I Ketut Darma Putra, Penyandang Disabilitas yang Bantu Sesamanya
I Ketut Darma Putra, 38, dipercaya sebagai petugas lapangan Yayasan Pusat Pemberdayaan Penyandang Disabilitas (Puspadi) Bali.
Survei di Perbukitan, Tantangan Terberat saat Hujan
AMLAPURA, NusaBali
Tugasnya adalah melakukan survei calon penerima bantuan dari yayasan tersebut. Domisili calon penerima bantuan tidak selalu di tempat yang gampang ditempuh. Tak jarang, Darma Putra yang menyandang disabilitas, harus naik bukit. Namun dia tak patah semangat untuk membantu sesama.
“Saya lebih sering jalan kaki gunakan tongkat, walau jalannya terjal tidak masalah,” katanya saat ditemui di Amlapura, Minggu (21/5).
Sebab syarat mendapatkan bantuan, calon penerima bantuan harus disurvei agar diketahui kondisi rumah dan jenis bantuan yang diperlukan. Walau bantuan berupa kursi roda, jenis kursi rodanya mesti disesuaikan.
Darma Putra menceritakan pengalamannya saat melakukan survei di Desa Seraya Timur, Desa Seraya Barat, dan Desa Seraya Tengah (Kecamatan Kubu) yang medannya perbukitan. Dia mengendarai sepeda motor sampai ke lokasi yang bisa dijangkau kendaraan roda dua itu. Jika sudah tidak memungkinkan naik motor, kendaraan itu diparkir, dia jalan kaki menuju lokasi survei.
Hambatan paling berat saat melakukan survei adalah cuaca, terutama hujan. Karena jalan yang terjal, setelah diguyur hujan akan jadi licin. Salah-salah bisa terpeleset, karena menggunakan tongkat.
“Saya telah merasakan beratnya sebagai penyandang disabilitas. Karenanya saya termotivasi agar warga senasib bangkit kembali,” tambahnya.
Darma Putra bahkan sering mengajak penyandang disabilitas ikut survei. Tujuannya, mengajak penyandang disabilitas lainnya survei sembari jalan-jalan. “Mereka merasa senang diajak jalan-jalan, sebelumnya hanya terkurung di kamar,” kata suami dari Ni Luh Seniasih yang dikaruniai dua anak tersebut.
Darma Putra menceritakan, sebenarnya dirinya lahir normal pada 1979. Setamat SMPN 1 Manggis, dia bekerja saat ada pembangunan Depo Pertamina Manggis tahun 1994. Dia bertugas memindahkan pipa baja diameter 70 cm, panjang 8 meter. Saat itu hendak memindahkan pipa baja bertiga, menggunakan katrol, dirinya di posisi tengah. Dari tujuh pipa baja yang ditumpuk, diambil paling atas. Ternyata saat pipa dicongkel menggunakan katrol, pipa baja itu bergerak dan menggelinding menindih kaki kanannya hingga remuk.
Setelah pertolongan datang, Darma Putra dievakuasi ke Puskesmas Manggis I di Desa Ulakan, selanjutnya dirujuk ke RSUD Klungkung semalam, dan dioperasi di RS Manuaba Denpasar. Ternyata tulang engkel dan lutut yang patah yang lebih parah seluruh pembuluh darahnya pecah, karenanya kaki kanannya diamputasi.
Resmi gunakan kaki palsu sejak 1995. Dia menikah tahun 2002 dengan penyandang disabilitas Ni Luh Seniasih dari Banjar/Desa Ban, Kecamatan Kubu, saat itu sama-sama sebagai penghuni LBK. “Saat dioperasi, saya masih sempat melihat kaki kanan sendiri, kondisinya memang remuk,” kenangnya.
Ni Luh Seniasih sejak lahir, 16 Juni 1977, hanya memiliki satu kaki kiri, berjalan gunakan sepasang tongkat. Pendidikannya, lulus SDN 3 Ban tahun 1992, dilanjutkan pendidikan di SMP Terbuka tamat tahun 1998.
