Sepakbola Indonesia Pasca Tragedi Kanjuruhan, Cetak Prestasi dari Kolaborasi PSSI-Pemerintah & FIFA
PROYEKSI 2022: Bidang OLAHRAGA
PSSI dan Timnas Indonesia akan menghadapi agenda besar pada tahun 2023, yakni Piala Dunia U-20 2023.
Indonesia akan menjadi tuan rumah kejuaraan yang dilaksanakan pada 20 Mei hingga 11 Juni 2023. Venue akan disebar di beberapa kota, salah satunya Stadion Kapten Wayan Dipta, Gianyar. Sebelumnya, Timnas U-20 juga akan berlaga di Piala Asia U-20 di Uzbekistan, 1-18 Maret 2023. Lalu Timnas U-23 plus tampil di SEA Games 2023 di Kamboja, 5-16 Mei. Puncaknya, Timnas senior tampil di Piala Asia di Qatar, pada 16 Juni-16 Juli 2023. Timnas senior harus menanti sekitar 15 tahun atau sejak 2007 untuk kembali tampil di Piala Asia.
Menghadapi agenda besar tersebut, langkah PSSI dan Timnas Indonesia tidak mulus. Kompetisi sempat terhenti akibat Tragedi Kanjuruhan yang menewaskan 135 suporter dan petugas keamanan, saat laga tuan rumah Arema FC kontra Persebaya Surabaya, dalam Kompetisi Liga 1 pada Sabtu, 1 Oktober 2022.
Tragedi itu muncul di saat Timnas Indonesia tampil bagus di berbagai kelompok umur. Situasi itu sungguh tidak seperti yang diharapkan di tengah ‘gairah baru’ Timnas di beberapa level usia. Tragedi seolah jadi beban berat sepak bola nasional. Tragedi Kajuruhan menjadi salah satu yang terburuk di seluruh dunia, berkaitan dengan sepak bola.
Akibat tragedi itu kompetisi sempat terhenti hampir dua bulan dan baru bergulir pada Jumat, 2 Desember lalu, untuk Kompetisi Liga 1. Sedangkan Kompetisi Liga 2 dan Liga 3 akan dimulai Februari 2023.
Penghentian seluruh kompetisi sepakbola di Indonesia itu, menyusul langkah Pemerintah membentuk Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) yang dipimpin Menko Polhukam Mahfud MD.
Selain penghentian kompetisi dan kegiatan PSSI (sepakbola) di tanah air, salah satu rekomendasi TGIPF adalah perombakan di jajaran pengurus PSSI melalui Kongres Luar Biasa PSSI. Selain itu, Kapolri Jenderal Listyo Sigit juga mengumumkan hasil penyelidikan dan penyidikan. Polri menetapkan enam orang tersangka Tragedi Kanjuruhan.
Akibat Tragedi Kanjuruhan arus sepakbola Indonesia berubah. Betapa tidak, FIFA pun turun tangan dan merekomendasi kompetisi untuk dilanjutkan lagi secara bertahap. Yakni digelar terpusat dan tanpa penonton.
Langkah itu dinilai solutif, karena kompetisi sepak bola bukanlah semata-mata hiburan bagi penghobi bola. Kompetisi itu juga lahan ribuan orang mencari penghidupan. Setiap laga pasti memiliki multiplier effect.
Sepakbola Indonesia, meski belum besar, berangsur jadi industri yang menampung puluhan ributenaga kerja. Selain para pemain atau pelatih, di lapangan ada tim medis, dokter, fisoterapis, hingga psikiater. Ada pula satpam stadion, tukang parkir, pemotong rumput hingga pedagang kios sekitar stadion.
Tiap klub Liga 1 punya ribuan suporter fanatik. Selain dari penjualan tiket, pemasukan klub juga dari penjualan marchandise. Ceruk pasar ini mendorong tumbuhnya UMKM pembuat cendera mata klub. Di luar itu semua, duit terbesar tentu saja dari sponsor dan hak siar.
Transfermarkt menyebutkan, 18 klub anggota Liga 1 bernilai total Rp 1,27 triliun. Angka itu hanya dari hitungan nilai pasar para pemain. Total uang berputar tentu berkali lipat bila memperhitungkan sponsor, hak siar, dan penjualan tiket serta cendera mata. Betapa sayang bila industri yang sudah mulai bangkit pasca-pandemi ini harus berhenti. Itu tadi dari sisi ekonomi.
Dari sisi keolahragaan, pembubaran atau penghentian kompetisi bakal berpengaruh negatif pada pembinaan dan prestasi. Setelah tak bertanding selama dua bulan kondisi fisik pemain akan menurun. Terkait pemain nasional juga akan terpengaruh, baik fisik dan atmosfir pertandingan.
FIFA (Federasi Sepak Bola Internasional) pun turun tangan dalam perbaikan tata kelola kompetisi sepakbola Indonesia, usai Presiden Jokowi menjalin komunikasi dengan Presiden FIFA Gianni Infantino. Indonesia pun terhindar dari sanksi FIFA meski dalam Tragedi Kanjuruhan jelas terjadi pelanggaran penggunaan gas air mata dalam penanganan suporter.
Selanjutnya FIFA akan membangun standar keamanan di seluruh stadion di Indonesia. Yakni, diformulasikan dengan standar dan protokol serta prosedur pengamanan oleh kepolisian berdasarkan standar keamanan internasional.
Jadwal pertandingan juga diatur dengan memperhitungkan potensi-potensi risiko. Bila FIFA turun tangan diharapkan kompetisi terus bergulir. Tentu saja dengan aturan ketat sesuai regulasi internasional selaras dengan bagaimana FIFA memberikan supervisi pada pembangunan sepakbola Indonesia. *
Budi Harminto
Wartawan NusaBali
Wartawan NusaBali
1
Komentar