Kasus DBD di Buleleng Menurun
SINGARAJA, NusaBali - Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Buleleng dalam tiga tahun terakhir mengalami penurunan. Data Dinas Kesehatan (Dinkes) Buleleng, bulan Desember 2022 total tercatat 821 kasus.
Meski demikian, upaya pencegahan terus dilakukan untuk menekan kasus DBD terjadi di Buleleng. Kepala Dinkes Buleleng, dr Sucipto mengatakan, kasus DBD selama 2022 menurun dibandingkan tahun 2020 yang mencapai sekitar 3.402 kasus. Sedangkan tahun 2021 ada sebanyak 1.023 kasus DBD terjadi di Buleleng. Upaya pencegahan terus dilakukan Dinkes Buleleng bersama pihak terkait, dengan penyuluhan dan fogging di tempat berpotensi terjadi DBD.
"Kasus DBD 2022 terjadi penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. Dengan adanya perubahan cuaca, tidak menutup kemungkinan DBD bisa terjadi. Kami selalu lakukan pencegahan baik penyuluhan dan fogging. Kami juga lakukan fogging jika ditemukan masyarakat terkena DBD," kata Sucipto, Jumat (16/12).
Selain melakukan beberapa upaya pencegahan itu, pada 2023 Dinkes Buleleng juga bakal mencoba untuk menerapkan program walbasing yakni penerapan teknologi Wolbachia yang merupakan hasil riset dari World Mosquito Program (WMP) yang bekerjasama dengan Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta dan Yayasan Tahija.
Melalui program Walbasing ini, Sucipto pun sangat yakin, kasus DBD di Buleleng bisa mengalami penurunan sampai 74 persen. "Ya kebetulan kami di tahun 2023 nanti mendapat program itu (walbasing). Mudah-mudahan semua berjalan lancar, tapi sebelumnya kami akan melakukan sosialisasi karena kami harus memberikan pemahaman ke masyarakat," jelas Sucipto.
Meski demikian, Sucipto kembali mengimbau, agar masyarakat di Buleleng tetap menerapkan pola hidup bersih dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mencegah terjadinya kasus DBD. "Kami tetap imbau masyarakat menjalankan seperti gerakan manusia hidup bersinar sehat dan ada perubahan perilaku dari masyarakat supaya hidup bersih dan sehat," pungkas Sucipto. *mz
Komentar