Pernikahannya dengan Darma Putra dikaruniai dua anak, Ni Kadek Ayu Hari Jatiningsih, 13, dan I Komang Agus Arya Pratama Yoga, 8. *k16
AMLAPURA, NusaBali
Tugasnya adalah melakukan survei calon penerima bantuan dari yayasan tersebut. Domisili calon penerima bantuan tidak selalu di tempat yang gampang ditempuh. Tak jarang, Darma Putra yang menyandang disabilitas, harus naik bukit. Namun dia tak patah semangat untuk membantu sesama.
“Saya lebih sering jalan kaki gunakan tongkat, walau jalannya terjal tidak masalah,” katanya saat ditemui di Amlapura, Minggu (21/5).
Sebab syarat mendapatkan bantuan, calon penerima bantuan harus disurvei agar diketahui kondisi rumah dan jenis bantuan yang diperlukan. Walau bantuan berupa kursi roda, jenis kursi rodanya mesti disesuaikan.
Darma Putra menceritakan pengalamannya saat melakukan survei di Desa Seraya Timur, Desa Seraya Barat, dan Desa Seraya Tengah (Kecamatan Kubu) yang medannya perbukitan. Dia mengendarai sepeda motor sampai ke lokasi yang bisa dijangkau kendaraan roda dua itu. Jika sudah tidak memungkinkan naik motor, kendaraan itu diparkir, dia jalan kaki menuju lokasi survei.
Hambatan paling berat saat melakukan survei adalah cuaca, terutama hujan. Karena jalan yang terjal, setelah diguyur hujan akan jadi licin. Salah-salah bisa terpeleset, karena menggunakan tongkat.
“Saya telah merasakan beratnya sebagai penyandang disabilitas. Karenanya saya termotivasi agar warga senasib bangkit kembali,” tambahnya.
Darma Putra bahkan sering mengajak penyandang disabilitas ikut survei. Tujuannya, mengajak penyandang disabilitas lainnya survei sembari jalan-jalan. “Mereka merasa senang diajak jalan-jalan, sebelumnya hanya terkurung di kamar,” kata suami dari Ni Luh Seniasih yang dikaruniai dua anak tersebut.
Darma Putra menceritakan, sebenarnya dirinya lahir normal pada 1979. Setamat SMPN 1 Manggis, dia bekerja saat ada pembangunan Depo Pertamina Manggis tahun 1994. Dia bertugas memindahkan pipa baja diameter 70 cm, panjang 8 meter. Saat itu hendak memindahkan pipa baja bertiga, menggunakan katrol, dirinya di posisi tengah. Dari tujuh pipa baja yang ditumpuk, diambil paling atas. Ternyata saat pipa dicongkel menggunakan katrol, pipa baja itu bergerak dan menggelinding menindih kaki kanannya hingga remuk.
Setelah pertolongan datang, Darma Putra dievakuasi ke Puskesmas Manggis I di Desa Ulakan, selanjutnya dirujuk ke RSUD Klungkung semalam, dan dioperasi di RS Manuaba Denpasar. Ternyata tulang engkel dan lutut yang patah yang lebih parah seluruh pembuluh darahnya pecah, karenanya kaki kanannya diamputasi.
Resmi gunakan kaki palsu sejak 1995. Dia menikah tahun 2002 dengan penyandang disabilitas Ni Luh Seniasih dari Banjar/Desa Ban, Kecamatan Kubu, saat itu sama-sama sebagai penghuni LBK. “Saat dioperasi, saya masih sempat melihat kaki kanan sendiri, kondisinya memang remuk,” kenangnya.
Ni Luh Seniasih sejak lahir, 16 Juni 1977, hanya memiliki satu kaki kiri, berjalan gunakan sepasang tongkat. Pendidikannya, lulus SDN 3 Ban tahun 1992, dilanjutkan pendidikan di SMP Terbuka tamat tahun 1998.
Pernikahannya dengan Darma Putra dikaruniai dua anak, Ni Kadek Ayu Hari Jatiningsih, 13, dan I Komang Agus Arya Pratama Yoga, 8. *k16
Komentar