Pemilu 2024 Ajang Perebutan Suara Pemilih Muda
Jaringan Demokrasi Indonesia
Pemilu 2024
Partai Politik
KPU RI
Yayasan Rumah Kebangsaan dan Kebhinekaan
DENPASAR, NusaBali.com - Penetapan partai politik (parpol) peserta Pemilu 2024 telah dilaksanakan KPU RI, Rabu (14/12/2022). Terdata 17 kontestan parpol siap berkontestasi memperebutkan suara pemilih yang diprediksi lebih dari 190 juta jiwa pemilih.
Dari jumlah tersebut diperkirakan 60 persennya adalah pemilih muda yaitu pemili yang didefinisakan sebagai warga berusia 17-39 tahun, selain itu adapula pemilih pemula yang masuk didalam angka tersebut.
Menurut Presidium Jaringan Demokrasi Indonesia (JADI) Provinsi Bali Ketut Udi Prayudi mengatakan jumlah pemilih muda yang begitu banyak ini, harus mampu dimaksimalkan partai peserta pemilu melalui strategi yang menarik dalam menggaet hati pemilih muda.
"Karena utamanya pemilih muda, maka gaya kampanye harus kreatif dan masuk ke hal yang bersifat disukai kalangan mereka, seperti penggunaan media sosial contohnya, karena disana lah ceruk besar untuk meningkatkan elektabilitas dan keterpopuleran suatu tokoh ataupun parpol," ungkap Udi Prayudi, saat dijumpai di Rumah Kebangsaan & Kebhinekaan Pasraman Satyam Eva Jayate, Jalan Trengguli, Penatih, Denpasar, Kamis (15/12/2022).
Bahkan Udi Prayudi yang merupakan anggota KPU Provinsi Bali periode 2008-2013 ini memprediksi gaya kampanye parpol yang bersifat euforia seperti pengumpulan massa akan kurang efektif dilakukan saat ini.
"Karena hal itu hanyalah semacam euforia sesaat saja. Saya rasa lebih baik mengedukasi melalui media sosial dengan program-program yang menarik," tambahnya.
Selain itu dia menjelaskan ketertarikan pemilih juga berkorelasi dengan calon Presiden yang akan diusung parpol pada Pilpres mendatang.
"Efek ekor jas atau coattail effect yang dimaknai sebagai pengaruh figur calon Presiden dalam meningkatkan suara partai di Pemilu saya kira masih akan kuat untuk mempengaruhi minat pemilih. Dan ini yang perlu diperhatikan oleh parpol terkhususnya di Bali, terutama melihat calon yang memiliki elektabilitas tinggi dan disukai masyarakat disini, seperti saat efek Jokowi pada 2019 lalu," jelasnya.
Terkhusus di Bali, Udi menambahkan partai-partai berideologi nasionalis tampaknya masih memiliki efek kuat di hati masyarakat pemilih.
"Ideologi juga mempengaruhi ketertarikan pemilih, dan di Bali saya rasa seperti pemilu-pemilu sebelumya partai nasionalis tetap jadi pilihan," ujar Presidium Forum Alumni KMHDI ini.
Lebih lanjut menurutnya tantangan kedepan nampaknya akan dimiliki partai-partai baru peserta pemilu, terhitung ada 3 partai baru yang akan mewarnai pesta demokrasi nanti, yaitu Partai Gelombang Rakyat Indonesia (Gelora), Partai Buruh hingga Partai Kebangkitan Nusantara (PKN) besutan Gede Pasek Suardika.
"Terutama melihat cengkraman yang begitu kuat dan mengakar dari partai yang berkuasa di Bali begitu terasa di masyarakat tetapi potensi partai baru untuk mendulang suara itu tetap ada, hanya perlu strategi dan usaha yang lebih. Terutama saat bertarung di kabupaten-kabupaten di Bali yang selama ini telah digenggam dan menjadi basis massa partai penguasa, namum jalan terbaiknya ialah memaksimalkan di daerah pemilihan yang heterogen seperti di Kota Denpasar," tandas Udi yang juga Ketua Umum Yayasan Rumah Kebangsaan dan Kebhinekaan. *aps
Komentar