Festival Seni Budaya ABS Regenerasi Penerus Tri Hita Karana
Festival Seni dan Budaya
Aksara Bahasa dan Sastra
Tri Hita Karana
Desa Bongkasa Pertiwi
Yellow Garden Community
MANGUPURA, NusaBali.com – Tim Penyuluh Bahasa Bali Kecamatan Abiansemal menggelar Festival Seni dan Budaya: Aksara, Bahasa, dan Sastra (ABS) Bali untuk meregenerasi penerus nilai Tri Hita Karana.
Perhelatan yang digelar perdana ini berlangsung selama dua hari hingga Sabtu (17/12/2022) di Yellow Garden Community, Banjar Tegal Kuning, Desa Bongkasa Pertiwi.
Festival yang menekankan relevansi nilai Tri Hita Karana sebagai poros kehidupan ini dikemas melalui regenerasi penerus seni dan budaya Bali yang erat kaitannya dengan keperluan adat dan agama Hindu Bali.
"Melalui festival ini kami ingin mengedukasi generasi penerus dari kalangan anak-anak hingga remaja agar mampu melestarikan budaya, adat, seni, tradisi, dan agama," kata Koordinator Tim Penyuluh Bahasa Bali Kecamatan Abiansemal, I Nyoman Sugita, ketika dijumpai di sela-sela acara pada Jumat (16/12/2022) siang.
Proses regenerasi ini, lanjut Sugita, dikemas dan dipandu dalam filosofi keharmonisan tiga elemen yakni lingkungan, manusia, dan sang pencipta. Regenerasi atau penjaringan bibit-bibit penerus kekayaan budaya Bali ini tidak terlepas dari kebutuhan adat dan agama Hindu di Bali yang berkaitan erat dengan berbagai aktualisasi aksara, bahasa, dan sastra.
Pelaksanaan regenerasi yang selaras dengan Tri Hita Karana ini ditunjukkan melalui agenda kegiatan yang menghayati setiap komponen filosofi yang adiluhung tersebut. Misalnya pada hari pertama ini diadakan jalan santai menyusuri wilayah Desa Bongkasa dan Desa Bongkasa Pertiwi. Tidak sekadar jalan santai, sepanjang rute yang dilalui dilakukan pembersihan sampah plastik.
Sampah plastik itu pun selanjutnya dikelola kembali oleh generasi belia yang berpartisipasi dalam jalan santai tersebut yakni siswa SMPN 4 Abiansemal. Melalui pelatihan dan pendampingan dari Yellow Garden Community, sampah plastik tersebut akan diolah menjadi beberapa produk hasil kreativitas para siswa.
Kegiatan jalan santai memunggut sampah plastik ini mencerminkan nilai Palemahan alias keharmonisan dengan lingkungan dalam konsep Tri Hita Karana. Sementara nilai Parahyangan muncul pada ajang lomba dharmagita, dalam hal ini macepat yang memakai Pupuh Ginada, Ginanti, dan Semarandana. Ketiga pupuh ini lumrah dilantunkan dalam pelaksaan yadnya di Bali.
Selain dharmagita, di hari kedua nanti akan ada aktivitas menyurat lontar, mengayam, membuat ukiran, serta aktivitas budaya lain yang mampu menguatkan interaksi antarwarga masyarakat. Lantaran, meskipun sasarannya adalah generasi muda, pihak yang digandeng berasal dari berbagai kalangan mulai dari usai paling belia yakni PAUD hingga lansia.
Selain pelestarian terhadap budaya ngadat atau manyama braya atau merujuk pada nilai Pawongan lewat pelatihan mengayam piranti banten, nilai yadnya pun ikut tercakup dalam aktivitas ini. Lantaran, setiap aktivitas kebudayaan di Bali dinapasi motivasi beryadnya.
Menurut Camat Abiansemal IB Putu Mas Arimbawa, pelaksanaan Festival Seni dan Budaya ABS ini mencerminkan nilai Pawongan yang solid melalui kolaborasi berbagai pihak. Sebab, penyelenggaraan festival ini merupakan produk sinergitas antara Tim Penyuluh Bahasa Bali dan Pasikian Yowana Kecamatan Abiansemal.
Selain itu terdapat pula unsur pemerintah dari Desa Bongkasa, Desa Bongkasa Pertiwi, dan Pemerintah Kecamatan Abiansemal, juga lembaga pendidikan se-Kecamatan Abiansemal. Pihak swasta pun tidak ketinggalan yakni Yellow Garden Community sebagai penyedia tempat penyelenggaraan.
"Harapan saya tentu event ini tidak berhenti di sini. Karena ini untuk menggali potensi, mempertahankan tradisi, dan meneruskan tradisi kepada kader-kader seniman yang dapat melestarikan budaya Bali. Mulai dari Abiansemal," ujar Mas Arimbawa.
Senada dengan sang Camat, Sugita berharap perhelatan ini dapat bekelanjutan dengan tema yang lebih dapat menjangkau masyarakat. Selain itu, Sugita berharap bisa mendapatkan dukungan langsung dari pemerintah daerah. Kata Sugita, secara moral festival ini sudah didukung penuh oleh Pemprov dan Pemkab Badung namun diharapkan untuk perhelatan selanjutnya ada dukungan yang lebih konkret.
"Kami berharap dapat lebih difasilitasi untuk perhelatan selanjutnya. Untuk yang pertama ini kami memberani diri untuk memulai dengan mimpi dan angan-angan demi kelestarian adat, budaya, dan agama di Bali," tandas Sugita. *rat
Komentar