World Water Forum (WWF) ke-10 Digelar di Bali, Kearifan Lokal Bali Mengenai Air Bisa Jadi Acuan Dunia
DENPASAR, NusaBali - Pemilihan Bali sebagai tempat pelaksanaan World Water Forum (WWF) ke-10 pada tahun 2024 mendatang merupakan salah satu kebanggaan bagi Pemerintah, khususnya Pemerintah Provinsi Bali.
Melalui forum tersebut akan diperoleh berbagai manfaat bagi bangsa dan negara Indonesia, termasuk masyarakat Bali sendiri. Terdapat ruang untuk memperkenalkan kearifan lokal Bali dalam melihat air.
Pemerhati lingkungan Bali Dr Ir Gede Sedana MSc MMA menyampaikan air bagi masyarakat Hindu Bali menjadi bagian dari alam semesta yang memiliki nilai-nilai penting, seperti nilai religius, nilai sakral, nilai sosial, nilai budaya, nilai ekonomis dan lain sebagainya. Bahkan gaung dan gema memuliakan air semakin membumi dan memasyarakat guna menjaga kesucian, kemuliaan air bagi kehidupan masyarakat.
"Penghargaan dan pengakuan terhadap air oleh masyarakat telah ditunjukkan sejak peradaban Bali mulai terbentuk hingga saat ini," ujar Sedana, Selasa (20/12). Dikatakan, ketersediaan air di alam semesta selalu diibaratkan dengan adanya air di dalam tubuh makhluk hidup. Manusia yang menjadikan air sebagai kebutuhan vital. Sedana yang juga Ketua HKTI (Himpunan Kerukunan Tani Indonesia) Bali menuturkan, air tidak saja dibutuhkan oleh makhluk hidup tetapi juga sangat dibutuhkan oleh unsur alam lainnya, seperti tanah dan udara karena merupakan satu kesatuan dalam sistem di alam semesta.
Oleh karena itu, lanjut Sedana, penyelenggaraan WWF ke-10 pada 2024 nanti harus dapat dijadikan momentum oleh Pemerintah dan masyarakat Bali secara khusus dan masyarakat Indonesia dan global secara umum, untuk saling berbagi pengetahuan dan pengalaman yang berkenaan dengan pelestarian dan pemuliaan air.
Forum nanti juga sangat diharapkan menghasilkan kebijakan-kebijakan yang sifatnya komprehensif atau holistik yang melibatkan berbagai disiplin ilmu dan berbagai pemangku kepentingan. "Nilai-nilai local wisdom Bali agar bisa dijadikan acuan bagi negara-negara lain di dalam mengelola ekosistem yang di dalamnya terdapat aspek air," sebut Rektor Universitas Dwijendra Denpasar ini.
Beberapa nilai local wisdom Bali seperti Tri Hita Karana selalu memberikan roh dan napas untuk menjaga lingkungan melalui membangun hubungan yang harmonis, yaitu hubungan harmonis bersama Tuhan, hubungan harmonis dengan sesama manusia, dan hubungan harmonis dengan alamnya.
Nilai budaya lainnya yang dapat diangkat dan diterapkan oleh bangsa-bangsa di dunia adalah beberapa bagian dari 'Sat Kerthi Loka Bali, seperti Danu Kerthi, Wana Kerthi, dan Segara Kerthi.
Sedana mengatakan, pengejawantahan nilia-nilai budaya yang merupakan konsep adiluhung Bali tersebut harus dirumuskan dalam tataran akademik, kebijakan, dan program-program implementatif. Misalnya dalam aspek konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air. Sedana pun mendukung pengajuan Gubernur Bali untuk mengadakan WWF ke-10 tahun 2024 pada tanggal 18-24 Mei 2024. Karena puncak pelaksanaannya akan bertepatan dengan hari baik menurut kearifan lokal Bali, yaitu Tumpek Uye.
"Bali sebagai pulau yang relatif kecil harus mampu dikelola sumber daya airnya secara terintegrasi dari aspek geografis, lintas sektor, inter-disiplin, budaya, ekonomi dan lain sebagainya sehingga memberikan manfaat yang berkelanjutan bagi manusia dan lingkungan alam atau semesta di saat ini dan masa mendatang," pungkasnya. 7 cr78
Komentar