Bisnis Babi Guling Kembali Pulih
Sempat digoyang meningitis streptococcus suis (MSS), bisnis kuliner babi guling telah pulih. Pedagang babi guling tentu saja bergairah.
DENPASAR, NusaBali
Hal itu lantaran, mereka relatif dapat penghasilan untuk memenuhi keperluan rumah rumah tangga dan kebutuhan lainnya. Sedang saat informasi MSS beberapa bulan lalu merebak, para pedagang/pembuat babi guling sempat kelimpungan.
“Astungkara, sekarang sudah membaik pasarannya,” ujar I Kadek Mudiasa, seorang pedagang babi guling di Jalan Trengguli Banjar Tembawu Kaja Kelurahan Penatih, Jumat (19/5).
Dikatakan Mudiasa, sebelumnya ketika informasi ‘MMS’ merebak, dia dan juga mereka yang bergelut dalam bisnis babi, khususnya jual beli babi guling, sempat mengalami kesulitan. “ Pesananan jarang waktu itu,” ucap pria asal asal Karangasem ini.
Syukurlah, lanjutnya, MSS tersebut mereda, sehingga ‘bisnis’ babi guling pulih. Pesanan mulai berdatangan, walau di pihak lain harga kucit (anak babi bakal guling) juga naik. “Yang penting ada pesanan, walau untungnya tidak banyak,” ucap Mudiasa, sambil sibuk memanggang guling.
Dari penuturan Mudiasa, jenis guling yang banyak dipesan warga adalah jenis guling dengan berat antara 40 kilogram sampai 50 kilogram. Babi guling dengan bobot 40 -50 kilogram, banyak digunakan untuk tetandingan banten/upakara. “ Untuk perlengkapan bebangkit, juga ada untuk penauran,” lanjutnya.
Sedang babi guling untuk para pedagang nasi babi guling, biasanya memesan babi guling yang berbobot di atas 60 kilogram. “Saya biasa ngguling kucit bobot 100 kilo,” tambah Mudiasa. Harganya berkisar Rp 1,5 juta sampai Rp 2 juta lebih.
Bagi pebisnis babi guling, sejauh ini tidak ada persoalan dalam mendapatkan bakalan guling. Hal itu karena stok kucit (anak babi) yang tersedia, mengingat tersebarnya peternakan babi di Denpasar. Di antaranya di kawasan Peguyangan, di kawasan Penatih dan lokasi lain di Denpasar. Harga per kilo kucit sekarang ini rata-rata Rp 24.000 .
Sebelumnya sebagaimana di tempat lain, para pedagang atau pebisnis babi guling sempat kelimpungan karena merebaknya informasi serangan MSS pada babi, antara Februari – Maret. Namun informasi tersebut kemudian mereda, setelah dilakukan berbagai upaya dilakukan berbagai pihak terkait baik pemerintah dan warga sendiri, untuk menjernihkan informasi. Salah satunya bagaimana mengkonsumsi daging, daging babi secara aman, yakni dengan memasak secara matang. *k17
“Astungkara, sekarang sudah membaik pasarannya,” ujar I Kadek Mudiasa, seorang pedagang babi guling di Jalan Trengguli Banjar Tembawu Kaja Kelurahan Penatih, Jumat (19/5).
Dikatakan Mudiasa, sebelumnya ketika informasi ‘MMS’ merebak, dia dan juga mereka yang bergelut dalam bisnis babi, khususnya jual beli babi guling, sempat mengalami kesulitan. “ Pesananan jarang waktu itu,” ucap pria asal asal Karangasem ini.
Syukurlah, lanjutnya, MSS tersebut mereda, sehingga ‘bisnis’ babi guling pulih. Pesanan mulai berdatangan, walau di pihak lain harga kucit (anak babi bakal guling) juga naik. “Yang penting ada pesanan, walau untungnya tidak banyak,” ucap Mudiasa, sambil sibuk memanggang guling.
Dari penuturan Mudiasa, jenis guling yang banyak dipesan warga adalah jenis guling dengan berat antara 40 kilogram sampai 50 kilogram. Babi guling dengan bobot 40 -50 kilogram, banyak digunakan untuk tetandingan banten/upakara. “ Untuk perlengkapan bebangkit, juga ada untuk penauran,” lanjutnya.
Sedang babi guling untuk para pedagang nasi babi guling, biasanya memesan babi guling yang berbobot di atas 60 kilogram. “Saya biasa ngguling kucit bobot 100 kilo,” tambah Mudiasa. Harganya berkisar Rp 1,5 juta sampai Rp 2 juta lebih.
Bagi pebisnis babi guling, sejauh ini tidak ada persoalan dalam mendapatkan bakalan guling. Hal itu karena stok kucit (anak babi) yang tersedia, mengingat tersebarnya peternakan babi di Denpasar. Di antaranya di kawasan Peguyangan, di kawasan Penatih dan lokasi lain di Denpasar. Harga per kilo kucit sekarang ini rata-rata Rp 24.000 .
Sebelumnya sebagaimana di tempat lain, para pedagang atau pebisnis babi guling sempat kelimpungan karena merebaknya informasi serangan MSS pada babi, antara Februari – Maret. Namun informasi tersebut kemudian mereda, setelah dilakukan berbagai upaya dilakukan berbagai pihak terkait baik pemerintah dan warga sendiri, untuk menjernihkan informasi. Salah satunya bagaimana mengkonsumsi daging, daging babi secara aman, yakni dengan memasak secara matang. *k17
Komentar