Penjualan Kembang Api di Bangli Masih 'Redup'
BANGLI, NusaBali
Kembang api identik dengan perayaan pergantian tahun. Pedagang kembang api musiman mulai berjualan di beberapa lokasi di Kota Bangli.
Meski tinggal menghitung hari perayaan tahun baru 2023, penjualan kembang api di bumi sejuk ini, masih ‘redup’ alias belum banyak.
Kondisi itu jauh berbeda dari tahun-tahun sebelum pandemi Covid-19. Seperti yang disampaikan sseorang pedagang kembang api di Pasar Kidul Bangli, Komang Darmayasa. Menurut dia, dari pengalaman tahun-tahun sebelumnya, penjualan kembang api meningkat mulai 25 Desember dan puncaknya, 31 Desember. Rata-rata penjualan per hari bisa mencapai Rp 1,5 juta.
Namun, saat ini penjualan menurun dan juga tidak menentu. Diakui, dalam sehari penjualan kisaran Rp 200 ribu. "Sempat dapat jualan kemarin Rp 1 juta. Sebelebihnya dapat jualan ratusan ribu rupiah saja. Lapak sudah buka dari 10 Desember lalu," ungkapnya Selasa (27/12).
Pria asal Kelurahan Cempaga, Bangli ini memanfaatkan mobil bak terbuka untuk jualan. Lapak dibuka mulai dari jam 08.00 wita sampai jam 21.00 Wita.
Menurutnya, penurunan minat masyarakat membeli kembang api kemungkinan karena banyak faktor. Seperti ekonomi masih lemah karena pandemi. "Sebelum pandemi banyak pedagang kembang api. Meski saingan banyak, tapi kami masih dapat jualan. Sekarang yang jualan sedikit, pembeli juga kurang," ujarnya.
Pedagang kembang api lainnya, Kadek Yoga menambahkan. Omzet penjualan kembang apinya tahun ini berkurang drastis. Jika biasanya jelang akhir tahun, dia dapat berjualan hingga belasan juta per hari, kini hanya Rp 1,5 jutaan per hari. Kata dia, faktor pandemi Covid-19, menjadi awal anjloknya perekonomian masyarakat.
Kondisi itu cukup berpengaruh terhadap pembelian kembang api. Untuk tahun ini, jelas dia, penurunan penjualan kembang api juga karena mendekati hari raya Galungan. Mungkin uang masyarakat lebih difokuskan untuk hari raya. ‘’Maka, membeli kembang api dikesampingkan dulu," sebutnya. *esa.
Komentar