga menjadi ajang promosi, karena sering juga wisatawan asing ikut workshop yang akhirnya membantu memasarkan di negaranya," terangnya.
Lebih lanjut wanita yang kesehariannya berprofesi sebagai dosen di Insititut Desain dan Bisnis (IDB Bali) ini mengatakan, produk gerabah yang MEMBUMI pasarkan memiliki harga cukup bervariasi mulai dari Rp 20 ribuan hingga termahal sekitar Rp 200 ribuan.
"Paling mahal itu biasanya produk gerabah berupa gentong-gentong untuk penampungan air yang berukuran besar," jelas Dewi Std.
Diapun berharap di tengah perkembangan zaman yang serba modern saat ini, kerajinan warisan leluhur seperti gerabah masih tetap eksis ditengah masyarakat.
"Dan semoga dengan hadirnya MEMBUMI dapat memberikan efek positif, baik itu dari sisi ekonomi serta regenerasi kelestarian para perajin gerabah," tandasnya.*aps
1
Komentar