Lestarikan Tenun Cagcag, Warga Sembiran Jalani Pelatihan
SINGARAJA, NusaBali - Sebanyak 15 orang warga Desa Sembiran, Kecamatan Tejakula, Buleleng, dilatih menenun dengan teknik tradisional menggunakan cagcag (alat tenun).
Pelatihan yang dikemas dalam bimbingan teknis ini dilaksanakan 16-20 Desember. Pelatihan ini dimaksudkan untuk meregenerasi penenun kain tenun Bebali khas Desa Sembiran, yang saat ini potensi kepunahannya sangat besar jika tidak dijaga dengan baik.
Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan UKM (Disperindagkop UKM) Buleleng menggandeng Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Bali. Sekretaris Disperindagkop UKM Buleleng Ariston Adhi Pamungkas mengatakan seluruh kegiatan ini dimaksudkan untuk melestarikan adat dan budaya.
Desa Sembiran sebagai salah satu desa tua di Buleleng memiliki karya kain tenun khas yang dinamakan kain bebali. Dari segi motif, bahan dan warna sangat jauh berbeda pada kain tenun endek pada umumnya. “Kami akan lebih menggencarkan dan responsif lagi dalam pelaksanaan regenerasi sehingga adat dan budaya Bali tetap lestari demi anak cucu kita nanti,” tegas Ariston.
Kabupaten Buleleng ke depannya juga telah menyiapkan skema dukungan pemasaran. Salah satunya akan menjadi satu produk UKM yang diprioritaskan masuk ke Pusat Layanan Usaha Terpadu (PLUT). Inkubator kriya yang disisipkan di PLUT akan mengoptimalkan UKM tenun yang ada di Desa Sembiran.
Ketua Dekranasda Bali Putri Suastini Koster menegaskan akan melakukan berbagai upaya untuk tetap mempertahankan tenun ikat asli lokal agar tidak mengalami kepunahan. Ancaman ini disebutnya merupakan hal serius, karena gempuran persaingan produksi kain endek produksi pabrik yang harganya jauh lebih murah.
Kain tenun khas Sembiran yang disebutnya lebih tua dari tenun gringsing di Tenganan, Karangasem, harus dijaga regenerasinya, sehingga produksi berkesinambungan. Istri Gubernur Bali Wayan Koster ini juga menyebut perlu ada sinergi dari Pemerintah Desa (Pemdes) dengan desa adat, untuk segera memastikan pararem yang mengatur tentang penggunaan tenun tersebut bagi masyarakat sekitar.
Kebijakan ini yang harus digencarkan sebagai bentuk apresiasi kinerja dari perajin tenun. “Dengan kita memakai kain tersebut alhasil permintaan tenun akan terus ada dan masyarakat Sembiran khususnya yang menjadi perajin akan terus menenun,” ungkap Putri Koster.
Langkah ini juga harus tetap didukung dari pihak Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Sembiran, yang harus mengawal hasil dari kerajinan. BUMDes memiliki tugas untuk pemasaran produk dengan harga yang kompetitif di pasaran.
Seorang peserta Bimtek Kadek Dwi Suardiani mengapresiasi kegiatan yang diselenggarakan Dekranasda Provinsi Bali ini sehingga mendapat ilmu dan pengalaman baru dalam hal tenun cagcag yang merupakan ciri khas kerajinan Desa Sembiran. Selama pelatihan hari ini dirinya mengaku sudah mendapatkan ilmu dalam hal tenun cagcag, serta teknik menggulung benang.
“Kalau tenun ini saya sudah mengetahuinya sejak lama, namun untuk mencoba mendalami pembuatannya baru kali ini. Semoga dengan pelatihan tenun ini dapat melestarikan tenun cagcag serta dapat dikenal banyak orang,” kata Dwi. 7k23
1
Komentar